Sabtu, 29 Februari 2020

GEO, SALAH SATU EKSKUL ANDALAN PESANTREN AL KAHFI



Membimbing ekskul santri di sela-sela melakukan aktivitas mengajar adalah hal yang tidak mudah. Memberikan pemahaman kepada santri untuk tidak membuang sampah sembarangan juga membutuhkan perjuangan yang berat. Inilah yang dirasakan Bu Hijri selaku pembimbing ekskul GEO. Masalah sampah adalah masalah yang tidak ada habisnya, hanya dapat diatasi dengan tindakan nyata. Oleh karena itu, jadilah bagian dari solusi, bukan penambah masalah. Mulailah dari diri sendiri, mulai dari yang termudah, dan mulai dari sekarang. Eh itu mah jargonnya Aa Gym, tapi masih relevan, kan?



Perlahan namun pasti, penggunaan kantong kresek di kantin Al Kahfi sebagai penyumbang sampah terbesar pesantren mulai dikurangi. Diganti dengan kantong kertas yang dinilai sedikit lebih ramah lingkungan. Sebenarnya masih banyakPR lainnya, tetapi Al Kahfi berani melangkah setahap demi setahap.

Taplak meja dari bungkus kopi

Foto tercantum adalah salah satu contoh kreativitas santri Al Kahfi yang ikut ekskul GEO. Jika berminat, hubungi Bu Hijri di nomor Whats App (+62 857-1453-2947).

EDI ARHAM, GURU BEJO DARI DAERAH TERPENCIL



Edi Arham adalah penerima satya lencana dari Presiden Jokowi tahun 2019 di HUT PGRI. Beliau bertugas di daerah terpencil.  Jaraknya 68 km dari ibukota kabupaten. Saat ini tinggal 28 km yang berstatus  jalan tanah, yang ketika musim hujan berlumpur dan saat musim kemarau berdebu.

Beliau menceritakan, saat itu yang lolos lomba guru ada 11 orang untuk 8 sekolah yang ada di kecamatan terpencil itu. Saat ini yang bertahan tinggal tiga orang guru saja karena 8 orang guru sudah meminta mutasi ke kota termasuk guru-guru yang diangkat PNS setelah beliau.

Edi Arham sebenarnya bukan asli dari daerah tempatnya bertugas, tetapi saat ada seleksi untuk menjadi guru terpencil 2008 beliau tertarik untuk mengikutinya. Beliau tertarik karena memang diperuntukkan untuk sekolah-sekolah daerah terpencil di kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

Di tempat itu semula tidak ada jaringan listrik dan baru beberapa minggu lalu mendapat bantuan internet pedesaan atau orang menyebutnya internet satelit bagi daerah terpencil yang berasal dari kementerian Kominfo. Sebagai penerang pada saat malam tiba biasanya digunakan pelita atau lampu minyak, atau kadang bisa menggunakan lampu yang energinya berasal dari accu motor. Baru-baru ini juga daerah itu mendapat bantuan lampu tenaga surya dari panel kecil.

Untuk mencapai sekolah beliau harus menempuh jarak sekitar 143 km dari rumah.  Rumah beliau terletak di kabupaten lain. Beliau ke sekolah pada hari Senin subuh dan biasanya pulang pada hari Jumat setiap minggunya. Bayangkan, beliau harus meninggalkan keluarga selama 4 sampai 5 hari setiap minggunya.

Sekarang beliau ingin sedikit berbagi pengalaman tentang keberuntungan (bejo) yang didapatnya selama tiga tahun terakhir. Keberuntungan yang bisa mengantarnya ke ibukota negara dan beberapa kota lain di Indonesia, bahkan bisa sampai pula ke negeri Belanda.

Saat ini beliau masih menjabat PNS masih IIIa, padahal sudah hampir 12 tahun mengabdi. Itu karena beliau masuk PNS menggunakan ijazah diploma II. Status sarjananya saat mendaftar PNS tahun 2008 tidak berpengaruh karena tidak sesuai jurusan guru yaitu sarjana perikanan.

Bejo pertama itu terjadi di awal tahun 2017 beliau beruntung mengenal Facebook dan mendapat konfirmasi pertemanan dari guru-guru di berbagai daerah di Indonesia. Dari mereka, beliau mendapat solusi atas permasalahan tunjangan daerah terpencil yang dihadapi oleh guru-guru terpencil di daerah, bahkan seluruh guru-guru terpencil di daerah lain di Indonesia. Teman-teman mengarahkan beliau untuk menulis permasalahan tersebut kemudian mengirimnya ke web Kesharlindung Dikdas. Saat itu pula beliau mengetahui bahwa Kemdikbud memiliki program-program unggulan di kesharlindung dikdas, program yang melibatkan guru secara terbuka.

Sebenarnya sejak terangkat 2008 sebagai guru hingga awal 2017, beliau termasuk juga guru yang tidak banyak ambil pusing dengan urusan pengembangan kompetensi diri, selain mengajar secara monoton. Artinya, beliau termasuk guru yang senang pada zona nyaman. Hingga akhirnya tibalah keberuntungan pertama.

Pertama, setiap niat baik kita tentu akan dibalas dengan kebaikan pula oleh Allah. Berbekal semangat dan keprihatinan terhadap diri dan teman-teman sesama guru terpencil beliau mencoba menulis sebuah artikel yang berisi nasib guru-guru terpencil akibat adanya regulasi baru. Beruntung, tulisannya yang berjudul “ Selamatkan Nasib Guru Terpencil, Ironi kebijakan Tiga Kementerian” lolos dalam kegiatan tersebut dan ikut terpanggil sebagai peserta seminar nasional guru berprestasi tahun 2017 di Jakarta. 

Kedua, saat kita dekat dengan orang-orang baik maka mereka akan selalu menunukkan jalan kebaikan kepada kita. Ketiga, kita tidak akan pernah berhasil tanpa mau mencoba, ini untuk proses belajar menulis. tulislah apa yang kita benar-benar rasakan tanpa ada rekayasa sehingga tulisan kita akan membawa berkah juga bagi kita. Keempat, saat mulai mencoba menulis, jangan pernah malu untuk bertanya kepada orang yang kita nilai lebih berpengalaman dalam menulis. jangan pernah merasa harga diri kita akan jatuh bila belajar dari orang lain.

Adapun bejo kedua terjadi pada saat beliau mengikuti kegiatan seminar guru berprestasi Kesharlindung. Pada ajang itu beliau beruntung bisa mengenal guru-guru hebat dari seluruh Indonesia. Beliau beruntung bisa mendapat informasi tentang ajang-ajang peningkatan kompetensi guru termasuk berbagai lomba tingkat nasional

Beberapa saat setelah kegiatan seminar, ajang di P4TK itu dibuka dan beliau mencoba mengirim artikel rencana pengembangan salah satu media pembelajaran. Rencana pengembangan media pembelajaran yang beliau beri nama Ma Kokar (halma koordinat kartesius) lolos dalam seleksi itu. Beliau terpanggil untuk mengikuti kegiatan yang dibagi dalam tiga tahapan yaitu in1 on dan in2.

Beberapa poin penting yang beliau ambil dari bejo kedua ini di antaranya: pertama, sebagai seorang guru idealnya senang berbagi ilmu dan pengalaman dengan guru lainnya. Hal itu terlihat dari guru-guru yang beliau temui di kegiatan tersebut. Mereka dengan senang hati memberikan pemahaman kepadanya atas setiap pertanyaan yang beliau sampaikan.

Kesempatan pelatihan tersebut beliau gunakan dengan baik. Tak lupa juga menyedot informasi, ilmu dan pengalaman dari guru-guru peserta lain. Dari ajang itu beliau diperkenalkan oleh guru-guru lain tentang kegiatan PKB 2in1 yang digelar P4TK Matematika. Beliau beruntung mendapat petunjuk dan dukungan teman untuk mencoba seleksi ajang tersebut. Syaratnya harus mengirim rencana produk pengembangan media pembelajaran.

Poin penting kedua, tidak ada satupun guru peserta yang merasa bahwa dirinya memiliki ilmu dan pengalaman lebih dari yang lainnya. Padahal, dengan nyata beliau melihat mereka memiliki banyak kelebihan. Mereka selalu bersikap merendah dan tidak menggurui. Ketiga, lahirnya perasaan bahwa ilmu dan pengalaman yang kita miliki saat ini tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan ilmu dan pengalaman yang belum kita miliki. Perasaan ini mendorong kita untuk selalu banyak belajar, tidak cepat puas atas pencapaian kita.

Bejo ketiga, beliau beruntung bisa ikut kegiatan PKB 2in1 di Jogja karena dari kegiatan itu beliau mendapat banyak pengetahuan dari para widyaiswara P4TK Matematika Yogyakarta. Dalam kegiatan itu pula beberapa widyaiswara mengajak guru-guru peserta untuk mengikuti ajang Olimpiade nasional inovasi pembelajaran matematika ONIP Matematika. Bejo keempat, ternyata kota Yogyakarta itu indah dengan segala keindahannya dan warga-warganya itu sangat baik.

Berbebekal pengetahuan dan pengalaman dari teman-teman guru dan widyaiswara beliau mencoba mengikuti seleksi ajang ONIP Matematika pada akhir tahun 2017 dengan karya inovasinya yang bernama Algamusi balistik (alat peraga multi fungsi bahan limbah plastik" dan lolos sebagai finalis dalam ajang tersebut. 

Bejo kelima, saat mengikuti seleksi ajang guru berprestasi dan berdedikasi di daerah khusus tingkat nasional, beliau beruntung menjadi juara kedua. Dalam ajang guru berdedikasi dan berprestasi itu beliau menyampaikan kondisi nyata daerah tempat tugas saya serta apa saja yang telah beliau lakukan untuk memberi motivasi kepada teman-teman guru yang menjadi peserta di ajang itu.

Beliau menyampaikan bahwa keterbatasan fasilitas jangan mengkerdilkan usaha kita tetapi justru harus menjadi cambuk untuk lolos dari keterbatasan itu. Pertama, keterbatasan dan kekurangan kita di daerah terpencil tidak boleh membatasi kreatifitas kita. Bagi teman-teman yang ingin mengikuti ajang ini, tunjukkan inovasi-inovasi kita yang merupakan solusi dari keterbatasan yang kita hadapi. Jangan hanya menonjolkan kesulitan-kesulitan akses dan fasilitas karena pada dasarnya peserta-peserta yang mengikuti ajang ini adalah guru-guru yang memang berasal dari daerah-daerah terpencil yang kondisinya sama-sama sulit.

Sejumlah media dan strategi pembelajaran yang telah beliau lakukan tersampaikan pada ajang tersebut dan ternyata cukup menginspirasi teman-teman guru terpencil lainnya. Prinsip yang beliau tanamkan kepada mereka adalah menjadi guru daerah tertinggal jangan mau ketinggalan, menjadi guru daerah terbelakang tapi jangan mau di belakang, dan guru daerah terpencil tapi jangan mau dikucilkan. Dalam memilih produk media, model, strategi atau produk pembelajaran lainnya, hendaknya menyesuaikan tema dan perkembangan isu pendidikan yang trend saat itu.

Bejo keenam terjadi saat menjadi juara 1 lomba inovasi pembelajaran (inobel) Kemdikbud tahun 2019. Selain mengikuti kegiatan lomba, berbagai kegiatan seminar dan pelatihan sempat beliau ikuti dan pernah menjadi pemakalah terbaik dalam seminar guru berprestasi kesharlindung. Saat itu beliau beruntung karena memilih media pembelajaran berbasis kearifan lokal yang sangat mudah dibuat dan digunakan. Namanya media pembelajaran Robam (Rotan bambu).

Poin penting yang ingin beliau sampaikan bahwa benda-benda yang ada di sekitar kita pada prinsipnya bisa dijadikan sebagai media dan alat pembelajaran. Kedua, lagi-lagi jangan malu bertanya pada orang-orang yang telah pernah mengikuti ajang inobel ini, terlebih bagi teman-teman guru yang baru pertamakali mengikuti seperti beliau saat itu.

Ketiga, berusaha mendapatkan info termasuk naskah-naskah karya tulis yang lolos tahun sebelumnya, utamanya yang lolos hingga tahap finalis. Ini memang berat karena tidak semua juga teman-teman guru mau berbagi. Alasannya tepat karena mereka ingin mempublikasikan dulu dalam bentuk buku atau jurnal.

Keempat, dalam pengembangan ide, kita jangan cepat puas dengan ide pertama kita, tetapi cobalah untuk selalu berpikir bagaiman ide kita itu dikembangkan untuk menjadi ide yang akan kita ikutkan lomba.




Bila karya-karya tersebut dikembangkan lagi maka beliau yakin, Mega Sigra (Media Peraga Simulasi gerhana) ini tidak akan beruntung menjadi pemenang karena belajar dari pengalaman inobel pertama beliau itu, karya-karya teman yang lain juga luar biasa, hanya saja sebenarnya masih bisa dikembangkan lagi sehingga menjadi karya yang lebih luar biasa.


Misal, saat anak sulit mengenal konsep skala beliau berusaha menciptakan pembelajaran yang membantu anak memahami konsep skala dengan cara menggunakan hp android beliau.

Akan tetapi dalam tatap mode offline, dengan cara memotret benda-benda dari atas kemudian meminta siswa mengukurnya, baik itu area yang difoto (kamera) maupun yang ada di foto android.

Menurut pengalaman beliau, ide itu biasa hadir saat beliau melihat benda-benda baru yang menarik. Ini khusus untuk media pembelajaran. Ada beberapa memang yang sederhana lahir dari permasalahan saat pembelajaran. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat media pembelajaran yang dibuat bervariasi, dari yang gratis hingga yang paling mahal sekitar 300 ribu, khusus untuk lomba. Karena jarak yang jauh serta bahan-bahan penunjang yang sulit diperoleh maka beliau biasanya membawanya dari rumah, seperti kertas dan bahan-bahan yang harus dibeli di kota.

Motivasinya yaitu bagaimana anak bisa lebih mudah memahami materi yang kita sampaikan. Sebelum mengikuti aneka kegiatan, ada beberapa media juga sudah saya kembangkan, walaupun masih sederhana. Yang paling berkesan yaitu saat menjadi pemulung botol air minum mineral, media algamusi balistik.


Tantangan paling berat selama bertugas yaitu dari menghadapi kondisi sosial ekonomi masyarakat. Hampir semua warga berpenghasilan rendah sehingga terkadang melibatkan anak-anak mereka mencari nafkah. Para siswa terkadang meninggalkan sekolah karena mengikuti orang tuanya masuk hutan mencari rotan, kayu, dan madu.

Teman-teman guru di sekolah biasanya beliau libatkan dalam proses pembuatan media pembelajaran dan penilaian dan evaluasi karya beliau. Mereka sering beliau jadikan sebagai mitra yang menggunakan produknya sambil memberikan pemahaman kepada teman-teman guru yang masih berstatus honorer yang memang warga setempat. Dampaknya memang kurang maksimal karena pola pikir masyarakat yang masih sering mementingkan kepentingan ekonomi mereka yang terbatas. 


Sangat ironis, tetapi hal-hal seperti itu tidak membuat mereka patah semangat melakukan pendekatan melalui teman-teman guru yang mempunyai hubungan secara garis keluarga dengan orang tua siswa. Sebagai contoh, dalam program PIP, tidak semua siswa mendapat bantuan sehingga yang tidak mendapat bantuan melakukan protes dengan cara menyuruh anaknya tidak usah bersekolah. Orang tua siswa diberikan pemahaman oleh beliau dan teman-teman guru yang masih ada hubungan keluarga.

Beliau mendapat apresiasi yang baik dati sekolah sejak 2017, saat ikut kegiatan nasional dan kepala sekolahnya sudah berganti tiga kali.
Pada dasarnya sekolah mendukung, terutama dalam pemberian izin.

Terakhir, beliau berpesan jangan pernah merasa cukup dengan ilmu, pengetahuan dan pengalaman yang kita capai saat ini, karena ilmu, pengetahuan dan pengalaman yang belum kita ketahui jumlahnya masih jauh lebih banyak. Sering-seringlah bersedekah ilmu dan pengalaman karena hal itu justru akan menambah ilmu dan pengalaman kita.

Kamis, 27 Februari 2020

TIPS BAGI PENGUNJUNG ISLAMIC BOOK FAIR 2020



Berikut tips sebelum berkunjung ke Islamic Book Fair 2020.

1. Musim hujan, sedia payung

2. Bawa kresek buat tempat sendal/sepatu, masukkan ke tas kalau shalat.


Mushallanya lapang yang disekat partisi putih yang rapuh. Jangan disenderin karena bisa roboh. Partisinya cuma setinggi kira-kira setengah badan orang dewasa.  Di mushalla ini sebenarnya lega banget tetapi pintu masuknya kecil dan kurang ada pengaturan dari panitianya, saya berjuang banget buat cari sepatu yang saya parkir di depan pintunya. Tadi saya kurang strategi, seharusnya sepatu saya kresekin trus masukin ke tas. Berhubung pintu masuk penuh, setelah ambil sepatu saya menyebrang ke tempat shalat bapak-bapak. Ini karena darurat banget. Para ibu yang mau masuk bentrok dengan para ibu yang mau keluar. Stag parah.

3. Berwudhu pukul 11.00 supaya tidak mengantre

4. Shalat dijamak takdim karena mau pulang jam 2.

5. Jam 13.30 sudah kembali ke bus

6. Absen siswa segera berapa pun jumlah anaknya

No 4, 5, dan 6 khususon buat saya aja yang jadi pembimbing murid-murid. 🙏

Tuh mereka cari buku apa ya?

7. Makan juga sebelum zuhur supaya tidak antre dan kelaparan

8. Toilet penuh di atas jam 12, silakan antisipasi. Food corner juga penuh.

9. Di belakang food corner ada jalan rahasia menuju ke luar gedung, belok ke kiri ada jalan lorong menuju musola, enak banget buat shalat dan ke toilet.


10. Agar tidak lapar mata, buat list buku yang mau dibeli sekalian nama penerbitnya. Jadi, langsung ke stand yang bertuliskan penerbitnya.



11. Jangan tergiur buku diskonan tetapi sebenarnya kita tidak butuh.

Buku diskonan

Ada yang lucu di sini

12. Ada Alquran saku seharga 10.000-15.000 di tengah stand, saya lupa nama stand-nya.

13. Ada kaos kaki 5.000-an dan cadar 10.000-an.

Kaos kaki diskonan langsung diserbu

14. Saya ga beli buku buat pribadi, cuma beli buku anak aja karena akhir bulan. Uang cukup buat makan di sana. Di food corner es cokelat 10.000/cup, es teh 5.000/cup, nasi beserta lauk kisaran 25.000-45.000.

Kepadatan di food corner


Silakan menambahkan sendiri.

Sekian laporan dari Rosianafe, reporter migren dari IBF.

SALAH MENYIMPULKAN, CACAT LOGIKA



Tulisan ini saya buka dengan puisi yang baru saja saya buat untuk menggambarkan keperihan hati saya atas musibah yang menimpa akhir-akhir ini, hanyutnya anak-anak yang berujung kematian.

PITA HITAM

Tidak bermaksud untuk menyalahkan
Setiap insan tentu pernah salah langkah
Proses hukum telah berjalan
Coba berpikir jernih atas musibah

Dinginkan hati juga kepala
Stop hujat dan tanya salah siapa
Tidak semua guru itu sama
Biarkan kebenaran yang berbicara

Bogor, 27 Februari 2020
Rosianafe


Pita hitam lambang berduka. Berduka atas meninggalnya murid-murid Turi karena terbawa arus dalam kegiatan susur sungai.

Sebagian pembina pramuka yang menyuruh susur sungai tidak peduli keselamatan murid-murid. Pak Anu, Pak Inu, dan Pak Ono adalah pembina pramuka yang menyuruh susur sungai dan tidak peduli keselamatan murid-murid. Pak Ini, Pak Oni, Pak Unu, dan Pak Ino menolong murid-murid yang terbawa arus sungai. Berarti semua pembina pramuka yang menyuruh susur sungai tidak peduli pada keselamatan murid-murid.

Wah, ini generalisasi yang sesat dan menyesatkan! Terlepas dari kasus yang menimpa murid-murid Turi, selama ini kita akui bahwa  Pramuka mengajarkan kemandirian, kedisiplinan, organisasi, ketahanan hidup, kesehatan, dan kepedulian terhadap lingkungan. Seharusnya demikian, bukan sekadar kegiatan baris-berbaris. Jangan karena kasus ini lalu kegiatan Pramuka ditiadakan sama sekali. Justru peran pembinanya yang harus dikuatkan di sini, selaku Yanda dan Bunda yang menjadi pengasuh, pengayom, dan pemberi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Seandainya Pramuka tidak menjadi kegiatan ekstrakurikuler wajib di sekolah, murid-murid diperkenankan memilih kegiatan ekstrakurikuler lainnya sesuai kebutuhan sekolah karena kondisi sekolah berbeda di setiap tempat. Sebaiknya kegiatan ekstrakurikuler mampu menggali dan memupuk potensi terbaik murid-murid yang tidak muncul selama kegiatan belajar di kelas. Kepercayaan diri murid-murid tumbuh dan berkembang sesuai passion, minat, dan bakatnya.




Rabu, 26 Februari 2020

SUHARDIN, JUARA INOBEL DARI BUMI RINDANG




Sebagai pembuka diskusi malam ini, marilah kita membaca tulisan pengantar dari sebuah kisah klasik Bapak Suhardin dalam mengajar di SMPN 17 Kendari berikut ini.


=================================
MENGAJAR, MENANTANG JAMAN
Suhardin


Bumi Rindang, julukan tempat saya bekerja. Menjadi guru adalah takdir kebaikan. Namun mengajar harus sesuai jamannya. Bila tidak kekinian, maka akan tertinggal jauh. Itulah alasan kuat, seorang guru harus terus berpacu dengan waktu, Agar tetap menjadi idola di tengah siswanya. 

Milenial menjadi simbol pembelajaran abad ke-21. Fasilitas teknologi menjadi sebahagian syarat bersosialisasi. Tidak mengenal tempat dan waktu. Informasi maupun komunikasi tetap bisa diakses. Inilah tantangan mengajar dan membimbing siswa di jaman new. Sedikit saja saya tertinggal malah balik diajar. Namun bagi saya, lumrah dan tidak perlu malu.


Memanfaatkan komunitas maya mereka, menjadi sebuah solusi. Saya harus berbaur sambil membimbing dan mengajar. Bahasa mereka kadang diluar nalar. Beberapa kadang menyimpang ataupun tidak dimengerti. Tetapi itulah mereka, anak yang tumbuh dijamannya. Fungsi guru kadang terlupakan, jika terlarut arus kata dalam layar sentuh. Seiring waktu, akhrinya terbiasa dan memahaminya. Saya pun menjadi remaja di saat umur hampir setengah abad.


Mengajar sesuai jaman tidak harus meninggalkan budaya. Mengenalkan teknologi jangan sampai menghilangkan adab dan kehidupan keluarga. Memacu pengetahuan dan keterampilan jangan melupakan karakter siswa. Bagimana meramunya menjadi daya tarik siswa? Inilah menjadi tantangan guru dalam medesain teknik maupun strategi pembelajaran yang digunakan.
Saya telah melakukan semampunya. Belum tentu ini yang terbaik. Tidak pula menjadi solusi yang ampuh. Namun inilah sebagian kisah mereka. Menggambarkan alur yang dipilih. Hingga mereka mampu belajar dari keadaannya sendiri.


Banyak kendala yang perlu pertimbangan, namun ini sebuah proses. Kadang berbentur aturan sekolah maupun keinginan orang tua. Saya hanya berucap “masukannya diterima dengan senang hati.” Hal itu merupakan proses belajar,  memahami mereka walaupun mata dan hati kadang menantang kata ucapan.
Fasilitas yang minim membuat potensi siswa harus dieksploitasi maksimal. Melibatkan keluarga dalam sebuah proyek merupakan salah satunya. Meminimalisir pengaruh kehidupan perkotaan yang semakin sibuk. Ikut menggaungkan kembali kehidupan pendidikan keluarga, melalui tema kebersamaan dengan orang terdekat.


Bukan hanya berbicara sarana, persoalan waktu di sekolah juga menjadi pertimbangan. Mengajarkan sebuah teks prosedural keterampilan memerlukan jam belajar yang banyak. Gerakan literasi sains dan geliat komunikasi komunitas menjadi pilihan. Arahan dan Tanya jawab dituntaskan dalam waktu berbeda.
Berkompetisi menjadi cara lain dalam belajar. Berpacu dengan waktu dan nilai adalah hal biasa. Mengajak mereka berwira usaha kecil-kecilan menjadi warna lain dalam belajar. Butuh desain promosi yang menarik untuk bisa menjual produk di dunia maya. Semua harus terkontrol, oleh karena itu ada beberapa kesepakatan dalam menjalankan bisnis. 
Mangajak kawan, keluarga maupun tetangga merupakan cara mereka bekerjasama. Apalagi jika produk dikerjakan berkelompok. Mencari untung bukan hal yang penting. Keceriaan dan kemampuan berkomunikasi serta kerjasama menjadi tujuan utama. Akhirnya semua bermuara pada kebanggaan pada diri sendiri.


Taraf mencipta dalam belajar merupakan tingkatan tertinggi. Bukti yang realistis adalah sebuah buah tangan. Produk yang baik harus kualitasnya bagus. Oleh karena itu ketelitian dan kreativitas menjadi hal yang terpenting. Semuanya memiliki kebebasan yang bersyarat. Hal ini untuk menjaga kompetensi yang harus dicapai. Setiap kriya harus melalui pengamatan proses, produk dan presentase. Tidak semua dilakukan di dalam kelas. Boleh siang maupun malam. Inilah kecanggihan teknologi saat ini.


Beberapa kisah mereka terurai dalam tulisan ini. Saya menghargai semua yang dirangkai dalam kalimat bermakna ini. Saya pun paham ini belum tentu sempurna. Tetapi inilah yang terbaik dari yang pernah ada. Itulah mengapa harus saya hargai untuk menjadi catatan sejarah mereka. Tulisan ini adalah bukti kerja dari sebuah usaha. Tidak semua siswa ingin dan mampu dalam berbuat hal yang sama. Saya pun berani berkata “Kalian adalah siswa luar biasa.” 


Menuntun mereka untuk mau menulis, bukanlah perkara mudah. Saya mengakui masih sedikit dangkal dalam berbahasa yang baik maupun benar. Namun sebutir kelebihan akan menjadi buih keberhasilan, jika dibagi dan diajarkan. Berawal dari kisah belajar, menjalani sebuah proses hingga ungkapan perasaan mereka. Semuanya menyatu dalam lembar testimony sederhana ini. Cerita ini menyangkut tantangan dari sebuah perjuangan menuju jalan keberhasilan. 
Kesempatan memang harus dimanfaatkan. Dikala bersua dengan orang tua mereka, saya pun bertutur dengan singkat untuk beberapa hal. Bercerita tentang apa yang pernah dan akan kami lakukan. Semuanya bertujuan untuk kebaikan bersama.

Dikutip dari
Pengantar cerita dalam buku antologi
Prakarya di Bumi Rindang, halaman 1-3, 2019
Penulis : Komunitas Menulis Seventeen
==================


Setelah kita membaca tulisan di atas, beliau melemparkan tulisan lainnya. Inilah kisah singkat dalam "Merajut Media Bekal Terasi dalam Lomba Inobel Guru Tahun 2018"

MERAJUT BEKAL TERASI  PRAKARYA  DALAM LOMBA INOBEL GURU

Mengajar di zaman new memang penuh tantangan yang berat. Apalagi guru seperti saya? Terlahir di era tujuh puluhan yang jarang mendengar bunyi pesawat. Mesin ketik yang sangat mutahir saat itu, kini hampir tidak berguna lagi. Telepon kabel, surat kabar dan radio mengalami nasib yang sama. Kini banyak manusia bekerja pada jaringan dalam genggaman. Sungguh saya telah berada di dunia yang berbeda.
Kecanggihan teknologi seiring dengan perkembangan pembelajaran. Issu sentral yang sering menggema adalah teknologi informasi, kearifan lokal, litereasi dan pendidikan keluarga. Semua kegiatannya erat kaitannya kodrat hidup manusia, sebab bergantung pada kebutuhan dan keadaan.

Saya memilih istilah “mahluk sosial” untuk mengungkapnya. Saya berpikir, hubungan antar manusia harus terus terjalin. Budaya pun jangan sampai tersingkirkan. Inilah tantangan saya dalam pembelajaran di sekolah.

Awalnya, cara berpikirnya sangat sederhana dan biasa saja. Tujuannya hanya ingin mengajarkan prakarya dengan cara yang berbeda. Mencoba menggunakan lingkungan di luar kelas sambil melibatkan kehidupan sosial para siswa. Namun hal itu, bukan tanpa masalah.

Beberapa kendala internal menjadi pertimbangan untuk menjawab tantangan itu. Tidak tersedianya ruang keterampilan, alat dan bahan praktik yang minim serta tuntutan kekinian pembelajaran merupakan tiga masalah yang mendasar. Kondisi itu sangat nyata di sekolah. Saya pun harus bekerja ekstra untuk menutupi kekurangan itu.

Saya hanya mengungkapkan sepintas sebuah keinginan. Bagaimana   mencari cara yang tepat? Menggabungkan pemanfaatan kearifan lokal dan teknologi informasi akhirnya menjadi solusi yang dipilih. Semua dikemas melalui media BEKAL TERASI. Dua kata itu merupakan akronim dari berkearifan lokal dan teknologi informasi. Penerapannya melibatkan kegiatan literasi dan keluarga. Strategi itulah yang mengantarkan rahmat Illahi ke panggung lomba inovasi pembelajaran bagi guru SMP tingkat nasional tahun 2018. Usaha yang saya anggap sederhana ini membawa berkah yang tidak terduga. Allah SWT menetapkan saya sebagai juara pertama melalui penilaian dewan juri.

Bagaimana merajut pemanfaatan teknologi, kearifan lokal, literasi dan keluarga dalam pembelajaran? Pertanyaan ini bisa terurai menjadi beberapa rumusan masalah. Apa jenis teknologi informasi yang dimanfaatkan? Bagaimana memasukan kearifan lokal dalam pembelajaran? Mengapa literasi menjadi langkah penting menilai keterampilan? Mengapa keluarga harus terlibat dalam kegiatan siswa?
Saya mengarahkan penelitian pada aspek keterampilan siswa. Walaupun dalam pembelajaran, aspek pengetahuan tetap dilakukan penilaian. Fokus pengamatannya pada kegiatan unjuk kerja, produk dan proyek. Memulainya dari rumah sendiri.
Kerajinan khas, motif daerah, perabot hias berenergi listrik hingga olahan makanan menjadi bahan untuk menggali permasalahan dalam balajar. Satu jenis produk yang dibawa siswa, ruang kelas pun bisa menjadi pajangan display produk yang meriah. Mungkin saja ini biasa, namun ada hal tidak biasa saat pembelajaran berlangsung.

Sarapan pagi bersama digagas saat memasuki aspek pengolahan. Makanannya bertajuk “menu cinta di keluarga.” Setiap olahan merupakan kerja siswa dan orang tuanya. Banyak kisah yang terungkap dari testimoni saat bersama anaknya. Ini catatan penting bagi pembelajaran berikutnya. Bukan hanya produknya, tetapi ulasan singkat para ibu maupun bapak menjadi lembaran berharga. Fokus permasalahan pembelajaran akan menjadi mudah.

Minimnya waktu pembelajaran di kelas menjadi penyebab utama memanfaatkan teknologi. Ada komunitas kelas dalam WhatsAap. Ini bimbingan di luar kelas melalui diskusi virtual. Penggunaan handphone bagi siswa tidak bisa terelakkan. Saya hanya membantu untuk memanfaatkannya secara bijak. Hal itu berdasarkan hasil survei awal pembelajaran. Berbagai sumber belajar bisa di peroleh dari genggaman. Sebahagian bisa dilakukan melalui belajar mandiri.

Tidak hanya sebatas literasi digital. Ponsel dapat pula digunakan untuk membuat rancangan desain produk maupun promosi. Teknik dasar edit gambar serta disain pemasaran bisa dilakukan melalui program Picart. Memanfaatkan media sosial dalam berwirausaha juga dilakukan. Ini kegiatan terbimbing, jadi semua ada aturan yang disepakati. Jejaring sosial ini mengundang guru, orang tua, keluarga dan masyarakat sekitar siswa untuk berperan serta. Mereka dapat bertindak sebagai pengawas di dunia maya. Grup ini bernama Prase Suhardin Shop.

Mengetik laporan singkat maupun menjawab pertanyaan angket bisa dilakukan melalui handphone. Inilah cara yang diajarkan untuk melakukan hal praktis namun tetap efektif. Beberapa program bawaan windows maupun internet harus dipelajari. Untuk diketahui, kegiatan ini diterapkan pada siswa kelas IX.
Terdapat proyek wirausaha internal. Kegiatan penjulan produk dalam lingkungan sekolah dilakukan. “Buka lapak” istilahnya. Sebagian pemesanan melalui kegiatan on line. Hal kecil ini telah menuntun siswa untuk belajar menata laporan keuangan. Mereka dapat mempelajari excel dalam menghitung laba ataupun rugi. Berdagang berarti mengejar untung. Mereka harus berkompetisi secara sehat. Beberapa produk memiliki keunikan. Ada yang berkesempatan untuk mengikuti pameran besar.

Banyak kolaborasi yang terjadi. Bukan hanya antar manusia, tetapi juga berkaitan dengan alam. Tidak sebatas kerajinan bermotif lokal dan miniatur rumah adat berinstalasi listrik. Beberapa makanan khas daerah mulai dikenalkan kembali. Ayam tawoloho dan perende dibuat sendiri oleh siswa. Ada yang telah mengaploudnya melalui youtube.

Setiap orang memiliki kisah. Inilah yang dirajut dalam komunitas menulis siswa. Walaupun setiap angkatan memiliki istilah sendiri, namun saya menyebutnya Komunits Menulis Seventeen. Sebenarnya nama itu muncul semenjak buletin sekolah digagas. Media itu mengambil nama maupun pembina kegiatan yang sama. Pembimbingannya sarat dengan pemanfaatan teknologi.
Kini telah melewati tiga generasi. Lima buah buku antologi telah diterbitkan. Cara menulis siswa semakin berubah. 
Maklumlah, saya bukan guru Bahasa Indonesia. Kadang kala harus bertanya keorang berlimu, baru bisa menjawab pertanyaan mereka. Saya menempuh cara itu sambil belajar menulis.

Bukunya menjadi dagangan. Tidak sedikit uang yang dihasilkan. Banyak yang bisa dilakukan. Mereka dapat membiayai praktek selanjutnya dari keuntungan penjualan. Baju kaos untuk kelas pun menjadi lebih ringan untuk dibeli.
Warga kota memiliki kesibukan yang tinggi. Itulah mengapa keluarga diajak dalam pembelajaran. Berpartisipasi dalam kebersamaan. Menjadi pengawas serta penilai. Walapun caranya harus melalui anaknya sendiri. Saya hanya menyiapkan lembar observasinya. Tanggapan negative memang ada, namun sikap positifnya jauh lebih banyak. Pada akhirnya semunya bisa memakluminya. “Belajar itu harus sesuai jamannya,” itulah kesimpulannya.
Inilah cara yang saya tempuh dalam mengejar berkah. Walaupun kadang tersandung jaman. Tetapi belajar bukan hanya pada yang lebih dewasa. Saya tetap membuka diri, karena masa kini merupakan dunia mereka. saya hanya berlari kecil agar tidak jauh tertinggal. Berupaya agar pesan panca indra bisa tersampaikan. Menjaga agar kompas dan peta dapat berfungsi.

Saya hanya berusaha menjadi pengamat setia, selebihnya mereka yang menjalankannya. Walaupun menurut orang, itu kecil dan sederhana. Saya hanya ingin menuntun mereka, kearah jalan yang bercahaya.
Kendari, 26 Februari 2020
Suhardin (Guru SMPN 17 Kendari) – Sulawesi Tenggara

==============================

Video yang merupakan ringkasan jalan membuat media hingga mengikuti lomba Inobel Guru Tahun 2018 dapat kita saksikan di link berikut.

Bagaimana Merajut Media Bekal Terasi Prakarya itu? Mekanisme penelitian dalam peta konsepnya seperti ini.






produk buku antologi siswa yang telah diterbitkan dalam pemanfaatan media ini sebanyak 5 buah untuk tiga tahun terakhir.



Beliau memberi pamlet singkat tentang media bekal terasi itu.



Berikut video buatan siswa tentang pengolahan daging berkearifan lokal "Ayam Tawauloho"

Masih banyak yang tersirat sebenarnya, tetapi ia mengakui keterbatasannya.
Hal yang membuatnya tertarik membuat media adalah karena media ini lahir dari keterbatasan yang ada dan menjawab tantangan pembelajaran yang makin berkembang. Mungkin bagi sebagian orang ini hal yang biasa, tetapi ada beberapa aspek yang menjawab permasalahan yang ada, di antarannya pemanfaatan ponsel secara bijak, menutupi kekurangan sekolah, merajut hubungan keluarga, melatih diri siswa untuk mau menulis dari hal yang dialaminya, merangsang cara berpikir kritis serta adanya sebuah wirausaha kecil-kecilan. Kata kuncinya, adanya keinginan untuk membuat mereka menyukai suasana pembelajaran.

Adapun video wirausaha internalnya bisa kita intip di link berikut.
https://youtu.be/2lw1AeTmdxE

Cara membuat anak senang dengan media buatannya adalah mengerjakan hal yang mereka senangi karena itu memang menarik. Anak sekarang dengan ponsel pintarnya bagai saudara saja. Berbagai fitur dapat mereka gunakan. mulai dari belajar mandiri, diskusi virtual, mencari produk yang sesuai dengan pikirannya, membuat desain, menjalankan bisnis kecil hingga melakukan penjualan. kisah mereka juga dapat dimuat menjadi buku. mereka sangat senang bisa menulis bersama, melalui komunitas kelas. semua diketahui melalui angket yang dibagi setiap usai aspek yang diajarkan.

Adapun rahasia beliau bisa meraih  juara pertama lomba inobel yaitu dengan mengikuti aturan mainnya. Setiap lomba memiliki tata cara tersendiri yang harus dipenuhi. Persiapan maksimal dalam kegiatan display dan presentasi, tetapi semua itu karena kodrat dan rezeki dari-Nya.

Kesulitan yang dialami Pak Suhardin selama membuat laporan penelitian
adalah waktu katena mengajar adalah tugas utama.  Beliau teringat waktu membuat penelitian ini masih mengajar dua hingga tiga sekolah. Untuk mencari literatur juga cukup menguras energi karena mencari buku referensi yang sesuai di daerah cukup rumit. Ketentuan mencantumkan buku terbitan 5 tahun terakhir untuk daftar pustaka memang memberatkan.


Tentu perasaan senang dan bersyukur beliau rasakan ketika hasil penelitian inobelnya masuk tingkat nasional dan membawanya terbang ke Jakarta. Lolos sebagai finalis saja sudah cukup membuatnya sangat terharu, apalagi masuk dalam 34 orang dari ratusan yang ikut lomba menjadi sebuah anugerah terindah.

Kemudian muncul pertanyaan, bagaimana cara mengawinkan pembelajaran dengan media sosial, sementara fasilitas handphone terbatas (jumlahnya). Dari hasil survei awal memang ada anak yang tidak memilikinya. Namun, kedua orang tuanya punya. Jadi, ada beberapa anak yang menggunakan nomor orang tua dalam kegiatan pembelajaran, tetapi saat kegiatan di kelas selalu dalam kelompok kerja. Ini juga sangat berguna agar kegiatan anak di media sosial bisa terawasi. Dalam pemanfaatan Prase Suhardin Shop dan Expamnes ada keterlibatan orang tua. Untuk mendapatkan nomor handphone orang tua dilakukan melalui paguyuban kelas.

Menurutnya, cara menajamkan intuisi untuk menemukan sesuatu hal yang bernilai kebaruan sebagai solusi dari permasalahan yaitu mengikuti perkembangan jaman, manfaatkan kearifan lokal yang sifatnya khas, mengatur alur pembelajaran yang berbeda dari guru lain, bertanya apa keinginan anak didik, sering menyatu dengan mereka, jangan paksakan pikiran sendiri, bertanya pada pakar tentang hal yang akan dilakukan, kerjasama dengan teman sejawat serta sering gunakan angket untuk mengetahui segala tindakan yang diambil. Begitu muncul ide, cepat tulis walaupun hanya sepenggal kalimat, saat luang pikir untuk melakukannya, sering buat catatan kecil karena ide tidak muncul terus menerus.

MENGENAL PEMBUAT ANIMASI NUSA DAN RARA



Aditya Triantoro telah 15 tahun bekerja di bidang animasi dan stop motion. Dalam perjalanannya hingga tercetus ingin membuat animasi Nusa dan Rara berawal dari ikut kajian. Lalu ia mulai berpikir, bagaimana cara menyampaikan pesan dakwah lewat karya animasi.

Menurutnya, dalam membuat karya, hendaknya kita jangan buru-buru ingin melihat hasil, tetapi nikmati progresifnya sebagaimana sebuah perusahaan kecil yang dibangunnya sekarang berkembang menjadi lumayan besar. Di dalamnya tentu ada proses untuk saling belajar. Walaupun terdapat banyak perbedaan pendapat, di situlah nikmatnya. Kita harus menjaga apa yang kita percayai, jalani, dan itu pasti. Tidak ada kesuksesan yang mudah, biasanya ada perasaan malas sehingga pekerjaan tidak jadi-jadi. Enjoy saja, nikmati prosesnya karena hasil tidak pernah bohong, dalam 3 hari posting bisa tembus 100.000 subscriber. Ketika membuat animasi Nusa dan Rara targetnya bukan untuk mencari subscriber, tetapi agar penonton memperoleh manfaatnya.

Dalam bekerja, ia berpesan agar jangan sampai di awal-awal kita memiliki semangat yang besar, tetapi kemudian hilang dan mengajukan 1001 alasan untuk tidak menuntaskannya. Insya Allah akan selalu ada jalannya untuk membuat tontonan menjadi tuntunan.

Dulu ia bekerja sampai lupa diri karena tujuannya hanya untuk mencari kesenangan dunia. Namun akhirnya ia menemukan bahwa Tuhan itu ada dan pakarnya di bidang seni. Di situlah letak kesempurnaan Allah. Dalam berkarya pun ia terpacu membuat karya agar penonton mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya. Ia mendapatkan semacam dorongan, terlebih lagi dari kajian-kajian yang menempel (di pikirannya) ia ingin menggabungkan media yang ada dengan pesan-pesan yang hendak disampaikan ke anak-anak.

Dulu pernah ia sempat tidak percaya, mengapa dengan segala pencapaian-pencapaian kariernya dia merasakan kehampaan dalam hidupnya. Kemudian ia tahajud dan meminta atas pertanyaannya, ia berharap Allah hadir dan memberi makna pada kehidupannya. Dalam tahajud ia bertanya Allah itu ada atau tidak karena ia orang yang sangat visual maka ia sangat membutuhkan jawaban itu. Selepas tahajud lalu ia membuka Alquran dan membaca surat Ar-Ra'du (yang artinya gemuruh/petir). Sampai pada ayat yang berbunyi,

"Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menundukkan matahari dan bulan; masing-masing beredar menurut waktu yang telah ditentukan. Dia mengatur urusan (makhluk-Nya), dan menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu."
seketika itu ia mendengar suara petir
yang menggelegar. Di situlah ia merasakan bukti kebesaran Allah. Itulah yang dituturkan Aditya Triantoro (executive producer of Nusa) dalam talkshow kreatif di Pesantren Terpadu Al Kahfi, Lido, Bogor pada Jumat, 21 Februari 2020.


Selasa, 25 Februari 2020

ROSIANAFE DALAM PUISI AKROSTIK



Rinai perlahan mencium tanah
Ode dedaunan pada ranting
Seruni putih setia menanti
Iringi bayu mengusap rindu
Andai mentari segera muncul
Nelangsa lenyap dipeluk sinarnya
Aksara senja melukis rembulan
Fitrah insan menyulam asa
Enggan beranjak dalam sampan-Nya

Rosianafe
Bogor, 25 Februari 2020

Senin, 24 Februari 2020

OM JAY: MENULIS ONLINE SEBAGAI BENTUK EKSISTENSI DIRI



Kemarin Ikatan guru TIK patut bergembira karena dapat bekerjasama dengan kawan kawan pengurus PGRI dan rektor di Nusa Tenggara Timur dalam pelatihan e-learning. PGRI baru saja menandatangi MOU dengan Pak David rektor di NTT di sela-sela acara konkernas PGRI.


Ini MOU yang telah ditandatangani bersama.




Ikatan guru TIK PGRI juga akan roadshow ke 12 kota berikutnya setelah sukses di 55 kota lainnya bersama Epson Indonesia. PGRI bisa bertahan sampai ke 55 kota dan akan roadshow ke 12 kota karena menulis online ternyata telah membawa guru-guru berkeliling Indonesia.


Ide ini diawali oleh Pak Onno Widodo Purbo. Pakar e-learning Indonesia. Beliaulah yang membangun server e-learning dan salah satu pembina di ikatan guru TIK PGRI. Beliau banyak memberi masukan dalam mengembalikan TIK sebagai mata pelajaran kembali. Saat itu posisi mendikbud masih dijabat oleh Pak Muhajir Effendy.

Perjuangan demi perjuangan telah lakukan agar TIK kembali sebagai mata pelajaran dan tidak diganti dengan prakarya. Ikatan guru TIK yang berjuang lewat tulisan online bersama PGRI menemui mendikbud Muhadjir Effendy pada saat itu.

Menulis online itu ternyata dahsyat sekali. Tulisan Om Jay banyak dibaca orang lain. Termasuk juga pejabat di kemdikbud. Selama ini Om Jay mengajak rekan-rekan guru berlatih menulis online, baik melalui WA group atau media sosial lainnya sehingga guru-guru dapat menjadi konten kreator dan mampu menciptakan informasi baru lewat internet. Paradigma guru sudah harus berubah dari yang hanya sekadar unduh menjadi unggah.

Menurut Om Jay, belajar menulis bisa kita lakukan setiap hari dan setiap saat. Kita dapat memulainya dari apa yg kita sukai dan kuasai. Perjuangan kita lakukan tidak hanya melalui menulis online tapi juga bertemu langsung dengan mendikbud Anies Baswedan saat itu. Perwakilan guru TIK PGRI diterima secara resmi di kantornya setelah mereka melakukan demonstrasi di media sosial.

Dahsyatnya kekuatan kata-kata dalam poster yang dibuat oleh Pak Namin telah berhasil menggerakkan lebih dari 14 ribu guru ke Jakarta. Padahal hanya 7 orang guru TIK yang siap menghadap mendikbud. Lebih dari tiga juta guru, tetapi yang bersuara lantang hanya sedikit. Oleh karena itu, Om Jay dan rekan-rekan guru memcari akal untuk bertemu mendikbud. Menulis online di media sosial menjadi salah satu cara kami dalam menyampaikan pesan perjuangan.

Tidak sekadar bimbingan, Pak Onno juga banyak memberikan inspirasi kepada guru TIK. Kemudian, bantuan dan dukungan mengalir dari berbagai kalangan. Menulis online menjadi alat perjuangan mereka. Sampai suatu ketika Om Jay diundang makan siang bersama Presiden Jokowi di istana negara. Hal itu terjadi berkat Om Jay dan teman-teman blogger yang menulis di kompasiana.com.

Menurut Om Jay, dengan menulis online  dapat menunjukkan eksistensi diri dan kita pasti akan terkejut setelah tahu tulisan kita dibaca banyak orang. Terlebih lagi jika kita menuliskannya di blog karena blog adalah alat rekam ajaib yang keajaibannya akan kita rasakan seiring lamanya kita mengelola blog pribadi di internet.

Keuntungan menulis di blog pribadi, kita bebas mengelolanya karena kita sebagai adminnya. Satu lagi, blog tersebut gratis di internet. Kita bisa mencari tahu di google.com dan youtube.com mengenai cara membuat blog gratis di internet, seperti di blogger.com dan di wordpress.com. Caranya sangat mudah kalau kita mau membaca panduannya dan belajar secara mandiri.

Perbedaannya adalah yang satu gratis, sedangkan yang satunya berbayar sekitar Rp300.000 untuk domain dan hostingnya per tahun. Namun, Omjay menyarankan sebaiknya pakai yang gratisan saja dulu. Kalau sudah mahir mengelola blog barulah kita pindah ke blog berbayar untuk menunjukkan eksistensi diri di dunia maya.
Blog Om Jay yang masih ada sampai saat ini ada di wijayalabs.com dan wijayalabs.blogspot.com. Bahkan, Om Jay sudah mulai mengembangkannya lagi di blog http://wijayalabs.com. Tentu itu dilakukan setelah Om Jay paham tentang blog dan hosting. Tahun ini beliau mulai mengembangkan lagi dua blog gratis baru yang isinya tulisan rekan-rekan di wa group yaitu omjaylabs.wordpress.com.

Menulis online itu banyak manfaatnya. Satu di antaranya adalah banyak orang yang akhirnya mengenal kita setelah mereka membaca tulisan kita di internet. Kita bisa menulis di media sosial, seperti di facebook, twitter, instagram, blog, dll. Om Jay sendiri lebih banyak menulis di blog. Oleh karena itu, orang banyak mengenalnya sebagai blogger daripada sebagai guru TIK.

Hidup adalah sebuah anugerah, kita tidak akan pernah mengetahui betapa berharganya apa yang sudah kita miliki, *sampai kita kehilangannya.* Begitu juga dengan sebaliknya, kita tidak akan pernah mengetahui apa saja yang hilang dalam hidup, *jika sesuatu itu tidak pernah datang.* Maka dari itu, *syukurilah apa yang ada sebelum semuanya menghilang.*

Kesimpulan materi hari ini adalah menulis online sangat membantu kita untuk lebih eksis dalam menulis dan langsung dibaca banyak orang bila tulosan kita informatif dan menarik. Blog bisa dijadikan sebagai salah satu media untuk merekam atau mendokumentasikan tulisan kita.

Apa yang dilakukan Om Jay menginspirasi saya sebagai blogger. Semoga apa yang saya tulis di blog ini menjadi jalan kebaikan bagi pembaca untuk menemukan hikmah serta manfaat di dalamnya. Jika saya belajar ikhlas menulis tanpa mengharapkan imbalan, ingin terkenal atau ingin menambah follower, dan karenanya pembaca terinspirasi, saya yakin Allah akan memudahkan segalanya untuk saya. Aamiin.

AGAR KATA-KATA TIDAK HILANG MAKNA


Pinterest

Bertemanlah dengan orang positif, pasti ketularan positif. Kala rerumputan bertanya pada semilir angin, mengapa tidak ada yang meliriknya. Angin menjawab, itu karena rumput diciptakan untuk selalu di tanah. Akarnya kuat, meskipun daunnya mudah tertiup angin. Kalau ada angin besar, tidak mudah patah. Lihat pohon besar itu! Kendati besar, tetapi cabang atau ranting, bahkan batangnya bisa patah sewaktu kena badai. Bersyukurlah, rumput. Kecil-kecil, tetapi akarmu yang kokoh tidak mudah tercerabut dari tanah.

Iya, angin, itu betul. Tapi enak ya jadi angin. Bisa ke sana ke mari. Bisa melihat pemandangan di seluruh belahan dunia. Sedangkan rumput cuma bisa diam di tempatnya. Rumput merajuk.


Angin membisu. Ia menarik napasnya kemudian mengembuskan perlahan. Rumput, kau seharusnya banyak bersyukur. Angin tak sehebat yang rumput kira. Angin pun patuh pada kehendak Tuhan, ke mana ia harus melanglang buana.


Angin sedih karena rumput tidak bisa melihat apa yang dilihatnya. Banyak pepohonan rubuh karena kencangnya tiupan angin. Atap-atap rumah juga beterbangan, bahkan angin pun kerap hadir dan disebut namanya pada momen-momen bencana alam. Sungguh, penderitaan makhluk-makhluk lainnya telah ia saksikan. Dan ia tak bisa menolak kehendak Tuhan atas apa yang telah menjadi tugasnya. Rumput hanya melihat dari sudut pandangnya saja, wajarlah kalau pikirannya sependek jangkauan matanya.


Rumput, banyaklah melihat sekitarmu. Ambillah pelajaran darinya. Jangan banding-bandingkan dirimu dengan makhluk lainnya. Sesungguhnya kau banyak memiliki kelebihan yang makhluk lain tidak melihat, bahkan menganggapmu. Carilah apa yang menjadi kelebihanmu dan banggalah dengan itu. Kau itu istimewa. Stop mengeluh dan berikan manfaat bagi makhluk lainnya. Tidak ada satu pun makhluk yang diciptakan Tuhan dengan sia-sia di muka bumi ini. Angin pun bersiap untuk meninggalkan rumput yang terdiam. Sebelum pergi, angin membelai dan meniupkan kesegaran udara di atas kepala rumput. Rumput tersenyum.

Cerpen Pilihan Kompasiana

Jumat, 21 Februari 2020

DEWI SANDRA: MUSLIMAH JANGAN KALAH DARI DURIAN



Sumber: Instagram edufestalkahfi


Pada awal talkshow yang dipandu oleh Qonita, alumni Pesantren Al Kahfi dalam acara Education Festival 20 Februari 2020, Dewi Sandra mengungkapkan harapannya semoga kita semua bisa mendapatkan segala sesuatu yang kita inginkan di dunia ini. Namum, kita juga harus menyadari bahwa semua itu tidak ada artinya. Apakah dalam agama kita tidak diajarkan tentang nafsu? Ada hadits yang berbunyi "dunia di sisi Allâh sebanding dengan sebelah sayap nyamuk."

Menurut Dewi, kita boleh mengejar mimpi dan cita-cita. Bahkan, cita-cita dan mimpi kita harus besar, tetapi jangan pernah menggadaikan akhirat untuk dunia. Itu pelajaran yang paling berat bagi Dewi. Dewi membatalkan kontrak-kontrak karena ia yakin bahwa Allah Mahakaya. Meskipun kemudian yang datang justru tawaran-tawaran itu (yang mengharuskan beliau harus melepas hijab), tetapi ia tolak sebab ia yakin bahwa apa yang Allah janjikan akan datang. Dewi tidak pernah membicarakan nominal karena itu terlalu receh dan ia meyakini janji Allah itu pasti.

Setelah Dewi hijrah dan memutuskan berhijab, ternyata ada pihak yang mengajaknya pergi ke Paris, Turki dan Dubai, ia bisa terus berkarya dengan tetap mengenakan hijabnya. Tahun ini adalah tahun ke-8 ia berusaha untuk istiqomah berhijab. Namun, hal ini menurutnya, bukanlah sesuatu yang harus dibanggakan karena endingnya lah yang akan menentukan. Endingnya adalah ketika kita berada di liang lahat. Apakah kita mampu menghadap Allah dan mampu menghadapi pertanyaan-pertanyaan-Nya kelak di akhirat. Tidak ada yang bisa luput dari kematian.

"Orang tua tentu pernah melewati umur 12, 13, sampai 17 tahun, tetapi yang hadir di sini belum tentu akan melewati usia sampai 20 tahun atau 50 tahun kita jangan GR atau kepedean. Dari sekarang, kalian harus sudah mulai menata hidup. Karena untuk bisa naik kelas kita harus melewati ujian," ujar Dewi lembut.

Dewi menekankan kepada hadirin bahwa yang paling menentukan berhasil atau tidaknya suatu ujian itu justru hari-hari sebelum ujian, kita belajar atau tidak, mempersiapkan soal-soal atau tidak, sebab kalau tidak ada persiapan, sudah bisa dipastikan hari ujiannya akan gagal total. Maka luruskan niat karena suatu hari pasti akan terjadi, saat ruh berhadapan dengan Allah dan apakah yang kita bawa ke hadapan-Nya? Kaki kita tidak akan beranjak sampai kita menjawab untuk apa masa muda kita dihabiskan. Dalam hal ini Dewi mengaku gagal total. Kalau kita tidak fokus untuk menghadapi ujian nanti kita tidak akan mampu menjawab semua pertanyaan pertanyaan di akhirat.

Manakah yang lebih sulit ketika hijrah atau mengupayakan Istiqomah, Dewi menjawab kedua-duanya karena musuh yang terbesar adalah melawan diri sendiri. Apa makna dari pernyataan "Masa lalu menciptakan masa depan"? Dewi mengungkapkan teori Edward Lorenz yang mengatakan sebuah kepakan sayap kupu-kupu di Brazil akan menghadirkan sebuah tornado di Amerika. Sebagaimana kita ketahui, kupu-kupu adalah binatang kecil, tetapi mempunyai dampak yang cukup besar. Sekecil apapun yang kita perbuat, punya dampak di masa depan.

Hijrahnya Dewi bukan karena Dewi sendiri, tetapi karena doa dari orang tua. Doa orang tua itu paling mujarab, amazing, seperti sniper yang sasarannya tepat. Oleh karena itu, perbaikilah hubungan dengan ibu dan minta didoakan. Meskipun Ibu telah meninggal, tetapi karena doa ibulah kita menjadi lebih baik, bukan karena kita telah membaca Alquran atau mengerjakan ibadah-ibadah lainnya. Hormati, sayangi, dan taatilah ibumu karena itu efeknya sangat besar. Silakan dites, mungkin kalian akan merasakannya sendiri. Itulah kepakan sayap yang paling jitu.

Saat ini hal yang paling kecil telah terjadi di Cina adalah Virus Corona. Virus yang sangat kecil, tetapi besar sekali dampaknya. Apalagi contoh yang kecil berdampak besar? Lisan kita. Kita lihat, yang paling banyak melakukan ghibah itu adalah perempuan yang notabene berjilbab, tetapi itulah kenyataan hari ini muslimah banyak yang tidak memiliki ilmu. Kelemahan wanita terletak di mulutnya. Masih ada yang suka menggibahi teman-temannya. Mengapa hal itu terjadi? Karena ilmunya belum menempel di hati. Kalau kita benar-benar paham itu tidak boleh karena sama halnya seperti memakan bangkai saudaranya sendiri, kita tidak akan pernah menjelek-jelekan orang lain atau menyakiti orang lain. Kita bisa saja minta maaf kepada Allah dan insya Allah, Allah akan mengampuni karena Allah Mahabaik. Akan tetapi, jika kita tidak meminta maaf kepada orang yang telah kita jelek-jelekan, dosanya sangat besar dan justru pahala kita akan ditransfer kepadanya. Pahala kita habis dan dosanya akan ditransfer ke kita. Kalau kita memiliki ilmu, kita akan berpikir beribu-ribu kali sebelum mengghibah.

Dewi berpesan, sebagai muslimah kita harus menjaga adab, pemikiran, sikap, cara bergaul, cara berbicara, bahkan sampai cara kita bermain sosmed. Tentu banyak juga perempuan yang menyukai K-pop. Ini sebenarnya tidak boleh, tetapi inilah dunia yang akan membawamu ke atas, ke bawah, ke samping, ke belakang, yang bisa melalaikan kita dari Allah Subhanahu wa ta'ala. Oleh karena itu, untuk bisa berhijrah dan istiqomah harus belajar agama, membaca Al-Qur'an, berusaha mengerti dan memahami artinya, membaca hadis-hadis, sejarah nabi-nabi, dan sejarah para sahabat yang dijamin masuk surga. Kemudian kita introspeksi diri, jangan-jangan selama ini kitanya yang salah memilih panutan.

Agar selalu istiqomah, Dewi meminta kita untuk senantiasa menjaga hubungan dengan ibu, orang tua, keluarga, dan hubungan yang terbaik adalah dengan Allah. Efek samping yang paling seram adalah kalau kita salah dan yang paling indah kalau kita tepat menentukan pilihan. Pilihan itu ada di kepakan sayap kita sendiri.

Dewi berpesan, muslimah yang hidup di era milenial dan banyak godaannya, agar senantiasa istiqomah adalah menjaga hal yang utama, yaitu ilmu. Tidak mungkin kita bisa melalui setiap ujian kalau kita tidak memiliki ilmu karena di luar sana sangatlah ganas dan sangar. Pergunakan waktu dengan mencari ilmu karena kalau sudah masuki usian 30-40 tahun otak tidak lagi segar untuk menerima ilmu. Alangkah sedihnya Dewi ketika memasuki 30-40 tahun baru mengenal Khodijah yang luar biasa dan Aisyah sebagai penghafal hadits terbanyak. Dewi mengaku hafal banyak lagu tetapi tidak hafal hadits. Dewi prihatin remaja sekarang  sibuk bermain tiktok, tetapi ilmu agamanya tidak ada.

Formula Allah adalah "Siapa yang mengikuti jejak Nabi, dialah yang akan selamat." Sekali lagi Dewi menekankan, untuk bisa istiqomah, yang pertama menuntut ilmu karena ilmu sangatlah penting dan yang kedua hindari ghibah.
Setelah menerima ilmu berusahalah untuk mengamalkannya. Untuk apa otaknya pintar, tetapi prakteknya zero. Satu hal penting adalah kita berubah dengan sikap kita, semua wanita yang sudah memakai hijab, mengaku beriman kepada Allah dan rasul-Nya, harus pandai menjaga akhlak karena wanita adalah kesan pertama agama kita. Pikirkan bagaimana efeknya kalau kita berada tidak tepat di tempat yang tidak tepat. Besar sekali dampaknya. Tunjukkan sikap Islami, cara berbicara, dan pembawaan kita karena wanita Islam itu elegan, mahal, dan keren.

Sikap histeris dan ekspresif menunjukkan kekaguman pada seseorang harus dilakukan pada tempatnya, jangan sampai orang menganggap kita, apa bedanya sama saya. Kita tidak boleh sama (perilakunya) dengan orang yang belum belajar (Islam).

Kemudian wanita yang tampak anggun terbalut hijab dan gamis itu mengambil durian sebagai perumpamaan.  Durian adalah buah yang paling memiliki sifat muslimah. Sebagai the king of Fruit, kamu suka atau tidak, durian tetaplah menjadi durian. Durian itu satu-satunya buah yang tidak boleh naik pesawat dan masuk kamar hotel, padahal duren tidak salah apa-apa. Durian tetap menjadi durian yang yang harganya mahal, bangga dengan wangi dan  rasanya,  dengan segala sifat kedurianannya. Kita tidak mungkin kalah dengan duriam. Muslimah haruslah istiqomah, belajar, mengamalkan ilmunya, dan bangga dengan keislamannya. Hanya ingin menjadi hamba yang dicintai Allah dan mengamalkan syariat Islam.

Dewi Sandra yang sekarang adalah sosok pribadi yang anggun bagaikan kupu-kupu dengan sayapnya yang indah. Jauh dari kesan glamour seorang artis. Tawadhu dan tidak sombong. Semoga istiqomah, Dewi Sandra.

Kamis, 20 Februari 2020

JURUS MEMBANGUN SEKOLAH MEMBAHAGIAKAN



Kemarin malam, telah hadir narasumber bernama Enjang Idrus, M.Pd.I. Beliau memberikan pencerahan tentang sekolah yang membahagiakan. Kemudian timbul sebuah pertanyaan, mengapa harus sekolah yang membahagiakan? Landasan sederhana secara psikologis sesuai yang membahagiakan akan dikejar oleh semua orang, akan betah di tempat itu akan selalu ceria, termotivasi, bersemangat tidak mengenal lelah, letih. Bahkan, saat lelah dan letih pun ia akan bangkit kembali.

Jurus ini sebenarnya sebagai bahan konsultan saya pada beberapa lembaga sekolah atau lembaga pendidikan yang bisa disampaikan selama  dua bulan secara intensif. 

Timbul pertanyaan apakah selama ini yang bertugas di sekolah SUDAH BAHAGIA atau BELUM? Mulai kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, siswa, bahkan sampai orangtua.

Jurus pertama, yakni Formula Bahagia Kepala Sekolah. Kepala sekolah sebagai top leader and top manager di sekolah harus memahami versi bahagia. Bahagia tidak hanya untuk dirinya, tetapi untuk semua unsur. Cara sederhana mengecek kebahagiaan kepala sekolah yakni apakah kepala sekolah sudah bisa menggunakan pola "pikiran laci" bagi istilah saya.

Pola laci yakni pemisahan dirinya saat di rumah, saat di sekolah dan saat di mana pun. Misalnya saat kepala sekolah pergi dari rumah itu maka keluar dari rumah semua pikiran tentang rumah serumit apapun tidak dipikirkan, dia datang ke sekolah memikirkan urusan sekolah. Selain itu, mengapa kepala sekolah harus baahgia dan membahagiakan?

Pertama, Ketika membahagiakan orang, maka toksin (racun) dalam tubuh akan keluar melalui ketenangan hati. Sehingga tubuh semakin kebal dari berbagai penyakit. Mau bukti? Silahkan anda buktikan selama 10 hari membahagiakan orang yang ada di sekolah, niscaya akan merasakan. Apakah ini bohong? Tidak! Sudah jangan banyak pikir-pikir dulu deh, lakukan saja dulu, kalau sudah dilakukan tidak terbukti. Berarti ada yang salah dengan pembuktian tersebut.  Banyak yang sudah membuktikannya.

Kedua, membahagiakan orang lain berdampak positif pada orang lain, yakni orang lain merasa dihargai dirinya, prestasinya, privasinya sehingga menghargai kepala sekolah dengan kewibawaan. Kewibawaan pemimpin tidak perlu diminta, penghormatan dari bawahan gak perlu disuruh, ketaatan tidak perlu diperintah, tetapi dengan memberikan kebahagian, apa yang diinginkan dari bawahan dengan sendirinya datang tanpa diminta.

Ketiga, Membahagiakan orang lain itu ibadah. Mengapa harus beribadah? Inilah dalilnya Naqli-nya. Ketika kita membahagiakan orang lain, orang lain berbahagia. Membahagiakan termasuk tolong memolong dalam hal kebaikan, (Lihat QS. Al-Maidah: 2). Perbuatan baik memperoleh ridha dan rahmat-Nya.
Keempat, membahagiakan orang lain berarti memberikan gairah hidup, sehingga orang yang dibahagiakan menjalani hidup dengan bahagia dalam  bekerja dan bertindak positif. Sehingga antusias merencana, semangat kerja, bersiap diri dievaluasi, akhirnya tambah bahagia  bahkan menularkan ‘virus kebahagian’ pada orang lain.

Kepala sekolah yang bahagia mampu menciptakan kebahagiaan dirinya dan orang lain. Bagaimana seorang kepala sekolah bisa bahagia, sedangkan dalam memimpin itu berbagai problem?
Sebuah analisis sederhana : 
masalah datang - ditanggapi pikiran- dimasukan ke hati.

Kita perhatikan masalah datang kemudian ditanggapi pikiran, apakah pikiran itu mau menanggapi positif kemudian masuk ke hati maka muncul positif. Sebaliknya, kita perhatikan masalah datang kemudian ditanggapi pikiran, apakah pikiran itu mau menanggapi negatif kemudian masuk ke hati maka muncul negatif.

Jadi saat masalah atau problem datang makan bagaimana pikiran itu memutuskan hal positif atau negatif
Selanjutnya bagaimana kepala sekolah dapat membahagiakan guru dan semua yang ada di sekolah. Ada 6 Kuncinya. PERLU DIBUKA  KUNCI tersebut?

Kalau guru masih membawa pekerjaan ke rumah, laci pikirannya belum optimal. Kasihan anak istri atau keluarga yang butuh kita bila pola ini terus masih berlaku maka sampai pensiun pun masih belum bahagia. Simpelnya, pekerjaan di sekolah dituntaskan di sekolah sehingga ke rumah bebas merdeka bersama keluarga. Gunakan jurus 5 cara kerja efektif cepat, akurat dan membahagiakan. 

Alangkah lelahnya bila kita mencintai pekerjaan, tetapi pekerjaan tidak mencintai kita. Mencintai pekerjaan karena kita menemukan passion pekerjaan kita. Passion itu akan berbalik mencintai kita tanpa diminta. Artinya, hasil akan optimal dan maksimal, kebahagiaan yang didapat juga berlipat.

Beliau merekomendasikan bukunya yang berjudul, "Bahagia itu Simpel, Gak pake ribet" karena akan merekahkan kebahagiaan dalam sekejap. Tertawalah, karena dengannya pekerjaan akan terasa mudah dan cepat tuntas.

Saat kita tersenyum atau tertawa maka dari dalam tubuh kita itu menghasilkan hormon dopamin yang membuat pikiran dan sel saraf dalam tubuh itu rileks. Selain kepala sekolah, pengawas  memiliki banyak problem yang perlu dihadapi dengan cara bahagia.

Tertawalah, asalkan tidak tertawa di atas penderitaan orang lain. Kunci bahagia yang pertama, perhatikan kondisi mendasar bawahan kepala sekolah atau mitra kepala sekolah, yakni isi perut atau UUD (Ujung-ujungnya Dahar). "UUD" dari kepala sekolah pada staffnya menjadi titik awal dalam membangun kebahagiaan guru, staf
Karena itu termasuk kebutuhan mendasar manusia. Jarang sekali kepala sekolah menanyakan pada guru atau staf pada pagi hari, sudah sarapan atau belum. Memang ini masalah sepele, tetapi efeknya luar biasa. Pengalaman saya saat menjadi kepala dengan lebih dari 20 guru menggunakan kunci ini saya perhatikan. Guru tersentuh hatinya

Terpenuhinya kebutuhan perut, guru bersemangat ketika diberikan intruksi, karena guru merasa ada hal lain yang diperoleh yakni terpenuhinya kebutuhan perut. Bandingkan antara guru yang hanya diberi ucapan terima kasih usai melaksanakan instruksi kepala sekolah atau ucapan terima kasih disertai  konsumsi yang memadai. Kira-kira apa yang akan dirasakan guru, lebih berbahagia yang mana?

Saat beliau menjabat sebagai kepala sekolah ada istilah "risiko jabatan", bila beliau makan maka guru juga makan. Lantas, pakai uang siapa? Jika ingin bertambah bahagia, berkah dan berlimpah, sebaiknya memakai uang sendiri. "DIJAMIN!!! gak percaya boleh dibuktikan," tulisnya.

Untuk tahap awal membangun kebahagiaan masih tersisa 5 kunci lagi sehingga bisa melengkapi kebahagiaan.
Kunci kedua setelah isi perut, harus memperhatikan isi otaknya juga karena nutrisi otak akan meningkatkan profesionalisme.

Menurutnya, salah satu ciri sekolah yang maju itu ada program MENGISI OTAK GURU dan Tenaga KEPENDIDIKAN. Semakin otaknya diisi semakin sekolah akan maju karena tumbuh pemikiran solutif, adaftif, dan aplikatif.

Sayang, karena keterbatasan waktu, diskusi harus segera dihentikan. Saya pun sudah mengantuk embusan kencang angin gunung yang datang bersama turunnya hujan. Dua gelas kopi sudah tersesap untuk menemani saya begadang mengetik soal ujian. Ya, sambil mengetik sambil menyimak diskusi via WA. Laci pikiran saya belum optimal, selalu berpikir dikejar-kejar pekerjaan. Belum tenang kalau belum selesai. Ah, rupanya saya masih belum bahagia. Saya sadar kalau masih sering menunda maka stres meningkat. Karena saya ingin bahagia, saya harus segera menyelesaikan tugas dan jangan suka menunda-nunda.  Mencicil pekerjaan selagi sempat akan meringankan dan cepat tuntas. Ini jurus saya.