Kamis, 23 Januari 2020

OBRAS (OBROLAN ASYIK) SEPUTAR MENULIS BUKU BERSAMA CAK LUK



Hari ke-7 Workshop Menulis Bersama Om Jay
22 Januari 2020
Narasumber: Lukman Hakim, Kepala P3G Jawa Timur

==================================

Pada hari ketujuh workshop Menulis Bersama Om Jay, Bapak Lukman Hakim atau biasa disapa Cak Luk mengawali diskusi malam itu dengan membagikan ebook Buku Catatan Harian Saya: Guru 4.0 yang berisi pengalaman selama menjadi guru. Buku itu diterbitkan oleh Razka Pustaka Yogja.

Beliau membuka diri untuk berkenalana di laman facebooknya, peserta bisa meng-add FB : https://www.facebook.com/pakne.niswah

dan follow akun channel di https://www.youtube.com/channel/UCRSNsd3kVms_bneVKetRW7g

Karena beliau tidak suka berpanjang kalam maka dibukalah sesi diskusi.

Pertanyaan pertama mengenai apa saja kesulitan yang sering dihadapi penulis dalam menyusun sebuah karya ilmiah serta bagaimana mengatasinya. Beliau menjawab bahwa kesulitan sebenarnya adalah saat permulaan menulis. Sebenarnya semua guru sudah memiliki modal menulis, hanya perlu wadah dan pendamping saja.

Ternyata ada peserta yang sempat membaca sepintas ebook yang baru saja dibagikan adalah potret keseharian kita menjadi  guru dan buku dikemas apik dengan bahasa yang bagus. Kemudian timbul pertanyaan mengenai bagaimana triknya supaya kita bisa menulis tanpa beban ketakutan dengan banyak kesalahan dan bisa mengalir apa adanya.
Beliau memberi link tulisannya

https://pakneniswah.gurusiana.id/article/2019/1/menulis-apa-1700881

berisi cara agar bisa mengalir ceritanya. Untuk itu insyaa Allah bulan Februari-Juli 2020, P3G Jawa Timur akan mengadakan pendamping #nulisPTKbareng secara bertahap salah satu cara mengatasi dengan mengikuti pelatihan-pelatihan pendampingnya yang bisa langsung selesai bukan yang 3 harian dan instan. Kalau misalnya bisa mandiri, hanya perlu mengasah diri dengan pengetahuan menyusun KTI misalnya membaca KTI orang atau dengan membeli buku tentang PTK.


Pertanyaan kemudian bergulir mengenai bagaimana mengerem nafsu kita ingin menuliskan semua yang kita tahu dan pernah kita baca, padahal tidak berkaitan dengan tema tulisan. Beliau memberi tips agar menggunakan diksi (pilihan kata), bisa meniru gaya tutur penulis-penulis profesional. Tentukan dulu yang mau kita tulis apa. Di ebook itu beliau mencoba membuat per judul: 1 judul ada 4-5 tulisan itu untuk membatasi agar tulisan kita bisa 1 tema jika menemui kesulitan dalam membuat kerangka. Sedangkan kalau menulis pengalaman kan luas, maka perlu dibatasi per judul/bab, misal bagian 1 tentang pengalaman menarik mengajar di kelas, bagian kedua: pengembangan karir guru.

Dalam ebook yang dibagikannya tulisan singkat-singkat, salah satunya supaya pembaca tidak bosan
dan bisa memberikan kesan bahwa tulisan kita kosong dari pesan. Misal, dalam tulisan beliau ini.

 https://pakneniswah.gurusiana.id/article/2017/4/kenakalan-guru-lho-1007320

Beliau ingin menyampaikan pesan yang nakal bukan hanya siswa, tetapi guru
 ini dimaksudkan agar guru tidak meniru siswanya misalnya datang terlambat atau masuk kelas terlambat jadi ada pesan yang ingin kita sampaikan. Tulisan-tulisan di FB beliau tulis langsung dari HP. Konsepnya ada ide-tulis-bagi.

Sebenarnya pembaca sudah punya mindset sendiri. Yang mungkin berbeda dengan mindset kita tapi beliau yakin, secara naluriah manusia itu akan tertarik dengan tulisan-tulisan yang dekat dengan diri pembaca dan bermakna, misalnya saya seorang guru, saya akan tulis sesuatu yang berhubungan guru khususnya tentang naik pangkat. Guru perlu dan pasti akan menyimak dan mencoba pengalaman penulis, seperti dalam tulisan berikut.

 https://pakneniswah.gurusiana.id/article/2019/1/mudahnya-naik-pangkat-asn-531412

Ini tulisan yang terbanyak dibaca di akun gurusiana beliau karena mereka perlu dan bisa jadi terpengaruh.

Lantas ada pertanyaan bagaimana cara menulis yang bernada tidak menggurui, padahal saya kan guru? Beliau menjawab, tunjukkan saja bahwa tulisan kita bagus dan bermanfaat. Istilah yang beliau gunakan adalah memantaskan diri. Dengan kita menulis dan mengasah selalu tulisan kita maka itu akan secara tidak mengajarkan kepada orang lain  bahwa menulis itu mudah.

Bagaimana kalau ada yang tersinggung dengan tulisan kita, beliau menjelaskan tentu tersinggung dalam arti positif seperti tulisan ini barangkali
https://pakneniswah.gurusiana.id/article/2017/4/kenakalan-guru-lho-1007320

Maka penulis perlu memperhalus diksi yang dipilih agar lembut ketika dibaca orang yang kontra.

 https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2520936471487371&id=100007131277142&sfnsn=wiwspmo&extid=UA3370dlpga5fKVH

Seperti tulisan ini tentang etika, yang penting kita menyampaikan apa yang benar, show must go on.

Kemudian beliau menawarkan
bila ada yang ingin didiskusikan silakan menghubunginya. Bila ada peserta yang punya Naskah Buku siap terbit bisa WApri beliau. Penerbit Delta Pustaka didedikaasikan untuk Guru dan Siswa.

Mengenai PTK, beliau menuturkan bahwa selama ini kebanyakan guru hanya mengadalkan PTK untuk publikasi ilmiah, padahal banyak sekalian macam publikasi ilmiah, mulai dari jurnal, buku teks, buku pengayaan, dan lain-lain. Yang tidak banyak diketahui adalah bahwa PTK bisa dimodifikasi menjadi setidaknya 4 produk: buku, artikel jurnal, best practice dan laporan PTK. Beliau ingin teman-teman guru mengetahui bahwa buku itu tidak selama buku pelajaran atau yang sejenis. Mengapa PTK? Karena PTK sdah mewakili format buku sehingga hanya tinggal dimodofikasikan saja.
Perlu diingat bahwa dalam rubrik PTK nilai 4 itu ada 2, yaitu laporan PTK dalam bentuk Buku dan PTK yang diseminarkan.

Bagaimana dengan modul? Kalau menulis modul tidak harus ada kunci jawabannya Dikhawatirkan siswa malas berpikir, malas membaca soal dengan teliti, justru malah langsung melihat kunci. Beliau menjawab, beliau
membuat buku IPA SMK Bismen, untuk kuncinya disendirikan di 1 buku, untuk pegangan guru yang ke siswa ndak usah diberi kunci hanya yang ada di guru kunci disertakan.

Seorang guru kimia bertanya, kalau guru kimia membuat buku kumpulan puisi yang tidak ada kaitannya dengan kimia, apakah bukunya dihitung angka kreditnya?
Beliau pernah menanyakan ke koordinator penilai PAK Jawa Timur, dan tidak masalah karena puisi merupakan unsur karya inovatif bukan publikasi ilmiah sebentuk karya seni, jadi tidak boleh nulis puisi dalam bentuk antologi. Tanpa mengecilkan hati teman-teman non-PNS, menulis bukan hanya monopoli PNS, kebetulan kalau PNS menulis untuk angka kredit sebenarnya lebih dari itu.
Buku Guru 4.0 bukan untuk angka kredit karena itu adalah tulisan lepas yang beliau tulis karena ingin menulis dan berbagi tentunya. Makanya 3 buku beliau tidak dijual. Beliau juga tidak suka menerbitkan di penerbit mayor karena tidak bisa menentukan harga sendiri buku palajaran IPA SMK untuk Bismen, beliau mencetak dan menerbitkan sendiri karena ingin menjual ke anak-anak dengan harga terjangkau.

Kumpulan pantun idealnya juga dapat angka kredit. Kalau kumpulan pantun tidak dapat angka kredit, berarti ada kemungkinan penilainya yang belum paham karena Pantun termasuk salah satu jenis puisi. Puisi itu ada banyak jenisnya, bisa pantun, syair, haiku, dll.

Sebagai penutup, Cak Luk memberikan kesimpulan sebagai berikut. Tiga Pilar Publikasi Ilmiah: Lembaga Pelatihan (sebagai wadah kegiatan pengembangan profesi guru); Penerbit (menerbitkan karya hasil pelatihan dalam bentuk buku); Jurnal (menerbitkan karya artikel imiah) dengan pendukung channel youtube sebagai alat/media komunikasi untuk pelatihan menuju Diklat 4.0.

3 komentar: