Kamis, 30 Januari 2020
LELAKI MISTERIUS
Azan Subuh rekaman mengalun sangat merdu dari speaker mesjid, disela dengking suara motor yang lalu lalang. Tak lama kemudian terdengar suara ikomat yang keriting disela batuknya.
"Gue istirahat dulu!" kata lelaki yang semalaman main gaple bersama enam tukang ojek terminal.
Keenam lelaki lain saling berpandangan.
"Siapa sih dia?" tanya seorang di antara mereka.
"Taau, semaleman maen kita kagak pernah menang lawan dia," sahut lelaki berkumis tebal.
"Yang gue heran nih, tiap azan mesti dia ngeloyor ke mesjid, gue jadi malu karena kagak pernah solat," ujar lelaki berkaos hijau bertuliskan huruf EGP warna merah.
"Gue kira nih, dia punya ilmu, soalnya dia bisa menang terus!" timpal yang lainnya.
"Gimana kalo kita susulin dia ke mesjid!" usul si jangkung yang bercodet di pipi kirinya.
Semua mengiyakan dan menyusul lelaki misterius tadi.
Setibanya mereka di mesjid, ternyata jamaah sudah bubar. Tersisa satu orang dan itu adalah lelaki misterius yang mereka cari. Tampak lelaki itu khusuk berzikir. "Bapak-bapak, kenapa ga ikut jamaah tadi?" tegur marbot.
"Eh, anu... lagi mens!" sahut lelaki berkumis tebal sekenanya.
"Emang, siapa sih lelaki yang duduk di situ?" tanya temannya.
"Hm, tau kagak, itu ustad yang suka imam di mari, suaranya merdu banget." sahut sang marbot sambil berpamitan kepada mereka.
====
Cerita pendek ini memang fiksi, tetapi main gaplenya fakta. Ini terinspirasi dari cerita ustad yang mengajar tajwid, makhrojul huruf di mesjid sekitar rumah saya. Sayangnya, saya gagal mengingat siapa namanya. Pesan beliau, dalam berdakwah itu tidak selalu menggunakan ayat-ayat, di mimbar mesjid. Dakwah justru lebih efektif dengan teladan, tidak banyak omong, tetapi menggerakkan.
Kalau melihat teman yang kesurupan juga beliau berpesan agar jangan panggil beliau, tetapi setiap kita juga bisa merukyah. Baguskan bacaan Alquran, mantapkan hafalan walau bisanya cuma qulhu.
Yang saya takjub pada ustad ini adalah, ketika beliau baru masuk pintu rumah teman saya yang kesurupan, beliau salam, "Assalamu alaikum wahai makhluk Allah", jin langsung kabur, padahal tadinya teman saya meludahi saya dan teman-teman yang membacakannya zikir Al-matsurat. Beliau pesan, "Antum harusnya bisa merukyah sendiri! Tidak perlu panggil ana. Baguskan bacaan (Alquran) dan mantapkan hafalan!" Setelah itu, beliau pergi. Dan kami harus berusaha keras mengusir jin itu dari tubuh teman saya. Saya menyerah dan pulang membawa penyesalan mengapa saya hanya hafal qulhuwallahu ahad, qul auzubirobbil falak, dan qul auzubirobbin naas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar