Senin, 16 Oktober 2017

BERANI MELANGKAH



"Dalam menghadapi hal-hal baru, keraguan kerap menghinggapi ruang hati kita, tapi semakin kita menghindarinya justru semakin menumpuk benih kecemasan. Semakin berani mencoba tanpa peduli tantangan apa yang menghadang di depan, semakin menguatkan pijakan kita dengan keyakinan yang kian pasti. Tak ada yang tahu ke arah mana jarum kompas ini akan menghentikan putarannya. Ikuti petunjuk yang sudah jelas dan pasti. Mari hadapi perjalanan ini dengan berani."

~Rosiana Febriyanti

Sabtu, 14 Oktober 2017

JADILAH PROAKTIF


"Saat ada orang yang bersikap buruk dan saya punya kesempatan untuk membalas, bahkan bisa saja mendoakannya yang buruk, saya memilih untuk bersabar, "ujar seorang sahabat. Inilah yang disebut sebagai kesadaran diri.
Kesadaran diri adalah kemampuan untuk berpikir tentang proses berpikir diri Anda sendiri. Kesadaran diri memungkinkan kita untuk memisahkan diri sendiri dan memeriksa cara pandang terhadap diri sendiri.
Di dalam kesadaran diri, kita bebas memilih, mau menjadi seorang yang pemaaf dan penyabar atau menjadi pendendam dan pemarah. Apakah kita sadar sepenuhnya bahwa hidup ini terlalu singkat jika diisi dengan rencana pembalasan dendam? Saya memilih untuk mendamaikan hati ini. Bagaimana dengan Anda?
Ya, sadar bahwa hidup ini tidak baik-baik saja. Ada hal-hal yang menuntut kedewasaan kita. Kita bisa bertindak sesuai suara hati dan kesadaran diri. Mana yang memenangkan hati kita?
Masa depan kita dipenuhi senarai asa dan cita. Namun, susunlah dengan baik agar tercapai. Di sini dibutuhkan langkah-langkah yang serba terukur agar anak panah impian kita tepat mengenai sasaran.
Ungkapan, "Saya tidak bisa, tidak mampu, sudah dari lahir begitu, seandainya saya bisa, saya terpaksa,... " adalah bahasa orang reaktif yang selalu mencari alibi dari setiap kegagalannya. Orang reaktif ini yang biasanya melemparkan tanggung jawabnya kepada orang lain dan mencari pembenaran.
Jadilah proaktif, kawan. Lebih dari memiliki inisiatif, tapi berjuang untuk melangkah maju bersama dalam tim. Tambahkan empatimu untuk listening not hearing, menyimak dan berusaha memahami persoalan yang diungkapkan orang lain. Dalam hal ini dapat dikatakan sejalan dengan bukunya Steven Covey, 7 Habbits, saya meminjam istilah "mengasah gergaji". Asahlah ketajaman empati kita, lebih dari sekadar simpati.
"Saya coba alternatif lain, saya berusaha untuk, saya bisa, saya mampu, sepertinya ada cara lain,... " adalah bahasa yang digunakan orang proaktif. Tarik napas sejenak sebagai jeda kita memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa kita coba untuk menyelesaikan sebuah permasalahan.
Dengan menulis hal ini saya pun sedang memotivasi diri saya sendiri untuk menjadi orang yang proaktif, melawan penjara pikiran " saya tidak bisa", penjara budaya "nrimo", dan penjara pola asuh "jangan nanti jatuh", agar langkah saya semakin mantap.

Senin, 09 Oktober 2017

OMG, UZLAH!

Hari gini ngomongin uzlah? Emang penting yak?

Hmmm... Manusia itu sangat nyaman dengan kebiasaannya, sehingga susah diubah, sulit diajak berkreasi, malas belajar, apalagi berinisiatif buat fastabiqul khoirot.

Padahal,  Ibnu Qoyyim mengatakan salah satu kunci kesuksesan adalah meninggalkan kebiasaan buruk.

Jangan bilang uzlah gak ngefek buat masa depanmu.

Imam At-Thoilah mengatakan,
مَا نَفَعَ الْقَلْبَ شَيْءٌ مِثْلُ عُزْلَةٍ يَدْخُلُ بِهَا مَيْدَانُ فِكْرَةٍ.

'Tiada sesuatu pun yang berguna bagi hati sebagaimana uzlah untuk memasuki medan perenungan."

Misalkan, ada orang yang obesitas disarankan oleh dokternya supaya diet. Nah, ibaratnya uzlah itu diet buat kita yang masih banyak penyakit hatinya.

Uzlah itu latihan buat mengalahkan hawa nafsu kita. Emang segitu jeleknya ya, nafsu itu sampe kita harus uzlah segala.  Apa kita kudu ke gua, nyepi di kuburan, de-es-be? Bukankah ibadah juga perlu nafsu?

Hehe... kenalan dulu atuh sama yang namanya nafsu mutmainnah, nafsu lawwamah, dan nafsu ammarah bis su'i.

Nafsu mutmainnah (tenang) itu kita perlu buat ibadah dan berbuat kebaikan.

Nafsu lawwamah (labil) itu menyesali keburukan-keburukan yang telah kita lakukan.

Nafsu ammarah bis su'i justru yang gak bingits, karena malah merindukan keburukan. Nauzubillahi min dzalik ini mah.

Nafsu kan suka akan hal-hal yang bertolak belakang. Kalau dilarang malah makin tertantang. Yang kayak gini kudu dikendalikan.

Kalau hati kita ngikutin nafsu, abis enak sih, akal ikut berkreasi buat mewujudkan dorongan-dorongannya, berarti kita kalah sama nafsu.

Contoh penyakit hati, kalau disuruh infak, ada pilihan mau infak seceng atau ceban, trus kita milih seceng karena ikut nafsu yang enaknya aja deh. Tandanya hati kita "sakit" tuh.

Pas umroh bawa hp, trus cekrek sana-cekrek sini. Maka perlu tanya pada hati yang terdalam, niatnya apa, mau ibadah atau menampakkan kesyukuran? Pilih buang HP atau buang foto? Jleb! Yah, gak sampe segitunya kaleee.

Insyaallah saya senang melihat foto-foto orang lain umroh. Malah mikirnya, Ya Allah pengeeeeen.

Intinya saya cuma mau bilang kalau uzlah itu obat hati. Nah, kalau buat emak-emak, gimana cara uzlahnya ya?

Uzlah yang reccomended buat emak-emak adalah:
1. Diam, stop ghibah. Mulutmu harimaumu.
2. Banyakin zikir, baca Alquran, sholawat. Sholat yang 5 waktu jangan ditinggal yak, tambahin duha, rowatib, salat malam, dll.
3. Diet pandangan dari tulisan sale, diskon, dan nonton drakor atau india movie.
4. Kurangi tawaf dari mall ke mall, online shop, dan pasar lainnya.
5. Uzlah kuping, misalnya dengerin mp3 bacaan Alquran, dengerin ceramah, hadir di majelis taklim, dll.

Udah, segitu aja.  Cobain dulu tips ini. Kalau efeknya positif, tolong kabari saya. Tapi kalau gak ngefek juga, kesalahan bukan pada resepnya, tapi pada semangat Anda yang lowbat, mungkin tempat tinggal Anda sinyal kebaikannya lemot. Peace, mak. 😜

Anda adalah orang hebat. Orang hebat menghebatkan orang lain. Tak kurang ilmu kita jika kita membagikannya. Justru Allah semakin menambah ilmu kita.

Wallahu alam.
Baarokallahu fiikum.

Rosianafe