Jumat, 31 Januari 2020

KIAT RAMDHAN HAMDANI AGAR TULISAN TEMBUS MEDIA CETAK DAN ONLINE



Hari ke-16, 31 Januari 2020
Workshop Menulis Bersama Om Jay
Narasumber :  Ramdhan Hamdani
Disusun oleh :  Rosiana Febriyanti
================================

Sosok inspiratif kali ini bernama Ramdhan Hamdani. Beliau tinggal di sebuah desa di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Setelah 9 tahun berprofesi sebagai guru dan baru satu semester ini menjabat sebagai Kepala Sekolah.

Pada malam ini beliau berbagi pengalaman saya menulis d berbagai media cetak serta online. Namun, sebelumnya, terlebih dahulu beliau menyampaikan tujuan dari aktivitas menulis itu sendiri.

Pertama, menulis merupakan Bentuk Aktualisasi Diri; Kedua, Menulis Sebagai Bagian Dari Profesionalisme; ketiga, Menulis untuk Menambah Relasi; keempat, menulis sebagai Sarana untuk Menyampaikan Pendapat secara lebih beradab; Kelima, menulis sebagai prasasti ataupun Kontrol (Literatur) Sejarah; Keenam, sebagai Tiket untuk Ikut Seminar / Pelatihan; Ketujuh, Menulis dapat Mendatangkan Keuntungan Secara Finansial

Adapun beberapa keuntungan ketika menulis di Media Cetak antara lain:
Pertama, untuk Menunjukkan eksistensi diri; Kedua, Sebagai bukti bahwa kita benar-benar memahami bidang yg kita geluti; Ketiga, Sebagai bagian dari penilaian kinerja (bagi ASN), ada kaitan dengan penambahan angka kredit untuk kenaikan pangkat dan golongan; Keempat, Sarana untuk memperkuat citra  lembaga; Kelima, Sebagai sarana untuk memberikan masukan kepada pengambil kebijakan; Keenam, Dapat dilakukan oleh siapa saja; Ketujuh, untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Lantas, bagaimana agar tulisan kita bisa dimuat di media cetak ?
Pertama, kenali karakteristik media cetak yang akan kita tembus. Maksudnya apakah media cetak tersebut bersifat umum ataukah hanya memuat berita atau artikel yang berkaitan dengan tema tertentu saja, misal media otomotif, hobby dan sebagainya; Kedua, Pahami ketentuan yang ditetapkan. Misalnya, untuk opini umum minimal jumlah kata sebanyak 800 - 1000 kata dengan honor sebesar 500.000. Adapun untuk tema pendidikan hanya diminta 400 - 450 kata dengan jumlah honor 300.000 belum dipotong pajak. Artinya, ketentuan tersebut (jumlah kata) harus benar - benar diperhatikan; Ketiga, Tulislah topik yang sedang hangat dibicarakan di tengah masyarakat; Keempat, Tulisan hendaknya mengandung permasalahan serta solusinya; Kelima, Penulis hendaknya memiliki sikap atau posisi yang jelas (tidak netral); Keenam, Memperhatikan kaidah-kaidah penulisan yang berlaku. Pengunaan titik koma, huruf besar dan kecil mohon diperhatikan.

Keterampilan untuk menulis menggunakan kaidah yang berlaku akan terasah dengan sendirinya seiring seringnya kita membaca dan menulis.

Ketika awal mencoba mengirimkan naskah, 10 kali naskah beliau ditolak, baru naskah yang ke-11 dimuat oleh media cetak. Artinya, dalam dunia kepenulisan, mental baja dalam arti pantang menyerah harus kita miliki.

Beberapa alasan mengapa naskah kita tak kunjung dimuat antara lain : Pertama, Tema yang dibahas sudah pernah dimuat pada edisi - edisi sebelumnya; Kedua, Tema yang diangkat bukan merupakan topik/isu hangat yang tengah didiskusikan; Ketiga, Tulisan yang dibuat bisa jadi belum memenuhi kaidah-kaidah yang ditetapkan. Oleh karena itu, beliau menyarankan agar penulis sering membaca artikel yang pernah dimuat di koran; Keempat, mungkin Terlalu banyak data (statistik) yang dicantumkan; Kelima, Data yang digunakan mungkin sudah  tidak lagi relevan atau sudah usang. Seiring kita membuat tulisan, biasanya hal - hal seperti ini akan bisa teratasi. Beliau sendiri masih suka nengok KBBI online apabila sedang ragu. Berdasarkan pengalaman beliau untuk media cetak lokal/daerah biasanya mereka lebih welcome dengan tulisan kita.

Adapun beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum kita membuat tulisan adalah: Pertama, Bacalah Beberapa Tulisan di Media Cetak. Agar kita memiliki bayangan tentang bentuk tulisan seperti apa yang diinginkan oleh pihak Redaktur






Kedua, tentukan tema atau topik yang akan diangkat; Ketiga, buatlah judul yang menarik. Berikutnya, pahami sistematika penulisan.

Dalam pemilihan topik tulisan tergantung kita, topik apa yang ingin kita bahas. Akan tetapi, biasanya redaktur juga melihat latar belakang kita. Artinya, kalau kita sebagai guru atau praktisi pendidikan, sebaiknya membahas isu - isu tentang pendidikan. Itu untuk media cetak tertentu, tetapi untuk media cetak yang lainnya ada juga yang tidak memperhatikan latar belakang kita, artinya kita bisa membahas topik umum seperti Corona dsb. Artinya, sekali lagi kita memang perlu memahami karakteristik media cetak yang akan kita kirim.

Sebagai contoh, dalam sebuah media cetak ada 3 jenis kolom tulisan (pendidikan, opini umum, dan religi), untuk media cetak semacam ini beliau sarankan yang kita sasar  kolom pendidikan dan religi, karena untuk opini umum peluang untuk dimuatnya sangat kecil. Sebaliknya, ada juga media cetak yang hanya memiliki satu kolom opini saja, yaitu opini umum. Nah kalau media cetak seperti ini kita bebas untuk mengirimkan berbagai macam tema.

Berikutnya, buatlah kerangka karangan Ini untuk memudahkan kita dalam mengurai setiap kalimat dan membuat paragraf



Beliau juga pernah menulis dengan topik UNBK.

Beliau belum pernah mengirimkan tulisan berbentuk buku ke penerbit, baru sebatas membuat modul untuk kalangan internal. Akan tetapi, lebih dari 200 artikel yang beliau tulis pernah mengisi koran Republika, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Galamedia, Pasundan Ekspres, Siap Belajar, dan lainnya. Luar biasa.

Beliau berpesan agar tidak berkecil hati apabila tulisan kita baru bisa menembus media lokal. "Tabloid lokal juga kalau kita serius bisa jadi anak tangga menuju media nasional," tambahnya.

Setelah membuat kerangka karangan, langkah berikutnya adalah mengumpulkan data-data. Usahakan data yang digunakan adalah data yang terbaru. Data bisa dari buku, koran, juga internet, khusus data statistik biasanya internet lebih aktual.

Kepada peserta workshop, beliau berpesan agar tetap semangat menulis dan jangan kendor. "Salah satu hal yang paling saya sesali dalam hidup saya adalah pada tahun 2002 saya pernah mengirim sebuah naskah ke salah satu surat kabar dan saat itu naskah saya ditolak. Sejak saat itu saya memutuskan untuk tidak membuat lagi tulisan karena ternyata menembus media cetak itu sulit," lanjutnya.

Beliau baru mulai menulis lagi pada tahun 2013 dengan jumlah 10 naskah ditolak, dan pada naskah yang ke-11 baru diterima.

Beliau mengaku menyesal karena selama sebelas tahun saya menyia-nyiakan hidupnya karena saat itu beliau mudah menyerah. Beliau tidak ingin pengalaman pahitnya itu dirasakan juga peserta workshop.

Diskusi berakhir karena terbatas waktu. Ah, sayang sekali karena saya belum puas dengan jawaban beliau, tetapi mata ini juga mengantuk. Baiklah, dear diriku, selamat beristirahat ya.





Kamis, 30 Januari 2020

ASEP SUPARMAN UBAH SISWA TAWURAN MENJADI BERPRESTASI



Hari ke-14, 30 Januari 2020
Workshop Menulis Bersama Om Jay
Narasumber: Asep Suparman
Disusun oleh: Rosiana Febriyanti
================================

Bapak Asep Suparman memulai karirnya di dunia pendidikan dengan menjadi guru kontrak yang diangkat Direktur Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) Depdiknas tahun 2004 yang ditempatkan di SMKN Lubuk Ubar, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu melalui program SMK Kecil di SMP.

Pada akhirnya tanggal 14 Februari 2014 hingga sekarang (2019) beliau diberi amanah mulia menjadi kepala sekolah di sekolah yang dirintisnya.  Beliau adalah kepala sekolah yang ketujuh di sekolah tersebut.



Selain sebagai kepala sekolah, beliau juga sejak tahun 2015-2017 aktif sebagai asesor Akreditasi Sekolah/Madrasah yang tergabung dalam Badan Akreditasi Provinsi Bengkulu; aktivitas lainnya juga aktif menjadi Ketua pengurus Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK Kabupaten Rejang Lebong; dalam organisasi profesi guru, penulis juga aktif sebagai sekretaris Pengurus Kabupaten PGRI Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Di sela-sela rutinitas padatnya aktivitas kesibukan, beliau meluangkan waktu untuk menulis best practice, artikel Pendidikan dan buku non fiksi. Beberapa buku dan karya tulis yang telah ditulis di antaranya berjudul: Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Outcome untuk SMK Maju; Sukses Story Kepala SMK; Revolusi Mental Warga Sekolah untuk SMK Maju; Peningkatan Prestasi Sekolah Sarpras Terbatas dan Mayoritas Siswa Quadran IV; Penerapan Manajemen Prosi Plus Sebagai Upaya Peningkatan Prestasi Sekolah di SMKN 3 Rejang Lebong; Manajemen Berbasis Prosi Mengubah Pasir Menjadi Mutiara; Biografi Perjalanan Guru Kontrak Menjadi Kepala Sekolah Berprestasi.

Perjalanan hidup sejak dari guru kontrak bermetamorfosis menjadi guru CPNS, guru PNS/ASN hingga menjadi kepala sekolah berprestasi sekaligus penulis dan aktivis PGRI merupakan anugerah yang sangat berarti bagi beliau. Dari setiap episode kisah pengalaman hidup membutuhkan kesabaran dan kegigihan dalam perjuangan. Mulai dari episode pertama sebagai guru kontrak (2004 – 2006) dengan pola kontrak 3 tahun, honorarium Rp 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah) per bulan yang bersumber dari APBN. Karena penulis sebagai guru perintis pada sekolah yang baru berdiri maka beliau mengajar beberapa mata pelajaran dan mencari siswa sendiri ke setiap desa di sekitar sekolah. Basic beliau adalah guru mata pelajaran kejuruan perikanan. Sebelum dikirim menjadi guru kontrak, penulis mendapatkan Training of Trainer (TOT) Guru kejuruan perikanan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Guru Kejuruan Pertanian di Cianjur Jawa Barat selama lebih kurang 192 jam pelatihan. Selain itu di Rejang Lebong penulis juga mengambil pendidikan akta IV pada salah satu perguruan tinggi yang ada di Rejang Lebong Bengkulu.

Perjuangan mendirikan sekolah baru di daerah yang dilakukan adalah pada tiga tahun pertama, semua siswa di sekolah yang dirintis tidak dipungut biaya apapun yang penting mau sekolah. Pada episode sebagai guru kontrak, beliau mendapatkan honorarium satu juta per bulan dari APBN.

Beliau berasal dari Pamanukan Kabupaten Subang Jawa Barat dan mengabdikan diri sebagai guru kontrak pusat di salah satu SMK Rintisan di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu.

Pada tahun 2006 beliau mengikuti tes CPNS dari formasi honorer dan dinyatakan lulus. Dari sisi berorganisasi, sejak tahun 2004-2007 beliau aktif di forum komunikasi guru bantu (FKGB) Kabupaten Rejang Lebong, kemudian 2007 – 2009 aktif di anak lembaga PGRI yaitu menjadi pengurus Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) PGRI Kabupaten Rejang Lebong, kemudian pada konferensi kabupaten tahun 2009 mulai masuk menjadi pengurus harian sebagai wakil sekretaris PGRI Kabupaten Rejang Lebong masa bakti 2009-2014 dilanjut masa bakti 2014-2019 menjadi sekretaris PGRI Kabupaten Rejang Lebong.
Pada episode kedua ini penulis menjadi guru CPNS dan menjadi PNS/ASN. Setiap kegiatan sekolah penulis dituntut paling aktif dalam mengabdikan diri di sekolah hingga diamanahi sebagai wakil kepala sekolah di sekolah yang dirintis tersebut.

Mulai Februari 2014, beliau diamanahi sebagai kepala sekolah oleh Bupati Rejang Lebong. Awal memimpin sekolah keadaan sekolah serba terbatas dan mayoritas siswa berasal dari kalangan keluarga secara ekonomi tidak mampu dan secara kemampuan akademik siswa lemah. Atas kerjasama yang baik dan doa semua warga sekolah beliau mengubah sekolah yang kurang diminati hingga meningkatnya animo masyarakat melalui penerapan manajemen berbasis problematika dan solusinya (prosi) mampu meningkatkan prestasi siswa dan sekolah.

Pada masa peralihan PNS SMA/SMK ke Provinsi, pada bulan Januari 2017 beliau dikukuhkan kembali sebagai kepala sekolah oleh gubernur Bengkulu. Sejak 2017-2019 sekolah yang dipimpinnya menjadi sekolah model Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), mulai tahun 2019 menjadi sekolah rujukan dan di akhir 2019 terpilih menjadi sekolah yang akan direvitalisasi pada tahun 2020. Sejak tahun 2019 lulusan sekolah yang beliau pimpin diterima di negara Jerman dalam program magang kerja sambil kuliah.



Beberapa prestasi yang telah diraihnya di antaranya adalah: mendapat penghargaan Gubernur Bengkulu sebagai guru berdedikasi tinggi tahun 2011; Juara I Guru SMK Berprestasi Tingkat Kabupaten Rejang Lebong tahun 2012; Juara I Guru SMK Berprestasi Tingkat Provinsi Bengkulu tahun 2012; Finalis Guru SMK Berprestasi Tingkat Nasional tahun 2012; Menjadi perintis pendirian Akademi Komunitas Negeri (AKN) Rejang Lebong tahun 2012; Finalis Review dan Diseminasi Hasil Penulisan Best Practice Guru tahun 2013; Juara I Lomba Inovasi Pengelolaan Satuan Pendidikan SMK Tingkat Regional Sumatera tahun 2015; Finalis Seminar Hasil-hasil Penelitian dan Inovasi Pendidikan Tingkat Nasional tahun 2015; Penulis selaku Kepsek sejak Maret 2015 kerjasama dengan Kodim 0409/Rejang Lebong dalam Pendidikan Karakter dan Bela Negara; Juara I Lomba Pemilihan Kepala SMK Berprestasi Tingkat Kabupaten Rejang Lebong tahun 2017; Juara II Lomba Pemilihan Kepala SMK Berprestasi Tingkat Provinsi Bengkulu tahun 2017; Finalis Lomba Simposium Nasional Kepala Sekolah dan Pengawas Tahun 2017; Juara II Lomba Best Practice Kepala Sekolah Tingkat Nasional Tahun 2018; Juara I Lomba Pemilihan Kepala SMK Tingkat Kabupaten Rejang Lebong (2018); Juara I Lomba Pemilihan Kepala SMK Tingkat Provinsi Bengkulu (2018); Juara 5 Besar Lomba Pemilihan Kepala SMK Tingkat Nasional (2018) dan Juara III Lomba menulis buku non fiksi Tingkat Nasional tahun 2019 yang diselenggarakan PB PGRI dalam rangka HUT ke 74 PGRI dan Hari Guru Nasional tahun 2019..


Buku beliau memperoleh sambutan dari Gubernur Bengkulu.



Awal beliau diamanahi sebagai Kepsek, beliau hampir setiap hari melerai anak tawuran karena rata-rata guru SMK itu banyak didominasi ibu-ibu, tidak berani menindak jika ada anak berkelahi. Pernah guru juga diajak berkelahi oleh siswa. Maka beliau sebagai kepala sekolah dituntut berani menindak siswa di lapangan. Walaupun belum pernah berkelahi saat menjadi siswa, tetapi saat menjadi kepsek beliau dituntut oleh keadaan, jadi harus berani menghadapi siswa-siswa yang agak nakal membawa senjata tajam. Bahkan, saat itu di sekolah tidak ada OSIS, yang ada adalah organisasi siswa preman. Alhamdulillah, berkat Kolaborasi sekolah dengan Kodim dan Polres, sekarang tidak ada lagi. Adapun pola kolaborasi dengan Pemangku Adat setempat sudah pernah diterapkan, tetapi kurang efektif. Maka beliau mendatangi Komandan Kodim untuk diajak MoU.



Di Bengkulu juga sangat memegang adat, terhadap pelanggar hukum adat ada sanksi adatnya juga. Untuk menuntaskan permasalahan kenakalan remaja usia SMK lebih cocok menggunakan pola Taruna.

SMK juga menerapkan sistem ketarunaan (termasuk kegiatan apel pagi dan sore) untuk setiap siswa baru wajib ikut Latsar Disiplin taruna baru selama 3 bulan.

Beliau juga berbagi tips dalam menangani siswa yang berkebutuhan diperhatikan:
1. Guru mapel, Wali Kelas dan Guru BK harus berkolaborasi dalam menangani anak berkebutuhan tersebut.
2. Perlu ada home visit
3. Monitor dan komunikasi terus wali kelas dengan Wali siswa di dalam wadah paguyuban ortu.

"Saat saya ikut lomba kepsek SMK Berprestasi Tingkat Nasional, di hadapan seluruh Tendik, saya ditanya bagaimana mewujudkan Kolaborasi Guru dan Tendik di sekolah?
Maka saya jawab saat itu,
Membangun komitmen bersama warga sekolah dlm mewujudkan visi misi sekolah dan memberikan hak dan kewajiban yang proporsional sesuai tupoksi. Serta kita anggap semua warga sekolah itu mempunyai peran yang sama pentingnya, walaupun seorang penjaga sekolah, ibarat pentil ban, walaupun kecil, tetapi sangat besar pengaruhnya, coba mobil bannya tanpa pentil bisa jalan apa tidak?" jelasnya.

Beliau tidak menggunakan istilah "anak nakal". Yang beliau maksudkan berkebutuhan khusus di sini hanya pinjam istilah saja, sebenarnya anak yang nakal itu hanya butuh perhatian lebih saja.

Menghadapi pihak-pihak yang tidak menyukai kita, kiatnya adalah tidak perlu dibuat konflik, kita membutuhkan orang-orang seperti itu untuk melihat sisi yang tidak bisa kita lihat.


Sebagai penutup, beliau tak lupa memberikan kesimpulan dari diskusi malam ini.

Menulis Best Practice (praktik baik) bagi siapapun (guru, kepsek, pengawas) bisa, asal mau terus belajar dan tetap semangat membahana๐Ÿ’ช๐Ÿ˜Ž๐Ÿ‘.

Best Practice itu yang jitu dan keren berisi pengalaman menarik beraroma inovatif solutif.

Untuk menjadi sebuah karya, praktik baik tersebut harus sudah dipraktikkan selama kurun waktu tertentu, misal minimal 2 tahun secara terus-menerus dan ada hasil berupa dampak positif yang signifikan terasa perubahannya.

Dari awal kita melakukan terobosan-terobosan berupa inovasi solutif dalam menghadapi keseharian kita maka bisa kita tuliskan pengalaman tersebut menjadi sebuah karya tulis best practice. Kemudian dari best practice bisa kita kembangkan lagi menjadi buku yang bisa diterbitkan.


Selamat mencoba dan terus mencoba, sukses buat kita semua.๐Ÿ™๐Ÿ˜

LELAKI MISTERIUS


Azan Subuh rekaman mengalun sangat merdu dari speaker mesjid, disela dengking suara motor yang lalu lalang. Tak lama kemudian terdengar suara ikomat yang keriting disela batuknya.

"Gue istirahat dulu!" kata lelaki yang semalaman main gaple bersama enam tukang ojek terminal.
Keenam lelaki lain saling berpandangan.
"Siapa sih dia?" tanya seorang di antara mereka.
"Taau, semaleman maen kita kagak pernah menang lawan dia," sahut lelaki berkumis tebal.
"Yang gue heran nih, tiap azan mesti dia ngeloyor ke mesjid, gue jadi malu karena kagak pernah solat," ujar lelaki berkaos hijau bertuliskan huruf EGP warna merah.
"Gue kira nih, dia punya ilmu, soalnya dia bisa menang terus!" timpal yang lainnya.
"Gimana kalo kita susulin dia ke mesjid!" usul si jangkung yang bercodet di pipi kirinya.
Semua mengiyakan dan menyusul lelaki misterius tadi.

Setibanya mereka di mesjid, ternyata jamaah sudah bubar. Tersisa satu orang dan itu adalah lelaki misterius yang mereka cari. Tampak lelaki itu khusuk berzikir. "Bapak-bapak, kenapa ga ikut jamaah tadi?" tegur marbot.
"Eh, anu... lagi mens!" sahut lelaki berkumis tebal sekenanya.
"Emang, siapa sih lelaki yang duduk di situ?" tanya temannya.
"Hm, tau kagak, itu ustad yang suka imam di mari, suaranya merdu banget." sahut sang marbot sambil berpamitan kepada mereka.

====
Cerita pendek ini memang fiksi, tetapi main gaplenya fakta. Ini terinspirasi dari cerita ustad yang mengajar tajwid, makhrojul huruf di mesjid sekitar rumah saya. Sayangnya, saya gagal mengingat siapa namanya. Pesan beliau, dalam berdakwah itu tidak selalu menggunakan ayat-ayat, di mimbar mesjid. Dakwah justru lebih efektif dengan teladan, tidak banyak omong, tetapi menggerakkan.

Kalau melihat teman yang kesurupan juga beliau berpesan agar jangan panggil beliau, tetapi setiap kita juga bisa merukyah. Baguskan bacaan Alquran, mantapkan hafalan walau bisanya cuma qulhu.

Yang saya takjub pada ustad ini adalah, ketika beliau baru masuk pintu rumah teman saya yang kesurupan, beliau salam, "Assalamu alaikum wahai makhluk Allah", jin langsung kabur, padahal tadinya teman saya meludahi saya dan teman-teman yang membacakannya zikir Al-matsurat. Beliau pesan, "Antum harusnya bisa merukyah sendiri! Tidak perlu panggil ana. Baguskan bacaan (Alquran) dan mantapkan hafalan!" Setelah itu, beliau pergi. Dan kami harus berusaha keras mengusir jin itu dari tubuh teman saya. Saya menyerah dan pulang membawa penyesalan mengapa saya hanya hafal qulhuwallahu ahad, qul auzubirobbil falak, dan qul auzubirobbin naas.





Rabu, 29 Januari 2020

MENULIS SEMUDAH TERSENYUM BERSAMA BU MELNI



Hari ke-14, Rabu, 29 Januari 2020
Workshop Menulis bersama Om Jay
Narasumber : Bu Sri Melni
Disusun oleh: Rosiana Febriyanti
============================

Ibu Sri Melni adalah guru SMP yang gemar menulis buku, pegiat literasi dari Solok, Sumatera Barat. Beliau mengajarkan cara menulis dengan suara menggunakan aplikasi write plus yang diunduh terlebih dahulu di playstore, kemudian para peserta workshop diminta mengunduh aplikasi write plus dan mencobanya sendiri.



Beliau mengajarkan cara menulis dengan suara menggunakan aplikasi write + yang diunduh terlebih dahulu di play store kemudian para peserta workshop diminta mengunduh aplikasi tersebut dan mencobanya sendiri.

Langkah-langkahnya sebagai berikut.

  1. Mula-mula unduh terlebih dahulu aplikasi write+ 
  2. Jika sudah terbuka tekan tanda plus berwarna hijau, tunggu sampai keluar keyboard-nya
  3. Lalu tekan lambang mikrofon yang ada di keyboard sampai berbunyi ting dan lingkaran di sekitar mikrofon berubah warna menjadi hijau, barulah kita mulai berbicara, lalu muncullah tulisan dari apa yang kita ucapkan.
  4. Ucapan harus jelas agar dapat tertangkap oleh Google untuk menampilkan kata dengan tepat di layar.
  5. Kalau ada tulisan yang salah kita tinggal mengeditnya sedikit dengan menggunakan keyboard untuk merapikan tanda baca, huruf kapitalnya, dan kata-kata yang tidak perlu.
  6. Untuk membagi tulisan ke Whats App, tekan titik tiga di pojok kanan atas, tekan share hingga muncul kotak kecil berupa pilihan jenis dokumen, kemudian kita pilih "text".
  7. Kalau muncul kotak bertuliskan "Bagikan dengan" kita pilih lambang WA jika memang mau dibagikan ke WA. Terserah kita, mau dibagikan ke aplikasi email atau yang lainnya.






Beliau berpesan, menulislah seperti air mengalir tanpa memikirkan kesalahan dulu sampai kita terbiasa dulu untuk menuangkan ide ide untuk melahirkan karya.
Semakin banyak yang kita tulis maka akan semakin banyak kumpulan kejadian setiap hari yang harus diabadikan
Terima kasih Ibu Melni yang telah memperkenalkan saya aplikasi ini. Menulis menjadi lebih mudah.


BUNDA HATI, GURU IPA YANG HOBI MENULIS PUISI



Hari ke-13, 28 Januari 2020
Workshop Menulis Bersama Om Jay
Narasumber: Hati Nurahayu
===================

Beliau adalah seorang guru IPA yang selain menulis buku-buku serius seperti bahan ajar, pernah menulis buku pantun, puisi, dan buku sastra lainnya. Girang betul hati saya karena beliau mematahkan anggapan guru IPA tidak bisa menulis karya sastra.



Mengawali diskusi malam itu, beliau menceritakan perjalanan pertama menulisnya bersumber dari pengaruh dosen yang sangat luar biasa, Bapak Yusuf Hilmi Adisenjaja. Dosen tersebut menginspirasi beliau untuk menulis walaupun bukan sebagai mahasiswa yang oke, namun beliau tetap menjalankan nasihatnya.

Tulisan pertama beliau tentang hikmah diharamkannya darah, saat beliau menjadi mahasiswa tingkat 3,
dan terbit di majalah Karimah. Saat itu tulisan beliau dibayar 100 ribu rupiah.



Suka menulis karena awalnya terinspirasi dosen itu. Dan ketika menulis kita memiliki kepuasan tersendiri.

Ketika pertama kali menyelesaikan satu buku, beliau seperti memiliki banyak ide dalam setiap paragraf, bisa mencapai 10 judul yang ingin beliau tuliskan. Namun beliau redam dengan menuliskan dulu ide-idenya itu. Satu per satu beliau kerjakan sesuai waktu luang yang pas untuk mengerjakan.

Sejak itu, beliau berprinsip, menjadi guru harus dapat menginspirasi siswa. Siswa tidak membutuhkan guru hebat atau galak, dan kualifikasi lainnya, atau pun juara tingkat internasional, tetapi beliau ingin menjadi guru yang menginspirasi siswa agar tetap dikenang dan didoakan siswa juga.



Prinsip saya baca-tulis -baca. Saat membaca dan tampaklah ide satu kunci yang akan  dikembangkan hingga menjadi banyak hal yang ingin disampaikan, sehingga beliau menuliskan dan membuka banyak referensi untuk melengkapi literasi ide yang ada di benak beliau.



Bagi beliau, menulis itu untuk memahami yang belum dipahaminya. Dengan mengedit karya guru nasional yang memiliki kualifikasi jauh di atas beliau sama artinya dengan mempelajari ilmu mereka.



Beliau mengenal penerbit indi dari Ibu Emi Sudarwati, orang yang sangat berjasa memberikan kesempatan kepadanya mengedit karya teman secara nasional.

Terkadang, pekerjaan mengedit buku digampangkan oleh penulis. Padahal, mengedit itu bukanlah hal yang mudah.

Memang sebaiknya tulisan kita dibukukan agar mendapatkan ISBN, nomor penerbitan karya kita. Selain itu, buku juga bisa menjadi daftar pustaka yang kuat juga.

Beliau memberi tips cara membuat buku materi ajar. Sebaiknya bahan ajar disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional terlebih dahulu, materi standar nasional, dan mengikuti kurikulum yang ada.

Menurut beliau, bahan ajar yang menarik bagi siswa adalah disertai gambar yang jelas , bahasanya tidak monoton, dan mengajak siswa untuk lebih ingin menggali dalam buku yang kita buat.

Buku bahan ajar beliau baru terbit tahun ini bersama Bapak Marthen Kanginan. Penulis terkenal Erlangga semasa beliau SMA.

Isi buku, lay out, dan hasil editan sangat memengaruhi karya kita. Begitu juga dengan cover atau sampul buku. Terkadang buku zaman sekarang, soal yang terdapat di dalamnya tidak ada kaitannya dengan bahasan materi di dalam bukunya. Semestinya ada kesinkronan antara materi dengan soal yang ada di buku.

Beliau melanjutkan ceritanya dengan pengalaman merintis usaha penerbitan. Beliau memberanikan diri merintis usaha itu di Bandung untuk memudahkan proses penerbitan, karena penulis terkadang memiliki banyak keinginan untuk mengubah cover, dan lain-lain.

Usaha penerbitan itu dinamai Penerbit Buku Tata Akbar dan sekarang sedang menunggu nomor keanggotaan IKAPI. Sejak berdiri, Oktober 2019, penerbit itu sudah menerbitkan 50 buku, dan dijadwalkan pada Februari akan memproses naskah guru dan siswa sebanyak 33 naskah.

Orang yang berjasa dalam usaha beliau ini ialah Ibu Emi. Ibu Emi mengajarkan bagaimana percaya diri menulis dan menerbitkan karya yang tak lolos mayor. Selain itu, Bu Emi juga yang telah melatih beliau bebas berpuisi walau terasa masih ada kekurangan dalam hal diksi. Dari Bu Emi juga, beliau belajar membuat cover dan hal lainnya.

Bu Emi pernah membantu beliau menerbitkan karya sahabatnya yang meminta tolong diterbitkan. Walau hanya dibayar 100 ribu dan mengerjakan dalam waktu yang lama, tetapi bahagia saat melihat sahabat guru bahagia dengan terbitnya karya mereka sehingga beliau berani membuat penerbit sendiri untuk mempermudah penerbitan karya guru nasional dengan mengandalan CV kakak beliau.

Untuk menjadi penerbit buku yang bisa memasukkan ISBN tidaklah mudah. Kadang kesal kalau ada kesalahan, harus sabar.

Modalnya harus bisa mengedit, layout, membuat cover, dan memilih percetakan yang tepat.

Bila guru membayar penerbitan sebesar 350, kewajiban penerbit memiliki 6 buku, 2 buku disetorkan ke perpusnas, 2 ke pusda, dan 2 buat dokumen.

Nah kalau harga 6 buku dikali 30.000, itu sudah mencapai 180.000 rupiah.

350ribu-180ribu=penerbit kebagian 170 buat ISBN, edit,layout, cover, dan sebagainya.

Terkadang penulis menawar kepada beliau. Mereka tidak memahami bahwa penerbit tidak mengambil keuntungan besar dari biaya penerbitan. Sebagus apapun naskah yang diberikan penulis, tetap ada proses edit hingga menjadi buku.

Modalnya, beliau mengajuka ISBN dari CV Tata Akbar milik kakak beliau. Kesulitan yang dialami oleh seorang editor buku, misalnya naskah tidak lengkap: kata pengantar, daftar isi, biografi dan daftar pustaka tidak ada. Bahkan judul juga tidak ada.

Mereka hanya mengirim isi, dan minta jadikn buku lengkap dengan pengantar. Hampir 30 persen yang seperti itu. Bahkan judul terserah penerbit. Di situlah moodnya dalam mengedit buku kadang hilang jika melihat naskah yang amburadul.

Kebanyakan penulis mengatakan cetak buku, padahal yang dimaksud adalah terbit.

Untuk bisa menulis artikel, penulis harus memahami dulu apa itu artikel. Bisa dilihat di link berikut.

http://caramenulisbuku.com/cara-menulis-artikel/cara-menulis-artikel-yang-baik.htm

Wah, berbincang dengan pemateri workshop membuat saya merasa sepertinya saya “terjebak” di antara orang-orang hebat. Jangankan ikut inobel, menulis PTK, best practice juga saya belum pernah. Saya cuma remah rengginang di kaleng Khong Guan. ๐Ÿคญ

Kemudian beliau melanjutkan, untuk menggairahkan menulis harus ada sesuatu.  Misalnya, chemilan..hehehehe
Karena yang beliau rasakan saat menulis lumayan mengeluarkan energi berpikir yang cukup besar.

Selain itu, kita harus bersama komunitas menulis, bersilaturahmi, dan banyak ke toko buku. "Saya suka ke gramedia untuk cari buku warna-warni. Nah, jadi semangat menulis," tuturnya.

Ternyata beliau tidak membeli novelnya Tere liye karena mahal, tetapi beliau melihat kesederhanaan dalam penyajian gambar menjadi daya tarik bukunya, padahal isinya tidak banyak berisi kata-kata mutiara, hanya satu paragraf dalam satu halaman. Nah, kegiatan Peuyeum Bandung Literasi terinspirasi buku Tere Liye saat itu.

Berikutnya, beliau menceritakan pengalamannya dalam menulis buku bahan ajar. Untuk sumber yang akan dicantumkan dalam daftar pustaka pada calon buku bahan ajar yang akan kita kirimkan ke penerbit, sebaiknya dari buku-buku yang bermutu, jurnal, dan ensiklopedia. Ensiklopedi membuat beliau lolos dalam penerbitan dua bukunya, Reptil dan Ekosistem di penerbit mayor. Saat itu beliau menyewa dan scan ensiklopedi untuk mengambil gambarnya. Karena gaptek internet, pengambilan gambar dilakukan serba manual pada tahun 2007. Untuk melengkapi tulisannya yang akan dikirimkan ke Majalah Wanadri, gambar di-scan semua untuk mengambil gambar ular.

Untuk daftar pustaka beliau lebih memilih buku atau jurnal daripada sumber internet. Maka, menulis itu tidak gratis, membutuhkan biaya untuk menemukan sumbernya.

Sebagai penutup beliau menuliskan kesimpulan pada malam itu.
Menulis saja apa yang kita ingin tuliskan, susun sistematikanya sesuai jenis tulisan yang akan kita buat.

Semoga bermanfaat buat kita semua.

Selasa, 28 Januari 2020

RUTIN MENULIS ARTIKEL MENGANTARKAN KANG ENCON SEBAGAI GURU INTERNASIONAL



Hari ke-12
Selasa, 27 Januari 2020
Workshop Menulis Bersama Om Jay
Narasumber: Encon Rahman
Disusun oleh: Rosiana Febriyanti

==================

Pada tahun 2014 beliau sudah menjadi gupres di tingkat kabupaten, tetapi karena masa kerja beliau belum mencapai 8 tahun maka beliau tidak diperkenankan untuk mengikuti tingkat provinsi sehingga pada waktu itu beliau hanya bertahan menjadi juara 1 di tingkat kabupaten.

Pada tahun berikutnya, 2015 beliau diminta untuk tampil menjadi gupres oleh kecamatan, tetapi saat itu beliau menolak karena untuk menjadi gupres membutuhkan portofolio dan pengalaman yang komprehensif. Meskipun menolak jadi gupres, takdir berkata lain, pada waktu itu beliau mengikuti lomba mahkamah konstitusi tingkat kabupaten dan menang selanjutnya diminta untuk tampil di tingkat provinsi, dan akhirnya juga menang juara 1. Juara mahkamah konstitusilah yang mendorong beliau dapat berangkat umroh ke tanah suci secara gratis.

Kemudian tahun berikutnya, beliau baru bersedia mengikuti ajang lomba gupres. Dengan izin Allah, beliau menjadi juara 1 sehingga gupres ini juga mengantarkan beliau berangkat ke Mekkah yang kedua kalinya. Maasya Allah.

Selanjutnya beliau ikut seleksi penerimaan PMCA dari Kemendikbud, dan alhamdulillah dengan takdir Allah, beliau bisa mewakili Indonesia sebagai guru internasional pada tahun 2017.

Dari berbagai lomba tersebut beliau bisa berangkat ke Australia dan belajar pula ke Thailan.

Rahasia untuk menjadi gupres ada rahasia yang bisa dilakukan adalah amalan lahiriyah dan batiniyah. Orang-orang sukses pasti memiliki kekuatan untuk menjadi suksesnya yakni amalan batiniah dan lahiriah. Beliau terpilih menjadi gupres 2016 jenjang sekolah dasar. Pada tahun 2018 saya mendapatkan penghargaan dari presiden berupa penghargaan Satya Lencana, dan alhamdulillah pada waktu itu beliau bertemu dengan Om Jay, sosok yang sangat luar biasa mendokumentasikan seluruh kegiatan yang mereka laksanakan di Bekasi pada kegiatan PGRI.

Saat ditanya apa bedanya gupres dengan guru internasional, beliau menerangkan bahwa gupres berjenjang dari mulai kecamatan kabupaten provinsi dan nasional, sedangkan guru internasional itu ikut seleksi ke Thailand berdasarkan rekomendasi Kemendikbud. Jika menang maka rekomendasi kita diterima oleh Thailand.

Menjadi guru internasional tidak mudah karena posisi beliau menjadi duta bangsa di negara orang lain terutama di 11 negara Asia tenggara. Untuk guru internasional tentu saja harus memiliki keterampilan berbahasa Inggris karena di sana kita akan melakukan presentasi dan wawancara dengan media cetak dan elektronik.

Selanjutnya, beliau memberikan tips amalan batiniah dan lahiriyah yang pernah beliau lakukan. Pertama, secara lahiriyah beliau mengikuti panduan dan ketentuan yang harus dilaksanakan sebagai calon guru berprestasi, kemudian mengisi seluruh format yang diminta kementerian sehingga nilai yang diperoleh sangat tinggi. Kedua, amalan batiniahnya beliau selalu punya wudhu pada saat mengikuti lomba.

Beliau menceritakan hal itu bukan untuk riya' tetapi berbagi motivasi kepada rekan-rekan guru lainnya. Beliau juga mengaku hanya sebagai guru kelas, bukan guru PKN. Bahasa Inggris juga tidak terlalu menguasai.

Selain punya wudhu pada saat ikut lomba amalan batiniah yang dilakukan adalah sedekah dengan berdoa khususon ingin jadi juara.

"Di dalam kehidupan kita tidak bisa bersandar hanya mengandalkan otak tetapi ada sisi lain yang harus kita minta agar kita menjadi orang sukses yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Memiliki wudhu selama mengikuti lomba ternyata amalan batiniah yang sangat menarik sehingga kita menjadi juara ini terbukti dengan apa yang saya capai. semoga kalimat ini menjadi motivasi siapapun untuk menjadi sukses dalam bidang apapun," tuturnya.

Pada ajang lomba tidak mengenal dari Kemenag atau dinas yang pasti mereka akan mempertimbangkan berbagai hal termasuk portofolio pada tahun 2015 yang menjadi juara mahkamah konstitusi tingkat nasional jenjang SD itu dari Kemenag. Ini menggambarkan lembaga tidak menjadi ukuran bagi seseorang untuk sukses.

Poin penting menjadi gupres adalah yang bersangkutan harus komprehensif dari berbagai prestasi, khususnya guru-guru yang memiliki kemampuan menulis dan berkarya karena hanya itulah yang menjadi indikator penilaian tim juri terhadap seseorang.

Amalan batin yang lain ketika kita mengikuti berbagai lomba adalah minta doa kepada orang tua khususnya ibu.

Kemudian beliau menyarankan, untuk menjadi gupres, jangan tergesa-gesa karena bukan saja tidak akan jadi pemenang, melainkan juga hanya menghabiskan waktu dan biaya. Oleh karena itu, untuk menjadi gupres lakukan persiapan yang baik, diantaranya:
1. menulis karya tulis dalam 3 tahun terakhir,
2. karya tulis yang sudah memiliki hak cipta,
3. banyak bertanya dan belajar kepada alumni-alumni gupres tingkat nasional.

Beliau berhasil menjadi gupres atas izin Allah, dan menjadi guru internasional membutuhkan waktu 4 tahun sehingga beliau tidak main-main ketika ingin mencapai impian sebagai gupres nasional dan internasional.

Beliau menulis sejak SMP dan hobinya itu dilanjutkan ketika belajar di SPG, lalu kecanduan menulis hingga menjadi mahasiswa. Bisa lulus kuliah pun karena wasilah dari honor tulisan, termasuk juga dalam hal menikah menikah, didukung dari  honor tulisan yang dimuat di koran.

"Definisi sukses bagi saya adalah bermanfaat bagi orang lain dan saya menjadi jalan kebaikan bagi orang lain," tambahnya.

Bagaimana dengan pemilihan gupres tahun kemarin? Beliau mengatakan, "Lebih kepada ada portofolio secara online. Saya kira tahun ini pun tidak jauh beda, namun tahun kemarin saya amati ada tambahan penilaian agar menjadi pemenang gupres, yaitu kandidat gupres harus memiliki karya yang banyak yang sudah didaftarkan ke hak cipta atau haki.

Kalau penilaian juri waktu saya jadi gupres
Memiliki buku ber-ISBN, nilainya 50 kalau menulis artikel di surat kabar nasional nilainya 10. Kalau menulis artikel di lokal nilainya 5 pada waktu itu 3 tahun yang lalu saya mengirimkan tulisan sebanyak 200 artikel yang dimuat di koran lokal dan nasional sehingga nilainya sangat fantastis tidak bisa dikejar oleh teman-teman lain yang punya buku 10."

Kekonsistenan beliau dakam menulis dibuktikan dengan disiplin menulis setiap hari dan mengirimkan tulisan setiap hari juga, ke koran Radar, ke koran Pikiran Rakyat Bandung, Republika ,dan ke koran nasional lainnya. Selain itu, beliau rutin menulis di majalah-majalah lokal seperti suara daerah PGRI, majalah pendidikan, majalah daerah, dan sebagainya. Beliau berpesan, "Kita harus banyak membaca kalau ingin bisa menulis.
Saya belum tahu apakah mendapat nilai juri atau tidak mungkin teman-teman yang lain bisa jawab karena saya menjadi gupres salah satu hasilnya adalah banyak menulis artikel di koran lokal dan nasional," lanjutnya.

Tulisan pertama beliau dimuat di tabloid mingguan pelajar dan mitra desa, grup harian umum Pikiran Rakyat Bandung. Sebenarnya, banyak tulisan beliau yang ditolak redaksi daripada yang dimuat, tetapi beliau terus berusaha menulis dan menulis tanpa kenal lelah sehingga akhirnya tulisan beliau dimuat.
Tekad dan mental yang kuat menjadi di awal kalau mau menjadi penulis di koran-koran.
Sesungguhnya menulis di koran itu lebih sulit karena koran sudah berbicara tentang bisnis, pangsa pasar dan market koran tersebut.

Menurut beliau, untuk menjadi penulis di koran membutuhkan mental dan tahan banting sebab tidak semua tulisan kita sesuai dengan harapan koran tersebut jadi hal yang harus dilakukan agar tulisan kita dimuat di koran adalah memahami isi koran dan siapa pangsa pasar koran.

Menjadi gupres atau guru berprestasi merupakan kebahagiaan tersendiri bagi beliau karena bisa menjadi jalan kebaikan, dan mudah-mudahan menjadi jalan kebaikan bagi teman-teman guru di seluruh Indonesia. Kebahagiaan juga beliau rasakan ketika bertemu dengan presiden. Menurutnya, ini adalah takdir yang sangat luar biasa yang beliau bisa nikmati.

Sampai saat ini beliau lebih fokus menulis artikel di koran koran dan majalah sehingga menulis buku baru dimulai kembali pada tahun 2020 ini.

Beliau lebih banyak membaca buku dan kliping koran atau majalah sehingga ketika membuat tulisan maka dengan mudah beliau bisa menuangkannya.
Buku tersebut sebagai bahan rujukan dalam tulisannya. Target beliau ingin menjadi maestro penulis. Aamiin.

Sebagai alumni pondok pesantren Daarut Tauhiid di Bandung beliau ingin mengamalkan ajaran gurunya yang mengajarkan agar menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.

Kesimpulannya, untuk menjadi sukses di bidang apapun tidak terlepas dari amalan lahiriyah dan batiniyah selain itu kita harus percaya diri dan yakin pada kemampuan pribadi serta jangan tergesa-gesa dalam menentukan keputusan. Ketenangan, kesabaran, dan keuletan dalam mengikuti kegiatan adalah kunci suksesnya menjadi pemenang Bukan pecundang.

Saya pun tertegun karena merasa masih menjadi pecundang, tidak berani mengikuti lomba apa pun, hanya bisa bersembunyi di blog saya yang sepi pengunjung ini. Namun, dengan tulisan sederhana ini, saya akan terus sebarkan amazing stories lainnya yang membuat saya (dan pembaca) merasa bukan lagi seorang pecundang. Karena itu, saya mulai dengan cara menulis, meskipun tak seorang pun yang membacanya. Stay cool, man! ☺

Bincang Santai dengan Mas Edi S. Mulyanta, Penerbit Andi


Hari ke-11 Workshop Menulis Bersama Om Jay
Narasumber: Edi S. Mulyanta, Penerbit Andi
Disusun oleh: Rosiana Febriyanti
===================

Kerasnya dunia persilatan eh, dunia penerbitan telah dilalui oleh sosok Edi S. Mulyanta. Telah hampir 20 tahun mengelola penerbitan. Sebelumnya beliau adalah penulis buku juga, karyanya terdapat di https://scholar.google.co.id/citations?user=tYwUNqsAAAAJ&hl=id&oi=ao.

Beliau pun merasakan pada tahun 2019 merupakan tahun yang paling berat dalam dunia penerbitan buku. Hal ini disebabkan oleh perubahan teknologi yang menjelma bak bayang-bayang kelam yang dapat melahap dunia penerbitan buku di Indonesia, bahkan di dunia. Runtuhnya dunia surat kabar merupakan pukulan telak bagi dunia cetak dan informasi berupa cetakan. Dunia penerbitan yang saat ini di bawah IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), menjadi was-was dan memandang cukup berat tantangan ke depan dunia cetak dan produksi buku. Undang-undang No. 3 tahun 2017 tentang sistem perbukuan, telah memberikan isyarat yang tegas akan hadirnya format media digital yang telah diberikan keleluasaan untuk secara bertahan menggantikan dunia cetak. Dipertegas lagi dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 75 yang keluar pada tahun 2019, telah memberikan petunjuk secara tegas untuk memberikan arah ke dunia digital di penerbitan.

Hal tersebut membuat dunia penerbitan bergegas untuk mengubah haluan visi misi mereka ke arah yang lebih up to date, menyongsong perkembangan teknologi yang lebih cepat dibandingkan perkembangan dunia bisnis penerbitan secara umum. Beberapa penerbit yang tidak dapat mengikuti perkembangan jaman, akhirnya mencoba mengurangi intensitas terbitan bukunya. Akhirnya berimbas pula ke jumlah produksi buku mereka, dan memukul pula pendapatan atau omzet buku mereka. Penerbit buku di bawah IKAPI adalah penerbit yang mementingkan UUD (Ujung-ujungnya Duit) untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Secara otomatis cash flow akan terganggu, sehingga banyak penerbit akhirnya berpindah haluan ke usaha yang lain.

Salah satu outlet buku yang menjadi darah bagi kehidupan penerbitan, adalah toko buku. Karena kelesuan produksi buku, akhirnya toko buku juga terkena imbasnya, sehingga omzet mereka juga terlibas produksi yang melambat. Penerbit akhirnya mencoba mencari keseimbangan baru di dalam bisnisnya dengan lebih selektif dan mereposisi kembali produksi bukunya.

Beberapa buku bertema How To, atau step by step, telah tergantikan media online yang lebih dinamis karena bisa menyertakan multimedia yang lebih menyenangkan. Hal ini lah yang saat ini oleh penerbit dihindari, karena materi-materi buku sudah banyak sekali tersebar dalam bentuk multimedia, video, suara, dan media lain yang cukup mudah didapat.

Lalu tema apa yang masih cukup menarik bagi penerbit untuk bisa terbit dengan oplah yang masih menguntungkan?

Penerbit biasanya akan melakukan scouting, atau pencarian tema dan penulis, dan tentunya bekerja sama dengan tim riset pemasaran untuk menentukan tema apa yang masih dapat diserap pasar. Penerbit, tidak dapat mengesampingkan data pasar buku di Indonesia, sehingga data pemasaran ini sangat penting untuk memberikan arah haluan ke mana produksi buku dapat dikembangkan lebih lanjut.

Tidak semua tema buku, ternyata bisa digantikan oleh digital, hal inilah yang memberikan harapan baru penerbit untuk masih tetap memertahankan lini bisnis bukunya. Titik balik pasar buku yang lesu (rebound) tampaknya sudah mulai terasa mulai tahun 2019 yang lalu, sehingga beberapa penerbit yang terlanjur mengurangi produksi bukunya bisa tertinggal oleh penerbit yang masih konsisten memertahankan produksi bukunya.

Gencarnya cuci gudang jualan buku dalam rangka menghabiskan buku-buku yang telah terlanjur di produksi seperti program BBW-Big Bad Wolf yang sukses membanjiri produk buku dengan cara cuci gudang, membuang bad stock yang ada di gudang-gudang penerbit yang ada di Indonesia maupun di dunia.

Data-data pemasaran tidak pernah bohong, bahwa beberapa buku dengan tema yang khas ternyata masih sangat baik di pasar. Para penerbit saat ini sedang gencar untuk tetap memertahankan lini bisnis, yang memang telah teruji oleh perubahan zaman. Hal ini memang membutuhkan dana yang luar biasa besar untuk mencoba menggali lebih dalam pasar-pasar buku yang tidak tergoyahkan dengan perkembangan teknologi yang begitu gencar. Di dalam dunia Start-up dikenal dengan strategi bakar uang, penerbit-penerbit masih mencoba untuk melakukan beberapa penelitian tema yang masih tetap baik di pasar.

Gelontoran dana produksi buku masih tetap dilakukan, tentunya dengan tema-tema yang pada suatu saat nanti akan masih dapat diandalkan untuk mengisi darah dana yang akan digunakan untuk memroduksi buku kembali.

Ciri-ciri tema yang masih baik di pasar, memang belum bisa fix diyakini benar oleh beberapa penerbit yang sudah telanjur terspesialisasi pada lini tertentu.

Penerbit-penerbit di IKAPI terkadang mempunyai spesifikasi lini tertentu yang menjadi andalannya. Hal inilah yang dapat calon penulis pegang untuk mengusulkan tema ke penerbit yang memang sesuai dengan lini idealisme mereka.

Penerbit ANDI, Erlangga, Intan Pariwara, Gramedia, Kanisius, Galang, Mizan, dll. mempunyai idealismenya masing-masing, sehingga perlu diperhitungkan oleh calon penulis jika hendak mengajukan usulan buku ke penerbit-penerbit tersebut.

Tema buku yang menjadi andalan toko buku saat ini adalah tema buku non teks, seperti Buku Anak, Buku Motivasi dan Agama, Fiksi, hingga Buku Masak yang masih nangkring di 10 besar data buku terlaris di setiap toko buku di Indonesia.

Permasalahan penerbitan adalah permasalah pendanaan, sehingga hal ini yang menjadi ganjalan semua penerbit di bawah IKAPI. Terbitan indi, terkadang bisa dibiayai oleh penerbitnya apabila sesuai dengan spesialisasi mereka. Penerbit Andi melakukan review terlebih dahulu untuk menggunakan skema penerbitan dengan pembiayaan penerbit. Apabila penulis mempunyai skema pembiayaan sendiri, tidak dipungkiri bisa diterbitkan dengan syarat bukunya dipasarkan oleh penulis sendiri.

Kisaran harga buku tidak dapat ditentukan dengan fix, karena variabel di sana cukup banyak seperti, ketebalan halaman, jenis kertas, pewarnaan, jumlah oplah buku yang dicetak.

Calon penulis dapat mengajukan usulan Proposal Penerbitan ke Penerbit Andi yang isinya adalah:
1. Judul Buku
2. Sinopsis Buku
3. Outline Buku Usulan
4. Sampel Bab
5. Tentang Penulis ke alamat pos-el andipenerbitan@gmail.com dengan subjek Usulan Buku.

Penerbit Andi akan mereviu kelayakan terbit buku calon penulis dan akan diberikan usulan beberapa skema penerbitannya, tentu sesuai dengan keinginan calon penulisnya.

Ada departemen pemasaran yang menanganinya. Konsep dasar pembiayaan dalam penerbitan buku adalah penerbitnya yang membiayai. Nah karena banyak tulisan yang tidak sesuai dengan misi dan visi penerbit, akhirnya tidak dapat terbit. Karena banyaknya buku yang ditolak penerbit, akhirnya penerbit memberikan skema lain dalam penerbitannya. Misalnya dibiayai oleh penerbitnya sendiri, baik melalui skema dana pribadi, CSR Perusahaan, Dana Penelitian Daerah, Dana Sekolah dll.

Penerbit Andi sering menangani penerbitan buku yang dibiayai oleh dana Hibah dari Pemerintah ( Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) dulu Ristek DIKTI.

Skema pembiayaan ini diajukan oleh penulis, kemudian penulis mengajukan hibah penelitian ke DIKTI, yang besar dana hibah kisarannya adalah 15 juta hingga 25 juta. Dana Penelitian Kampus lebih besar dan salah satu outcome (produksi luaran) adalah buku ajar, buku referensi, dan atau buku ilmiah populer.

Mengenai adanya istilah penerbit mayor dan minor, itu hanya sebutan saja, dahulu skala mayor dan minor sejarahnya adalah dari kementrian Pendidikan Tinggi atau DIKTI. Urusan di DIKTI adalah standar kampus yang disebut AKREDITASI yang sekarang hangat dibincangkan oleh Mas Mentri.

Kampus mempunyai standar akreditasi A, salah satunya adalah outcome kampus tersebut apakah mewarnai ilmu di Indonesia atau di dunia, dalam bentuk tulisan ilmiah baik buku Referensi yang stratanya tertinggi, atau Buku Ajar untuk proses belajar mengajar.

Banyaknya terbitan buku yang diusulkan untuk kenaikan pangkat dosen, sehingga DIKTI memberikan standar penerbitan dengan skala Nasional dan Lokal. Hal ini awalnya adalah masalah Akreditasi. Penerbit Nasional adalah penerbit yang minimal mempunyai 3 cabang pemasaran di 3 propinsi.

Terminologi mayor dan minor akhirnya muncul di sematkan di penerbit-penerbit baik anggota IKAPI mapunun Penerbit Kampus di bawah APTI (Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi).

Penerbit Mayor, oplahnya mengikuti outlet Gramedia sebagai oulet utama penerbit-penerbit di Indonesia. Gramedia mempunyai 100 toko buku, setiap toko minimal 20 eksemplar, sehingga bisa dibayangkan oplah cetaknya.

Beliau mohon maaf jika salah, Gramedia hanya menangani Penerbit dan Suplier dengan syarat tertentu, sehingga tidak semua penerbit dan suplier yang bisa masuk, karena keterbatasan rak buku di setiap toko bukunya. Sedangkan, penerbit indi jelas tidak mempunyai dana untuk menerbitkan buku dengan oplah yang sedemikian besar sehingga sangat berisiko karena penerbit hanya menitipkan buku ke toko buku (sistem konsinyasi).

Ada beberapa penerbit Indie yang menawarkan paket-paket hemat, seperti paket 1 juta hingga 5 juta dalam memroduksi bukunya. Jumlah eksemplarnya cukup kecil, kisaran di bawah 50 eks. Penerbit Andi sedang membuat program supaya tidak saling mematikan sesama penerbit IKAPI.

Sebagai simpulan, beliau menambahkan bahwa penerbit adalah lembaga yang mencari profit, dan mempunyai idealisme dalam menerbitkan bukunya sesuai dengan visi misinya. Penulis dapat mengikuti idealisme penerbit dalam menghasilkan buku yang akan dinikmati oleh pembacanya. Kirimkan usulan penerbitan buku, supaya ide Anda dapat ditangkap penerbit dan disebarluaskan ke pembaca.

Sungguh, tidak terbayang oleh saya, betapa kerasnya usaha penerbitan di era revolusi 4.0 kelak. Mungkin buku akan tergantikan dengan buku digital.

Minggu, 26 Januari 2020

Bermodalkan Niat dan Nekat, Ibu ini Berhasil Mendirikan Sekolah


Hari ke-10 Workshop Menulis Bersama Om Jay
Narasumber: Drs. Betti Risnalenni, M.M.

=================

Seperti tulisan saya yang sudah-sudah, tulisan ini akan terbaca random karena saya menyusunnya berdasarkan penuturan langsung narasumbernya dengan peserta workshop.

Dra Betti Risnalenni M.M.,  Kepala sekolah TK insan Kamil, pemilik lembaga KB-TK dan SD, malam ini menceritakan pengalamannya dalam mendirikan sekolah.

Menjadi seorang guru adalah cita-citanya. Beliau menginginkan agar semua anak memeroleh hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan yang baik. Inspirasinya timbul sewaktu beliau mengajar di Al Izhar Pondok Labu tahun 1992, saat beliau sempat mengajar Mas Mentri kita yang sekarang di kelas 4 SD.

Yang masuk di sekolah ini rata-rata anak orang kaya, tetapi ada anak panti asuhan milik Bu Dani Bustanil Arifin.

Namun, perjalanan beliau untuk mendirikan sekolah itu tidak mudah. Ada saja rintangan dan hambatan yang ditemui. Beliau merintis usahanya dengan mendirikan lembaga kursus aritmatika tahun 1996, yang kemudian mengembangkan sayapnya membuka 24 cabang di Kota Bekasi.

Beliau sempat ragu sewaktu mau mendirikan sekolah karena memang tidak memiliki modal yang cukup, hanya berbekal modal nekat dan dukungan seorang teman.

Modal awalnya dimulai dengan kerjasama ( frienchise ) dan mengeluarkan dana sepuluh juta tahun 1996 untuk sebuah lembaga. Pada saat itu, tahun 1996, uang sepuluh juta terasa mahal baginya.

Pada tahun 1998 beliau membuat buku sendiri dan saya membuka cabang tidak membayar, hanya ikatan kerjasama dengan membeli buku beliau saja. Waktu itu beliau menjual bukunya dengan harga yang terjangkau, hanya Rp 10.000 per buku karena memang tipis, berupa buku LK. Namun, satu pusat kursus bisa membeli banyak buku. Apalagi waktu itu beliau bekerjasama dengan sekolah. Jadi banyak buku yang terjual.

Saat membuka kursus itu beliau harus membayar ke lembaga besarnya, namanya YAI. Uang sepuluh juta yang dikeluarkannya itu digunakan untuk latihan tingkat satu dan perlu membayar lagi uang latihannya. Hal demikianlah yang membuat beliau berani dan selalu mau menambah ilmu.

Enam bulan setelah kursus dibuka, muridnya hanya berjumlah 3 orang. Memprihatinkan karena modal awal sudah habis untuk membayar FC yang mahal dan menyediakan ruangan ber-AC untuk murid.

Akan tetapi, karena itulah beliau belajar menjadi sales dan membuat brosur, harus pandai melihat peluang. Di mana ada kegiatan, di situ beliau membagi-bagikan brosur dari sekolah ke sekolah untuk mempresentasikan keunggulan aritmatika.

Dibawanya serta anak yang sudah berhasil, yang sudah bisa menghitung dengan bayangan, sudah tidak memakai sempoa. Kalau di sekolah ada acara penerimaan rapor beliau meminta tempat ke kepala sekolah untuk presentasi. Hal itu berlangsung sampai tahun 1998. Pada tahun itu juga beliau mulai membuat buku sendiri dengan harga yang lebih murah , dan meminta kerjasama yang tidak menggunakan sistem friendchice, hanya perlu membeli buku saja. Akhirnya, beliau berhasil membuka 24 cabang.

Untuk menyemangati anak-anak, saya sering mengadakan lomba di mal-mal. Pihak mal senang karena dengan lomba dapat menarik banyak pengunjung. Beliau juga untung karena fasilitas disediakan oleh mereka, bahkan hadiah pun mereka fasilitasi.

Dari 24 cabang itu, ada 1 cabang yang ingin bekerja sama dengan beliau untuk membuat TK. Awalnya, beliau menolak karena ketidaktersediaan modal. Namun kemudian, beliau menyanggupi hanya untuk membuatkan buku untuk anak saja.

Ternyata tidak sampai di situ, karena dalam membuat TK itu harus ada yayasan yang menaunginya. Pihak TK belum punya. Akhirnya, beliau meminjamkan yayasan termasuk dana mengontrak rumah untuk TK itu.

Sejak itu kebutuhan meningkat, TK perlu peralatan, bangku, kursi, mainan, dll . Akhirnya, beliau berkecimpung menjalin kerjasama dengan teman beliau itu.

Mulai Maret 2003 beliau mendirikan TPQ. Waktu mulai berdiri sudah ada murid berjumlah 28 anak. Setelah Juli beliau mulai dengan TK dan memiliki 33 murid.

Karena TK masih mengontrak, jadi si empunya rumah masih punya kekuasaan. Halamannya dilubangi dan dibuat kolam, tetapi sampai kontrakan berakhir tidak pernah berisi air dan ikan, hanya lobang saja.

Baru berjalan bulan ketiga TK, tepatnya bulan September 2003, teman beliau mundur karena mengaku rugi, tidak ada untungnya. Akan tetapi, karena masih dalam naungan yayasannya tidak mungkin menutup sekolah seenaknya. Maka, beliau meneruskannya, sedangkan urusan kedinasan dilakukan bersamaan dengan program KBM berjalan, karena terkait harus ada data murid dan sebagainya. Jika tidak ada kelengkapan datanya sekolah akan dianggap fiktif.

Untuk urusan tersebut beliau memerlukan izin RT, RW, dan tanda tangan warga yang tidak keberatan sekolah didirikan di antara mereka. Tanda tangan warga waktu itu 50 tanda tangan, kalau sekarang memerlukan 100 tanda tangan.

Masalah muncul ketika kontrak sampai habis, bulan Februari, sedangkan tahun ajaran kan berakhir Juni. Beliau bingung harus ke mana. Namun, beliau yakin kalau urusan baik, Allah selalu memberi jalan. Lalu ada yang memberitahunya bahwa ada yang menjual rumah di dekat lokasi awal, rumah overkredit. Waktu itu dibeli seharga 23 juta. Karena ketidaktersediaan dana, beliau membayarnya dengan cek agar uangnya bisa di tempo. Beruntung beliau masih punya tagihan karena sebelumnya saya punya usaha servis pasang dan perawatan AC. Langganan beliau kebanyakan berasal dari pabrik.

Akhirnya, sekolah bisa dipindah ke lokasi baru yang sampai sekarang masih dipakai. Di sebelah rumah itu ada tanah kosong, milik developer, jadi usaha bisa diperlebar ke sebelahnya.

Kalau ditanya dari mana uangnya, beliau juga bingung, mungkin karena beliau masih berjualan buku sehingga ada pemasukan sedikit. Orang tua juga meminjami uang, walau akhirnya dikembalikan lagi. Namun, orang tua beliau bangga anaknya memiliki sekolah.

Kemudian orang tua murid usul dan meminta agar beliau agar membuat SD. Beliau mengiyakan.

Tanah kosong yang milik developer itu harusnya satu bangunan, tetapi beliau minta ke pihak developer agar tidak dibangun rumah, tanah saja karena nanti juga akan dibongkar dan juga belum ada uang untuk bongkar dan bangun kembali.

Akhirnya, developernya setuju dijual tanah saja dan beliau membangun 3 lantai. Masyaa Allah, itu kebesaran Allah, sekolahnya tampak seperti sekolah terkenal, Al Azhar yang memakai batu alam warna hijau, karena dulu beliau juga pernah mengajar di sana.

Untuk bangkunya, beliau juga ingin bangku seperti di sekolah itu. Meja dan kursi itu harganya 600 ribu, sungguh dana yang tidak sedikit ketika itu. Akhirnya, beliau mencari cara supaya murah hingga menemukan pabriknya. Akhirnya, beliau hanya membeli yang buat dudukannya saja seharga 125 ribu, sedangkan yang lainnya dibuat sendiri ke tukang las karena harganya bisa di bawah itu. Sampai tukang di pabrik kursi itu geleng-geleng melihat kenekatan beliau yang memesan bahan mentahnya. Yang menggosok-gosok dan mengecatnya dilakukannya bersama suami beliau.

Maka, dibuat 40 set kursi karena muridnya 33 orang sewaktu masuk ke SD. Untuk surat-menyurat juga dibuat sambil KBM berjalan. Ternyata, pendirian SD memerlukan 100 tanda tangan warga dan kita pun disidangkan di Pemda dengan 7 unsur kedinasan, dari Disdik, Amdal, Depnaker dan lainnya, kemudian baru keluar izin operasionalnya.

Beliau juga didukung oleh developer, mungkin karena agar rumahnya juga laku. Sekolah beliau masuk kalender perumahan tersebut.

Beliau membuat sekolah itu dengan tulus, tidak memikirkan untung rugi walau cukup membuat sekolah ini berlangsung.

Untuk surat izin mendirikan SD, beliau ke UPP dulu, UPTD jaman dulu namanya atau kantor dinas pendidikan yang ada di kecamatan. Nanti di situ ada catatan yang harus kita urus. Jadi, kita siapkan jadi berbentuk sebuah proposal.

Di situ harus ada Akta Yayasan, di dalam akta yayasan itu minimal ada 5 pengurus, boleh orang lain atau juga boleh keluarga sendiri.

Karena SD dimulainya dari kelas 1, maka beliau  tidak menerima kelas pindahan yang di atasnya, sedangkan untuk penggajian juga tidak cukup dari SPP yang diterima.

Karena sekolah ada di Bantar Gebang, tidak bisa menjualnya walau sekolahnya keren. Sekolah itu sudah diniatkan untuk membantu siapa aja yg sekolah, termasuk untuk anak yatim digratiskan. Kalau tidak mampu, anak bisa gratis atau bisa membayar semampunya,  tidak perlu pakai surat keterangan tidak mampu. Karena sebenarnya tidak ada yang mau dibilang tidak mampu, apalagi pakai legalitas tidak mampu. Anak yang lain membayar dengan jumlah normal. Sampai sekarang saja uang SPP hanya Rp 250.000 sudah termasuk kegiatan, ekskul, dan lain-lain, tanpa ada pungutan lain.

Dulu waktu sekolah masih kecil, untuk menggaji guru memakai gaji PNS suami beliau, setiap tanggal satu. Hikmah yang bisa diambil, beliau bisa berkenalan dengan banyak orang dan bisa berkompetisi dengan yang lain dan mengetahui kegiatan-kegiatannya. Karena saya guru, saya ikut lomba Guru berprestasi tahun 2006 dan hanya jadi pemenang harapan 2 guru berprestasi. Katanya, berkas fortopolio beliau tidak ada. Waktu itu tidak dikumpulkan. Itu pengalaman yang menyedihkan buat beliau.

Sekarang uang masuk sekolahnya hanya Rp 2.300.000 sudah berikut seragam dan tidak ada uang pendaftaran ulang.

Untuk mengukuhkan jati diri, beliau juga mengikuti lomba kepala sekolah. Berbekal pengalaman sebelumnya, beliau mempersiapkan dan mengawalnya sehingga berhasil meraih juara 1 Kepala Sekolah Berpretasi tahun 2009.

Sedari awal, niat beliau mendirikan sekolah bukan untuk mencari uang, melainkan untuk mencari keberkahanya saja, sekolah tetap berjalan lancar, dan anak-anak beliau juga bisa bersekolah dengan baik. Temannya mengatakan bahwa mendirikan lembaga pendidikan itu ladang ibadah dan diniatkan lillaahi taala.

Sekarang beliau sudah mulai mengestafetkan kepengurusan sekolah ke kedua putrinya. Kegiatannya sekarang sedang mengawal putra beliau dalam mengelola kafe.

Beliau mengelola sekolah swasta, KB – TK dan SD Insan Kamil Bekasi yang mengembangkan budaya lokal. Permainan tradisional dan tarian tradisional. Kalau ada yang minta untuk hadir, insyaa Allah murid-muridnya siap.

Kemudian, beliau melanjutkan ceritanya. Guru gurunya orang luar daerah semua, dari Medan sampai Papua. "Anak saya karena mereka operator sekolah juga. Kalau ngegaji ga ada yang mau digaji kecil. kasihan. Kalau dibilang gaji, lebih kecil gaji anak saya dibanding guru guru," ujarnya.

Kemampuan beliau dalam aritmatika berawal dari pengalaman SD-nya memang suka berhitung dan mengotak-atik angkanya. Kalau menulis bukunya diperoleh dari melihat buku aritmatika yang sudah ada, memakai kawan kecil, besar dan keluarga, jadi ada tingkatannya.

Bukunya laku karena mengadakan pelatihan buat gurunya dan guru tersebut boleh mengajarkan ke muridnya dengan membayar biaya kursus atau les.

Sekarang beliau sering mengadakan pelatihan buku bahan ajar, malah diajari langsung oleh pihak penerbitnya, Penerbit Andi yang telah memfasilitasinya. Sudah berjalan ke Solo, Yogya dan Solok.

Kalau menulis buku TK, beliau melihat apa yg dibutuhkan buat TK itu, mulai dari menarik garis, menggambar, mengenal angka, huruf, membaca dan berhitung, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan dan kesiapannya. Hal itu dilakukan agar sesuai dengan lingkungan setempat.

Awalnya, mencari guru dengan pasang iklan di koran. Kebetulan dulu, kebanyakan guru guru tersebut masih lajang sehingga bisa tinggal di rumah beliau yang berada di sebelah sekolah.

Beliau menutup diskusi malam itu dengan pesan yang indah,
"Kalau untuk kebaikan ga usah ragu-ragu, Allah akan mudahkan segalanya. Jangan takut mencoba apa yang menjadi cita-cita kita."

Sabtu, 25 Januari 2020

JANGAN REMEHKAN GURU GOJEK INI, BUKUNYA LAKU 75 JUTA DI NIGERIA



Workshop hari ke-9 Menulis Bersama Om Jay
24 Januari 2020
Narasumber: Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, S.H.

================

Saat saya menulis ini tadinya saya bingung harus mulai dari mana karena semua pengalaman bahkan foto yang dibaginya di facebook sudah mewakili cerita pengalamannya. Melihat akun facebook bernama Lilis Suktikno,  saya cuma bisa takjub pada pejuang Agupena NTT ini. Sayang, pertemanan di akun tersebut sudah penuh. Aku tak bisa menambahkan pertemanan dengan beliau.

Faktanya, infrastruktur di sana jelas tidak lebih baik daripada Bogor, tempatku mengajar. Beliau mengaku bisa muntah sembilan kali selama perjalanan ke sana karena buruknya sarana jalan. Bahkan, bagi yang indigo bisa melihat makhluk halus. Seketika saya turut merinding membayangkannya perjalanan beliau. Akan tetapi, semangatnya luar biasa. Dari cerita pengalaman yang dibagikan di akun tersebut, beliau susun menjadi sebuah buku yang kemudian menjadi best seller. Tak tanggung-tanggung diborong oleh Kadis Pemda NTT sebanyak 20 eksemplar dengan harga 75 ribu per buku. Begitu pula pengalamannya berjuang di Atambua juga dituliskan menjadi 7 buku siap cetak. Buku best sellernya juga sudah mau dijual putus (istilahnya) di Nigeria.



Kesulitan yang menerjang tak menjadikannya pasrah, meskipun dana dari pemerintah tidak ada. Pencetakan buku ditanggung sendiri. Namun, kerja keras diiringin doa itu membuahkan hasil. Buku-buku yang tidak laku ditariknya dari toko buku, kemudian dipasarkan sendiri. Bahkan, murid-murid dengan senang hati turut membantu pemasarannya.

Tak sadar air mata saya menggenang. Sungguh-sungguh inspiratif. Beliau menulis facebook (calon bukunya) setelah tahajud sambil menunggu subuh. Mungkin juga karena sinyal baru ada pada tengah malam.

Kemudian beliau pun menceritakan bahwa dalam penutupan Workshop PTK/PTS Agupena, Bapak Minhajul Ngabidin, Kepala LPMP Jogyakarta berkata kepada beliau, "Dokumentasikan sekecil apa pun momen dalam hidupmu, kelak kenangan itu akan banyak manfaat bagimu."
Dan beliau menjadi pemenang INOBEL Juara 1 Nyanyian Kimia.

Satu kejutan lagi buat saya, saat beliau mengaku bahwa beliau satu-satunya mitra Gojek tercantik di NTT. Beliau melakukannya karena di sana belum ada Gojek dan berguna juga untuk memudahkan mobilitas beliau dalam menjalani aktivitas yang padat, harus tepat waktu, sementara sarana transportasi kurang mendukung.

Pesan beliau di akhir diskusi demikian bijak.


"Langkah seribu diawali dari langkah pertama, apapun yang sahabat mau melangkahkan kaki, segera awali dengan hati yang ikhlas, sabar, tawaqal, dan senantiasa bersyukur dan tersenyumlah.

Uang bukan segala-galanya. Bekerjalah dengan hati yang tulus ikhlas. Allah sudah siapkan kita selalu cukup menurut Allah. Ukuran Allah itu indah, meskipun tak seindah ukuran kita. Ridho Allah adalah tujuan hidup kita."

Maka jari-jemari saya pun diam menunggu perintah otak hendak menulis apa lagi. Sayangnya, tulisan ini saya cukupkan sampai di sini. Benar-benar saya tak bisa membayangkan, apa saya sanggup setangguh beliau berada di lingkungan yang penuh keterbatasan. Kehidupan menjadi seorang guru di perbatasan justru memberikan inspirasi tanpa batas. Selamat berjuang para guru!

Jumat, 24 Januari 2020

BINCANG HANGAT BERSAMA BU EMI, PERAIH JUARA I INOBEL



Hari ke-8 Workshop Menulis Bersama Om Jay
23 Januari 2020
Narasumber: Emi Sudarwati

====================


Pada tahun 2016, penulis ditugaskan mengikuti seleksi guru prestasi tingkat Kabupaten Bojonegoro.  Sebenarnya saat itu sudah untuk yang ke dua kalinya.  Karena banyak guru menolak mengikuti seleksi tersebut, akhirnya penulis ditugaskan lagi.  Ternyata tidak sia-sia.  Karena bisa menduduki juara ke tiga dari tiga puluhan peserta.
Pada tahun yang sama, penulis kembali mengirimkan karya inobel.  Kali ini bukan atas inisiatif  bapak kepala sekolah, tetapi keinginan penulis sendiri.  Karena pengalaman tahun 2015 lalu begitu menginspirasi.  Kali ini bukan karya baru.  Namun karya lama yang diedit, dengan tambahan sesuai yang diberikan oleh dewan juri.  Alhasil, mendapat juara 1 inobelnas kategori SORAK (Seni, Olah Raga, Agama, bimbingan Konseling dan Muatan Lokal).
Tidak lama seusai lomba, penulis mendapat panggilan untuk short Course di Negeri Belanda.  Belajar sistem pendidikan di negri kaum penjajah yang super maju itu.  Berkunjung ke dua universitas terbaik, yaitu Windesheim dan Leiden.  Juga berkunjung ke sekolah-sekolah terbaik, yaitu Van Der Capellen dan lain-lain.  Bukan hanya itu, semua peserta diajak berwisata ke Volendam, menyusuri Kanal Amsterdam dan mampir ke Brussel-Belgia.
Sepulang dari Belanda, masih juga mendapat panggilan workshop menulis jurnal di Kota Bali.
Lagi-lagi, di samping belajar juga bisa berwisaya keliling kota terindah di negeri ini.  Kali ini, semua peserta mendapat materi merubah naskah inobel menjadi jurnal.  Tentu ini bukan hal kecil, karena naskah tersebut akan dimuat dalam jurnal berkelas nasional.  Nama jurnalnya adalah DEDAKTIKA.

TAHUN 2019
Penulis mengawali terbitnya buku Kado Cinta 20 Tahun dan Haiku.  Karya ini ditulis berdua dengan suami.  Semoga dengan lahirnya buku tersebut, ikatan pernikahan penulis dengan suami semakin bahagia.
Selanjutnya, di tahun yang sama.  Penulis ingin menerbitkan 2 buku tunggal dan beberapa buku patungan.  Buku tunggal yang pertama berbahasa jawa, yaitu pengalaman selama haji dan umrah.  Sedangkan buku tunggal yang ke dua adalah ini,  Menulis dan menerbitkan Buku sampai Keliling Nusantara dan Dunia.  Alhamdulilah impian ini bisa menjadi nyata.
Adapun untuk patungan, seperti biasa saja.  Yaitu menulis bersama siswa SMPN 1 Baureno dan bersama grup Patungan Buku Inspiratif.  Juga menulis bersama penerbit Pustaka Ilalang.

TAHUN 2017
Tidak berhenti sampai di situ.  Beberapa bulan berikutnya.  Penulis diundang untuk mengikuti workshop Literasi di Kota Batam.  Tidak ingin melewatka kesempatan, beberapa peserta menyempatkan mampir ke negara tetangga, yaitu Singapura.  Sehari di kota lion, melahirkan sebuah buku berjudul Dag Dig Dug Singapura.
Bukan aji mumpung atau apa, hanya tidak ingin melewatkan kesempatan baik.  Kapan lagi seorang guru bisa jalan-jalan ke Singapura, kalau bukan memanfaatkan kesempatan baik tersebut.
 Kebetulan juga bertepatan dengan liburan sekolah, jadi sama sekali tidak mengganggu kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
Paska menyandang predikat juara I inobelnas, penulis belum boleh lagi mengikuti lomba yang sama.  Tentu dalam waktu yang belum bisa diprediksi.  Oleh karena itu, penulis tidak ingin kesepian.  Lalu mengajak teman-teman alumni finalis inobelnas untuk menulis bersama dalam satu buku.  Penulis menyebutnya dengan istilah Patungan Buku Inspiratif.
Bukan hanya karya yang bersifat ilmiah.  Namun dalam grup tersebut juga menerbitkan kumpulan cerita inspiratif,  berbagi pengalaman mengajar, kumpulan puisi, kumpulan pantun dan masih banyak lagi buku-buku lainnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, bahkan bukan hanya menerbitkan buku-buku patungan.  Namun saat ini lebih banyak menerbitkan SBGI (Satu Buku Guru Indonesia) dan SBSI (Satu Buku Siswa Indonesia).

TAHUN 2018
Ratusan buku lahir dari grup Patungan Buku Guru Inspiratif.  Karena sejak tahun 2018 ini lebih banyak menerbitkan SBGI dan SBSI, maka nama grup dirubah.  Yaitu menjadi Penerbit Buku Inspiratif (PBI).  Beberapa undangan dari daerah-daerah lain mulai berdatangan.  Misalkan dari Kota Bogor, Sampang, Tuban, Blitar, Lamongan, Yogyakarta dan lain-lain. 
Akhirnya penulis berinisiatif, hanya menerima undangan sebagai nara sumber pada Hari Sabtu-Minggu atau Jumat sore.
Sedang di Bojonegoro sendiri, penulis aktif sebagai Guru Ahli (GA) di Pusat Belajar Guru (PBG).  Setiap saat harus siap menerima panggilan sebagai pemateri seminar maupun pelatihan.  Juga sebagai juri dalam lomba-lomba guru.  Tempatnya bisa di PBG pusat atau di PBG kecamatan.
Selain di PBG, juga penulis juga aktif di PGRI.  Yaitu sebagai juri lomba Guru menulis dan pelatihan meulis buku.  Memotivasi guru-guru Bojonegoro agar lebih inovatif dalam mengajar, dan lebih kreatif dalam menulis. 
Mengimbau agar guru-guru lebih sering mengirimkan hasil karya ke media.  Jangan berharap sekali kirim pasti tayang atau dimuat.  Namun harus bersabar, terus-menerus mengirim naskah.  Lama kelamaan pasti dimuat juga.
Bukan karena penerbit merasa kasihan, tapi memang pengalaman meulis itu sangat diperlukan.  Dengan terus-menerus mengirim naskah, berarti sudah terus menerus belajar menulis pula.  Dari proses tersebut kita belajar.  Belajar meminimalisir kekesalahan.
Demikian penjelasan dari Om Jay untuk memperkenalkan narasumbernya malam itu.

Saya langsung bertanya pada Bu Emi, "Maaf, Bu, bisa diceritakan waktu ikut lomba inobel, ibu membuat inovasinya apa? Sangat keren, saya belum punya keberanian untuk ikut inobel."

Tanpa disangka-sangka ternyata Bu Emi tidak keberatan untuk menjawab pertanyaan saya yang to the point. Tulisan beliau berjudul "Pembelajaran Menulis Cerita Cekak (Cerita Pendek) dengan Media SMSHP (Selfie, Media Sosial dan Hubungan Pertemanan)", lalu sambungnya,
"Sebenarnya inovasi biasa saja.  Tapi karena hasilnya adalah karya siswa yang diterbitkan menjadi sebuah buku ber-ISBN, itu yang menarik bagi juri."

Dalam beberapa tulisan di blog beliau, lebih banyak berisi opini pribadi tentang berbagai fenomena di tengah kehidupan sehari-hari.

Kemudian peserta lain menanyakan bagaimana mengembangkan tulisan itu agar lebih berbobot dan menarik. Menurut beliau, tidak ada teori yang paling baik dan khusus  untuk itu. Kecuali banyak membaca, membaca dan membaca.
Lalu menulis, menulis dan menulis.  Sampai menemukan ciri khas kita sendiri.

Hal yang menginspirasi beliau untuk selalu menulis ternyata berasal dari lingkungan di sekitar,  terutama siswa.  Hampir setiap hari beliau berjumpa dengan 900-an siswa dengan berbagai karakter.

"Mantra" beliau adalah Baca, baca, baca. Lalu tulis. Semua pasti mengalami itu.  Sampai saat ini, beliau juga masih minder jika tulisannya bersanding dengan tulisan Om Jay dll., tetapi beliau selalu yakinkan pada diri sendiri, bahwa pasti ada yang butuh tulisan beliau, dan ada yang butuh tulisan Om Jay.  Jadi, tulis dan lupakan. Jangan dipikirkan lagi. Lalu tulis dan dan terus menulis.

Lantas Om Jay menanyakan kesulitan apa yang beliau pernah alami dalam menerbitkan buku karya siswa dan guru.
Bu Emi mengungkapkan  masalahnya terletak pada keuangan karena sejak awal beliau membiayai penerbitan itu sendiri. Dari uang TPP.
Akhirnya, mendapat penghargaan-penghargaan, dll.  Sekolah sama sekali tidak membantu masalah keuangan. Mendengar jawaban beliau, saya pun terdiam. Entah bagaimana nasib saya nanti ya, saya juga ingin menerbitkan buku tetapi mengalami permasalahan yang sama.

Kemudian pikiran saya random ke sana-kemari. Saya teringat keterangan Om Jay bahwa beliau pernah menjadi juri menulis. Maka saya menanyakan hal berikut. Sebagai juri lomba penulisan buku adakah pesan yang hendak disampaikan kepada guru-guru yang belum pernah ikut lomba menulis buku, mengenai hal apa saja yg harus diperhatikan. Mungkin kesalahan apa saja, dan apa yang harus diperbaiki para calon peserta lomba menulis buku.

Bu Emi berpesan:
1. Sebelum menuli buku. Harus banyak baca buku.
2. Ikuti petunjuk teknis dari panitia.
3. Pasrahkan hasilnya kepada Yang Maha Kuasa.

Kesalahan peserta lomba:
1. Banyak plagiat
2. Terburu-buru
3. Terlalu ambisi menjadi juara.


Kemudian peserta lain menanyakan batasan usia untuk mengikuti Inobel berapa tahun dan apa saja yang dinilai waktu seleksi online. Bu Emi menjawab, tidak ada batasan usia.

Tahapan seleksi awal : plagiarisme naskah.
Lalu dispaly dan presentasi.
Tapi itu seleksi pada tahun 2016. Tiap tahun bisa saja aturannya berubah. Baca saja perunjuk teknisnya, lalu ikuti.

Tiba-tiba saya teringat siswa saya, saya pun menanyakan bagaimana cara memotivasi siswa putra untuk menulis karena kebanyakan mereka kinestetik dan tidak suka tugas menulis. Beliau menjawab, tidak semua anak suka menulis. Jangan dipaksa jika mereka tidak suka. Mungkin bakatnya di bidang lain, tetapi minimal kita berikan contoh saja dulu.
Yang pernah beliau lakukan adalah memancing dengan pertanyaan. Alhamdulillah, para siswa menulis semua meskipun mereka tidak berbakat.

Contoh:
1. Apakah kalian pernah pergi ke suatu tempat? Ceritakan minimal 1 kalimat tentang tempat itu.

2. Dengan siapa kalian pergi ke sana?

3. Apa saja yang kalian lakukan di sana?

4. Apakah ada kejadian menarik yang kalian alami?
dan pertanyaan ringan lainnya.

Peserta lain pun bertanya, mengapa sebelum menulis buku harus banyak membaca buku. Kemudian dijawabnya dengan bijak, karena membaca adalah pengalaman terbaik.

Peserta lainnya bertanya, saat menulis, kata atau kalimat dari yang dibaca muncul dan tertulis apakah termasuk plagiat. Bu Emi menjawab, tidak, jika hanya 1 kata. Tapi kalau 1 kalimat sama persis, jelas plagiat. Kalau parafrase tidak masalah karena tidak sama persis.

Pertanyaan yang senada dari peserta lain datang. Kalau kita baca sebuah cerpen, kemudian kita buat cerpen yang idenya hampir sama dengan  cerpen yang kita baca, apakah diperbolehkan. Jawabnya, boleh, tapi saat menulis usahakan menutup semua buku atau cerpen yang kita baca tadi. Lalu mulai menulis di layar kosong.

Sebagai kesimpulan diskusi malam itu, beliau merumuskannya sebagai berikut:

Buku adalah bukti sejarah.  Merupakan catatan bahwa kita pernah hidup di dunia ini.  Oleh karena itu, saya ingin mengabadikan setiap jengkal perjalanan menjadi sebuah buku.  Setiap karya pasti akan menemukan takdirnya sendiri.  Semoga buku sederhana ini mengispirasi banyak orang. Nuwun nuwun.