Selasa, 28 Januari 2020

RUTIN MENULIS ARTIKEL MENGANTARKAN KANG ENCON SEBAGAI GURU INTERNASIONAL



Hari ke-12
Selasa, 27 Januari 2020
Workshop Menulis Bersama Om Jay
Narasumber: Encon Rahman
Disusun oleh: Rosiana Febriyanti

==================

Pada tahun 2014 beliau sudah menjadi gupres di tingkat kabupaten, tetapi karena masa kerja beliau belum mencapai 8 tahun maka beliau tidak diperkenankan untuk mengikuti tingkat provinsi sehingga pada waktu itu beliau hanya bertahan menjadi juara 1 di tingkat kabupaten.

Pada tahun berikutnya, 2015 beliau diminta untuk tampil menjadi gupres oleh kecamatan, tetapi saat itu beliau menolak karena untuk menjadi gupres membutuhkan portofolio dan pengalaman yang komprehensif. Meskipun menolak jadi gupres, takdir berkata lain, pada waktu itu beliau mengikuti lomba mahkamah konstitusi tingkat kabupaten dan menang selanjutnya diminta untuk tampil di tingkat provinsi, dan akhirnya juga menang juara 1. Juara mahkamah konstitusilah yang mendorong beliau dapat berangkat umroh ke tanah suci secara gratis.

Kemudian tahun berikutnya, beliau baru bersedia mengikuti ajang lomba gupres. Dengan izin Allah, beliau menjadi juara 1 sehingga gupres ini juga mengantarkan beliau berangkat ke Mekkah yang kedua kalinya. Maasya Allah.

Selanjutnya beliau ikut seleksi penerimaan PMCA dari Kemendikbud, dan alhamdulillah dengan takdir Allah, beliau bisa mewakili Indonesia sebagai guru internasional pada tahun 2017.

Dari berbagai lomba tersebut beliau bisa berangkat ke Australia dan belajar pula ke Thailan.

Rahasia untuk menjadi gupres ada rahasia yang bisa dilakukan adalah amalan lahiriyah dan batiniyah. Orang-orang sukses pasti memiliki kekuatan untuk menjadi suksesnya yakni amalan batiniah dan lahiriah. Beliau terpilih menjadi gupres 2016 jenjang sekolah dasar. Pada tahun 2018 saya mendapatkan penghargaan dari presiden berupa penghargaan Satya Lencana, dan alhamdulillah pada waktu itu beliau bertemu dengan Om Jay, sosok yang sangat luar biasa mendokumentasikan seluruh kegiatan yang mereka laksanakan di Bekasi pada kegiatan PGRI.

Saat ditanya apa bedanya gupres dengan guru internasional, beliau menerangkan bahwa gupres berjenjang dari mulai kecamatan kabupaten provinsi dan nasional, sedangkan guru internasional itu ikut seleksi ke Thailand berdasarkan rekomendasi Kemendikbud. Jika menang maka rekomendasi kita diterima oleh Thailand.

Menjadi guru internasional tidak mudah karena posisi beliau menjadi duta bangsa di negara orang lain terutama di 11 negara Asia tenggara. Untuk guru internasional tentu saja harus memiliki keterampilan berbahasa Inggris karena di sana kita akan melakukan presentasi dan wawancara dengan media cetak dan elektronik.

Selanjutnya, beliau memberikan tips amalan batiniah dan lahiriyah yang pernah beliau lakukan. Pertama, secara lahiriyah beliau mengikuti panduan dan ketentuan yang harus dilaksanakan sebagai calon guru berprestasi, kemudian mengisi seluruh format yang diminta kementerian sehingga nilai yang diperoleh sangat tinggi. Kedua, amalan batiniahnya beliau selalu punya wudhu pada saat mengikuti lomba.

Beliau menceritakan hal itu bukan untuk riya' tetapi berbagi motivasi kepada rekan-rekan guru lainnya. Beliau juga mengaku hanya sebagai guru kelas, bukan guru PKN. Bahasa Inggris juga tidak terlalu menguasai.

Selain punya wudhu pada saat ikut lomba amalan batiniah yang dilakukan adalah sedekah dengan berdoa khususon ingin jadi juara.

"Di dalam kehidupan kita tidak bisa bersandar hanya mengandalkan otak tetapi ada sisi lain yang harus kita minta agar kita menjadi orang sukses yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Memiliki wudhu selama mengikuti lomba ternyata amalan batiniah yang sangat menarik sehingga kita menjadi juara ini terbukti dengan apa yang saya capai. semoga kalimat ini menjadi motivasi siapapun untuk menjadi sukses dalam bidang apapun," tuturnya.

Pada ajang lomba tidak mengenal dari Kemenag atau dinas yang pasti mereka akan mempertimbangkan berbagai hal termasuk portofolio pada tahun 2015 yang menjadi juara mahkamah konstitusi tingkat nasional jenjang SD itu dari Kemenag. Ini menggambarkan lembaga tidak menjadi ukuran bagi seseorang untuk sukses.

Poin penting menjadi gupres adalah yang bersangkutan harus komprehensif dari berbagai prestasi, khususnya guru-guru yang memiliki kemampuan menulis dan berkarya karena hanya itulah yang menjadi indikator penilaian tim juri terhadap seseorang.

Amalan batin yang lain ketika kita mengikuti berbagai lomba adalah minta doa kepada orang tua khususnya ibu.

Kemudian beliau menyarankan, untuk menjadi gupres, jangan tergesa-gesa karena bukan saja tidak akan jadi pemenang, melainkan juga hanya menghabiskan waktu dan biaya. Oleh karena itu, untuk menjadi gupres lakukan persiapan yang baik, diantaranya:
1. menulis karya tulis dalam 3 tahun terakhir,
2. karya tulis yang sudah memiliki hak cipta,
3. banyak bertanya dan belajar kepada alumni-alumni gupres tingkat nasional.

Beliau berhasil menjadi gupres atas izin Allah, dan menjadi guru internasional membutuhkan waktu 4 tahun sehingga beliau tidak main-main ketika ingin mencapai impian sebagai gupres nasional dan internasional.

Beliau menulis sejak SMP dan hobinya itu dilanjutkan ketika belajar di SPG, lalu kecanduan menulis hingga menjadi mahasiswa. Bisa lulus kuliah pun karena wasilah dari honor tulisan, termasuk juga dalam hal menikah menikah, didukung dari  honor tulisan yang dimuat di koran.

"Definisi sukses bagi saya adalah bermanfaat bagi orang lain dan saya menjadi jalan kebaikan bagi orang lain," tambahnya.

Bagaimana dengan pemilihan gupres tahun kemarin? Beliau mengatakan, "Lebih kepada ada portofolio secara online. Saya kira tahun ini pun tidak jauh beda, namun tahun kemarin saya amati ada tambahan penilaian agar menjadi pemenang gupres, yaitu kandidat gupres harus memiliki karya yang banyak yang sudah didaftarkan ke hak cipta atau haki.

Kalau penilaian juri waktu saya jadi gupres
Memiliki buku ber-ISBN, nilainya 50 kalau menulis artikel di surat kabar nasional nilainya 10. Kalau menulis artikel di lokal nilainya 5 pada waktu itu 3 tahun yang lalu saya mengirimkan tulisan sebanyak 200 artikel yang dimuat di koran lokal dan nasional sehingga nilainya sangat fantastis tidak bisa dikejar oleh teman-teman lain yang punya buku 10."

Kekonsistenan beliau dakam menulis dibuktikan dengan disiplin menulis setiap hari dan mengirimkan tulisan setiap hari juga, ke koran Radar, ke koran Pikiran Rakyat Bandung, Republika ,dan ke koran nasional lainnya. Selain itu, beliau rutin menulis di majalah-majalah lokal seperti suara daerah PGRI, majalah pendidikan, majalah daerah, dan sebagainya. Beliau berpesan, "Kita harus banyak membaca kalau ingin bisa menulis.
Saya belum tahu apakah mendapat nilai juri atau tidak mungkin teman-teman yang lain bisa jawab karena saya menjadi gupres salah satu hasilnya adalah banyak menulis artikel di koran lokal dan nasional," lanjutnya.

Tulisan pertama beliau dimuat di tabloid mingguan pelajar dan mitra desa, grup harian umum Pikiran Rakyat Bandung. Sebenarnya, banyak tulisan beliau yang ditolak redaksi daripada yang dimuat, tetapi beliau terus berusaha menulis dan menulis tanpa kenal lelah sehingga akhirnya tulisan beliau dimuat.
Tekad dan mental yang kuat menjadi di awal kalau mau menjadi penulis di koran-koran.
Sesungguhnya menulis di koran itu lebih sulit karena koran sudah berbicara tentang bisnis, pangsa pasar dan market koran tersebut.

Menurut beliau, untuk menjadi penulis di koran membutuhkan mental dan tahan banting sebab tidak semua tulisan kita sesuai dengan harapan koran tersebut jadi hal yang harus dilakukan agar tulisan kita dimuat di koran adalah memahami isi koran dan siapa pangsa pasar koran.

Menjadi gupres atau guru berprestasi merupakan kebahagiaan tersendiri bagi beliau karena bisa menjadi jalan kebaikan, dan mudah-mudahan menjadi jalan kebaikan bagi teman-teman guru di seluruh Indonesia. Kebahagiaan juga beliau rasakan ketika bertemu dengan presiden. Menurutnya, ini adalah takdir yang sangat luar biasa yang beliau bisa nikmati.

Sampai saat ini beliau lebih fokus menulis artikel di koran koran dan majalah sehingga menulis buku baru dimulai kembali pada tahun 2020 ini.

Beliau lebih banyak membaca buku dan kliping koran atau majalah sehingga ketika membuat tulisan maka dengan mudah beliau bisa menuangkannya.
Buku tersebut sebagai bahan rujukan dalam tulisannya. Target beliau ingin menjadi maestro penulis. Aamiin.

Sebagai alumni pondok pesantren Daarut Tauhiid di Bandung beliau ingin mengamalkan ajaran gurunya yang mengajarkan agar menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.

Kesimpulannya, untuk menjadi sukses di bidang apapun tidak terlepas dari amalan lahiriyah dan batiniyah selain itu kita harus percaya diri dan yakin pada kemampuan pribadi serta jangan tergesa-gesa dalam menentukan keputusan. Ketenangan, kesabaran, dan keuletan dalam mengikuti kegiatan adalah kunci suksesnya menjadi pemenang Bukan pecundang.

Saya pun tertegun karena merasa masih menjadi pecundang, tidak berani mengikuti lomba apa pun, hanya bisa bersembunyi di blog saya yang sepi pengunjung ini. Namun, dengan tulisan sederhana ini, saya akan terus sebarkan amazing stories lainnya yang membuat saya (dan pembaca) merasa bukan lagi seorang pecundang. Karena itu, saya mulai dengan cara menulis, meskipun tak seorang pun yang membacanya. Stay cool, man! ☺

2 komentar:

  1. Iya, Om Jay. Selalu menjaga wudhu, itu juga salah satu resepnya kalau mengikuti lomba. Maasya Allah.

    BalasHapus