Awal Januari, saya mengikuti kelas menulis cerpen yang di KGPJB atau Komunitas Guru Penulis Jawa Barat. Ternyata kelas yang saya ikuti tersebut tidak hanya diramaikan oleh guru-guru yang berdomisili di Jawa Barat, ada pula yang berasal dari luar Jawa Barat. Dari 190 orang itu, yang saya tahu hanya Bu Suzi dan Bu Wiwik, teman di MGMP SMA sekabupaten Bogor.
Erni Wardhani selaku admin kelas kelas sekaligus guru di kelas itu, mengarahkan para peserta untuk menulis pentigraf atau cerpen tiga paragraf. Beliau memancing dengan melontarkan ide, kemudian peserta ditantang menulis sebuah paragraf pembuka. Kemudian peserta diminta mengembangkannya menjadi sebuah cerita bersambung. Ajaib, kegiatan ini seolah menjadi candu karena menyenangkan. Peserta melanjutkan kalimat dengan versinya masing-masing. Dari cerita yang awalnya biasa bisa jadi cerita misteri, cerita cinta, cerita anak, cerita lucu, dan cerita haru. Memang jadinya bukan cerpen tiga paragraf, tetapi bisa jadi cerbung! Latihan menulis yang merangsang daya khayal ini cukup menarik karena sudah pernah saya lakukan di dalam pembelajaran bahasa Indonesia saat mengajar di Al Kahfi.
Sesuatu yang baru memang betul-betul menarik dan menantang. Bukan jumlah kata yang menjadi patokan untuk menulis, tetapi jumlah paragraflah yang mesti dperhatikan. Pentigraf awalnya diperkenalkan oleh sastrawan dan akademikus dari Unesa, Dr. Tengsoe Tjahjono. Dinamakan pentigraf sebab syarat utamanya adalah terdiri dari tiga paragraf, tidak kurang dan tidak lebih.
Di kelas, yang lebih banyak berinteraksi dengan peserta adalah Bu Erni Wardhani, sedangkan Pak Prawiro Sudirjo selaku ketua KGPJB hanya memantau kegiatan ini. Bu Erni membimbing tiap peserta dalam dalam menyusun pentigraf. Bukannya hal yang mudah karena untuk orang yang terbiasa menulis panjang tentu akan kesulitan jika harus menulis tiga paragraf saja. Di situlah sebenarnya letak tantangannya!
Hari ini, saya menyaksikan dua pentigraf saya terselip di dalam buku yang berjudul "Sepenggal Kisah di Ruang Cipta". Dua cerpen itu berjudul "Ular!" berisi pengalaman saya sewaktu tahun baru dan yang satunya lagi berjudul "Terlambat" berisi kisah nyata tragis seorang bayi sewaktu saya menjadi pembimbing santri dalam kegiatan praktik pengenalan masyarakat 2019. Kurang lebih dua bulan proses yang dijalani semua peserta dari mulai menulis hingga dibimbing untuk memperbaiki tulisan. Walaupun tidak sedikit kendala yang dihadapi, tak ada gading yang tak marten, plesetan pribahasa ala Bu Erni yang cukup menghibur, saya tidak menyesal telah menjadi bagian dari KGPJB. Terima kasih, teman-teman kelas pentigraf, atas kebersamaan kita selama ini. Tunggu apa lagi, menulislah selagi sempat.
Kembangkan selalu kreativitas dan imajinasi dalam menulis
BalasHapusInsya Allah
HapusLuar biasa!
BalasHapusKeren buuuu.... Selamat berkarya
BalasHapusTerima kasih
BalasHapus