Rabu, 25 Maret 2020
HIKMAH HP RUSAK
Kemarin HP hang (eh gimana cara nulisnya). Apa yang saya lakukan? Instrospeksi, HP dengan saya tidak bisa dilepaskan, empat hari berturut-turut saya gunakan untuk belajar membuat Google Classroom demi PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Untunglah, di tempat saya mengajar, Pesantren Terpadu Al Kahfi, Lido Bogor, ada guru cekatan dan terampil seperti Pak Fahmi Maulana, guru bahasa Inggris. Beliau tak pelit berbagi ilmu kepada rekan sejawat. Pokoknya TOP BGT deh. Selain itu, saya belajar dari tutorial yang ada di Youtube.
Jadwal hari pertama PJJ adalah bahasa Indonesia, jadwal saya tentunya. Saya posting video dari Youtube untuk ditonton anak-anak sampai jam sepuluh. Jam sepuluh saya janji akan posting soal. Akan tetapi, ternyata rapat pesantren sampai jam sepuluh lewat. Dilanjutkam dengan rapat SMA, wuih saya gelisah karen anak-anak menanyakan kapan ada soalnya, belajarnya gini doang, nih? dan lain sebagainya.
Padahal, saya belajar membuat soal google formulir seharian penuh sampai punggung dan pinggang panas. Itu pun tampilan kurang maksimal karena saya kurang ilmu. Mereka tidak tahu perjuangan saya. Semoga santri-santri menyadari, ada perjuangan guru gaptek seperti saya, ada perjuangan orang tua yang sampai bela-belain membelikan mereka hp baru dan menyediakan kuota demi pembelajaran daring ini.
Kemarin saya terburu-buru ke klinik Al Kahfi, menyusul suami dan anak-anak yang lebih dulu ke sana. Tak diduga, hp saya terjatuh karena tergesa-gesa memakai gamis. Walah, hp rusak, hanya bisa menonton WA tapi tidak bisa membalas. Ya sudahlah saya ke klinik putra saja. Setibanya di klinik, ternyata kata Bu Esa, nakes andalan di klinik putera, tekanan darah saya 117/74, suhu 36.5 derajat celsius, normal alhamdulillah. Suami juga normal walau flu karena begadang ngoreksi dan memasukkan nilai UTS lebih dari 10 kelas kayaknya, karena mengajar semua level di SMP. Anak-anak yang sedang batuk-pilek diberi obat dari klinik.
Sesampainya di rumah, hp saya kotak-katik. Restart lebih dari sepuluh kali, sampai saya lempar pelan sambil baca bismillah, mudah-mudahan bisa pulih (ga tega juga melemparnya, sayang). Tetap tidak bisa. Ya sudahlah, saya hapus grup-grup usang, saya hapus chat WA yang tidak perlu, dan saya sambungkan ke pengisi daya. Pasrah sambil istigfar, istirja, dan doa Nabi Yunus. Sesudah daya terisi penuh, saya biarkan hp dalam keadaan yang masih mati. Life must go on. Saya pun mengerjakan tugas rumah tangga yang lain.
Keesokan harinya, alhamdulillah, hp normal kembali. Saya langsung pakai untuk tahadduts binnikmah dengan menulis pengalaman saya di sini. Yah, rasanya hampa tanpa menulis. Baiklah, walaupun kemarin ada pengumuman UN dihapus tahun ini, saya mengatakan kepada santri-santri saya, "Ada atau tidak ada UN, kalian harus tetap semangat belajar, PJJ tetap ada, tahfizh online berjalan, setoran murojaah, mutaba'ah yaumiah seperti biasa, ya Nak!"
Ada atau tidak ada virus corona, belajar tetap perlu karena kita yang butuh ilmu bukan ilmu yang butuh kita. Ilmu itu berkembang mengikuti zamannya, kalau kita tidak belajar, kita akan tertinggal dalam kebodohan dan terseret-seret dalam arus zaman yang tidak lagi ramah kepada kita. Jangan lupakan Allah karena jika tidak ada satu pun makhluk di dunia kita yang mau menolong kita, cuma Allah yang bisa kita andalkan. Cuma Allah yang selalu ada buat kita, Nak.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar