Jumat, 31 Januari 2020

KIAT RAMDHAN HAMDANI AGAR TULISAN TEMBUS MEDIA CETAK DAN ONLINE



Hari ke-16, 31 Januari 2020
Workshop Menulis Bersama Om Jay
Narasumber :  Ramdhan Hamdani
Disusun oleh :  Rosiana Febriyanti
================================

Sosok inspiratif kali ini bernama Ramdhan Hamdani. Beliau tinggal di sebuah desa di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Setelah 9 tahun berprofesi sebagai guru dan baru satu semester ini menjabat sebagai Kepala Sekolah.

Pada malam ini beliau berbagi pengalaman saya menulis d berbagai media cetak serta online. Namun, sebelumnya, terlebih dahulu beliau menyampaikan tujuan dari aktivitas menulis itu sendiri.

Pertama, menulis merupakan Bentuk Aktualisasi Diri; Kedua, Menulis Sebagai Bagian Dari Profesionalisme; ketiga, Menulis untuk Menambah Relasi; keempat, menulis sebagai Sarana untuk Menyampaikan Pendapat secara lebih beradab; Kelima, menulis sebagai prasasti ataupun Kontrol (Literatur) Sejarah; Keenam, sebagai Tiket untuk Ikut Seminar / Pelatihan; Ketujuh, Menulis dapat Mendatangkan Keuntungan Secara Finansial

Adapun beberapa keuntungan ketika menulis di Media Cetak antara lain:
Pertama, untuk Menunjukkan eksistensi diri; Kedua, Sebagai bukti bahwa kita benar-benar memahami bidang yg kita geluti; Ketiga, Sebagai bagian dari penilaian kinerja (bagi ASN), ada kaitan dengan penambahan angka kredit untuk kenaikan pangkat dan golongan; Keempat, Sarana untuk memperkuat citra  lembaga; Kelima, Sebagai sarana untuk memberikan masukan kepada pengambil kebijakan; Keenam, Dapat dilakukan oleh siapa saja; Ketujuh, untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Lantas, bagaimana agar tulisan kita bisa dimuat di media cetak ?
Pertama, kenali karakteristik media cetak yang akan kita tembus. Maksudnya apakah media cetak tersebut bersifat umum ataukah hanya memuat berita atau artikel yang berkaitan dengan tema tertentu saja, misal media otomotif, hobby dan sebagainya; Kedua, Pahami ketentuan yang ditetapkan. Misalnya, untuk opini umum minimal jumlah kata sebanyak 800 - 1000 kata dengan honor sebesar 500.000. Adapun untuk tema pendidikan hanya diminta 400 - 450 kata dengan jumlah honor 300.000 belum dipotong pajak. Artinya, ketentuan tersebut (jumlah kata) harus benar - benar diperhatikan; Ketiga, Tulislah topik yang sedang hangat dibicarakan di tengah masyarakat; Keempat, Tulisan hendaknya mengandung permasalahan serta solusinya; Kelima, Penulis hendaknya memiliki sikap atau posisi yang jelas (tidak netral); Keenam, Memperhatikan kaidah-kaidah penulisan yang berlaku. Pengunaan titik koma, huruf besar dan kecil mohon diperhatikan.

Keterampilan untuk menulis menggunakan kaidah yang berlaku akan terasah dengan sendirinya seiring seringnya kita membaca dan menulis.

Ketika awal mencoba mengirimkan naskah, 10 kali naskah beliau ditolak, baru naskah yang ke-11 dimuat oleh media cetak. Artinya, dalam dunia kepenulisan, mental baja dalam arti pantang menyerah harus kita miliki.

Beberapa alasan mengapa naskah kita tak kunjung dimuat antara lain : Pertama, Tema yang dibahas sudah pernah dimuat pada edisi - edisi sebelumnya; Kedua, Tema yang diangkat bukan merupakan topik/isu hangat yang tengah didiskusikan; Ketiga, Tulisan yang dibuat bisa jadi belum memenuhi kaidah-kaidah yang ditetapkan. Oleh karena itu, beliau menyarankan agar penulis sering membaca artikel yang pernah dimuat di koran; Keempat, mungkin Terlalu banyak data (statistik) yang dicantumkan; Kelima, Data yang digunakan mungkin sudah  tidak lagi relevan atau sudah usang. Seiring kita membuat tulisan, biasanya hal - hal seperti ini akan bisa teratasi. Beliau sendiri masih suka nengok KBBI online apabila sedang ragu. Berdasarkan pengalaman beliau untuk media cetak lokal/daerah biasanya mereka lebih welcome dengan tulisan kita.

Adapun beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum kita membuat tulisan adalah: Pertama, Bacalah Beberapa Tulisan di Media Cetak. Agar kita memiliki bayangan tentang bentuk tulisan seperti apa yang diinginkan oleh pihak Redaktur






Kedua, tentukan tema atau topik yang akan diangkat; Ketiga, buatlah judul yang menarik. Berikutnya, pahami sistematika penulisan.

Dalam pemilihan topik tulisan tergantung kita, topik apa yang ingin kita bahas. Akan tetapi, biasanya redaktur juga melihat latar belakang kita. Artinya, kalau kita sebagai guru atau praktisi pendidikan, sebaiknya membahas isu - isu tentang pendidikan. Itu untuk media cetak tertentu, tetapi untuk media cetak yang lainnya ada juga yang tidak memperhatikan latar belakang kita, artinya kita bisa membahas topik umum seperti Corona dsb. Artinya, sekali lagi kita memang perlu memahami karakteristik media cetak yang akan kita kirim.

Sebagai contoh, dalam sebuah media cetak ada 3 jenis kolom tulisan (pendidikan, opini umum, dan religi), untuk media cetak semacam ini beliau sarankan yang kita sasar  kolom pendidikan dan religi, karena untuk opini umum peluang untuk dimuatnya sangat kecil. Sebaliknya, ada juga media cetak yang hanya memiliki satu kolom opini saja, yaitu opini umum. Nah kalau media cetak seperti ini kita bebas untuk mengirimkan berbagai macam tema.

Berikutnya, buatlah kerangka karangan Ini untuk memudahkan kita dalam mengurai setiap kalimat dan membuat paragraf



Beliau juga pernah menulis dengan topik UNBK.

Beliau belum pernah mengirimkan tulisan berbentuk buku ke penerbit, baru sebatas membuat modul untuk kalangan internal. Akan tetapi, lebih dari 200 artikel yang beliau tulis pernah mengisi koran Republika, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Galamedia, Pasundan Ekspres, Siap Belajar, dan lainnya. Luar biasa.

Beliau berpesan agar tidak berkecil hati apabila tulisan kita baru bisa menembus media lokal. "Tabloid lokal juga kalau kita serius bisa jadi anak tangga menuju media nasional," tambahnya.

Setelah membuat kerangka karangan, langkah berikutnya adalah mengumpulkan data-data. Usahakan data yang digunakan adalah data yang terbaru. Data bisa dari buku, koran, juga internet, khusus data statistik biasanya internet lebih aktual.

Kepada peserta workshop, beliau berpesan agar tetap semangat menulis dan jangan kendor. "Salah satu hal yang paling saya sesali dalam hidup saya adalah pada tahun 2002 saya pernah mengirim sebuah naskah ke salah satu surat kabar dan saat itu naskah saya ditolak. Sejak saat itu saya memutuskan untuk tidak membuat lagi tulisan karena ternyata menembus media cetak itu sulit," lanjutnya.

Beliau baru mulai menulis lagi pada tahun 2013 dengan jumlah 10 naskah ditolak, dan pada naskah yang ke-11 baru diterima.

Beliau mengaku menyesal karena selama sebelas tahun saya menyia-nyiakan hidupnya karena saat itu beliau mudah menyerah. Beliau tidak ingin pengalaman pahitnya itu dirasakan juga peserta workshop.

Diskusi berakhir karena terbatas waktu. Ah, sayang sekali karena saya belum puas dengan jawaban beliau, tetapi mata ini juga mengantuk. Baiklah, dear diriku, selamat beristirahat ya.





3 komentar: