Selasa, 28 Januari 2020
Bincang Santai dengan Mas Edi S. Mulyanta, Penerbit Andi
Hari ke-11 Workshop Menulis Bersama Om Jay
Narasumber: Edi S. Mulyanta, Penerbit Andi
Disusun oleh: Rosiana Febriyanti
===================
Kerasnya dunia persilatan eh, dunia penerbitan telah dilalui oleh sosok Edi S. Mulyanta. Telah hampir 20 tahun mengelola penerbitan. Sebelumnya beliau adalah penulis buku juga, karyanya terdapat di https://scholar.google.co.id/citations?user=tYwUNqsAAAAJ&hl=id&oi=ao.
Beliau pun merasakan pada tahun 2019 merupakan tahun yang paling berat dalam dunia penerbitan buku. Hal ini disebabkan oleh perubahan teknologi yang menjelma bak bayang-bayang kelam yang dapat melahap dunia penerbitan buku di Indonesia, bahkan di dunia. Runtuhnya dunia surat kabar merupakan pukulan telak bagi dunia cetak dan informasi berupa cetakan. Dunia penerbitan yang saat ini di bawah IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), menjadi was-was dan memandang cukup berat tantangan ke depan dunia cetak dan produksi buku. Undang-undang No. 3 tahun 2017 tentang sistem perbukuan, telah memberikan isyarat yang tegas akan hadirnya format media digital yang telah diberikan keleluasaan untuk secara bertahan menggantikan dunia cetak. Dipertegas lagi dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 75 yang keluar pada tahun 2019, telah memberikan petunjuk secara tegas untuk memberikan arah ke dunia digital di penerbitan.
Hal tersebut membuat dunia penerbitan bergegas untuk mengubah haluan visi misi mereka ke arah yang lebih up to date, menyongsong perkembangan teknologi yang lebih cepat dibandingkan perkembangan dunia bisnis penerbitan secara umum. Beberapa penerbit yang tidak dapat mengikuti perkembangan jaman, akhirnya mencoba mengurangi intensitas terbitan bukunya. Akhirnya berimbas pula ke jumlah produksi buku mereka, dan memukul pula pendapatan atau omzet buku mereka. Penerbit buku di bawah IKAPI adalah penerbit yang mementingkan UUD (Ujung-ujungnya Duit) untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Secara otomatis cash flow akan terganggu, sehingga banyak penerbit akhirnya berpindah haluan ke usaha yang lain.
Salah satu outlet buku yang menjadi darah bagi kehidupan penerbitan, adalah toko buku. Karena kelesuan produksi buku, akhirnya toko buku juga terkena imbasnya, sehingga omzet mereka juga terlibas produksi yang melambat. Penerbit akhirnya mencoba mencari keseimbangan baru di dalam bisnisnya dengan lebih selektif dan mereposisi kembali produksi bukunya.
Beberapa buku bertema How To, atau step by step, telah tergantikan media online yang lebih dinamis karena bisa menyertakan multimedia yang lebih menyenangkan. Hal ini lah yang saat ini oleh penerbit dihindari, karena materi-materi buku sudah banyak sekali tersebar dalam bentuk multimedia, video, suara, dan media lain yang cukup mudah didapat.
Lalu tema apa yang masih cukup menarik bagi penerbit untuk bisa terbit dengan oplah yang masih menguntungkan?
Penerbit biasanya akan melakukan scouting, atau pencarian tema dan penulis, dan tentunya bekerja sama dengan tim riset pemasaran untuk menentukan tema apa yang masih dapat diserap pasar. Penerbit, tidak dapat mengesampingkan data pasar buku di Indonesia, sehingga data pemasaran ini sangat penting untuk memberikan arah haluan ke mana produksi buku dapat dikembangkan lebih lanjut.
Tidak semua tema buku, ternyata bisa digantikan oleh digital, hal inilah yang memberikan harapan baru penerbit untuk masih tetap memertahankan lini bisnis bukunya. Titik balik pasar buku yang lesu (rebound) tampaknya sudah mulai terasa mulai tahun 2019 yang lalu, sehingga beberapa penerbit yang terlanjur mengurangi produksi bukunya bisa tertinggal oleh penerbit yang masih konsisten memertahankan produksi bukunya.
Gencarnya cuci gudang jualan buku dalam rangka menghabiskan buku-buku yang telah terlanjur di produksi seperti program BBW-Big Bad Wolf yang sukses membanjiri produk buku dengan cara cuci gudang, membuang bad stock yang ada di gudang-gudang penerbit yang ada di Indonesia maupun di dunia.
Data-data pemasaran tidak pernah bohong, bahwa beberapa buku dengan tema yang khas ternyata masih sangat baik di pasar. Para penerbit saat ini sedang gencar untuk tetap memertahankan lini bisnis, yang memang telah teruji oleh perubahan zaman. Hal ini memang membutuhkan dana yang luar biasa besar untuk mencoba menggali lebih dalam pasar-pasar buku yang tidak tergoyahkan dengan perkembangan teknologi yang begitu gencar. Di dalam dunia Start-up dikenal dengan strategi bakar uang, penerbit-penerbit masih mencoba untuk melakukan beberapa penelitian tema yang masih tetap baik di pasar.
Gelontoran dana produksi buku masih tetap dilakukan, tentunya dengan tema-tema yang pada suatu saat nanti akan masih dapat diandalkan untuk mengisi darah dana yang akan digunakan untuk memroduksi buku kembali.
Ciri-ciri tema yang masih baik di pasar, memang belum bisa fix diyakini benar oleh beberapa penerbit yang sudah telanjur terspesialisasi pada lini tertentu.
Penerbit-penerbit di IKAPI terkadang mempunyai spesifikasi lini tertentu yang menjadi andalannya. Hal inilah yang dapat calon penulis pegang untuk mengusulkan tema ke penerbit yang memang sesuai dengan lini idealisme mereka.
Penerbit ANDI, Erlangga, Intan Pariwara, Gramedia, Kanisius, Galang, Mizan, dll. mempunyai idealismenya masing-masing, sehingga perlu diperhitungkan oleh calon penulis jika hendak mengajukan usulan buku ke penerbit-penerbit tersebut.
Tema buku yang menjadi andalan toko buku saat ini adalah tema buku non teks, seperti Buku Anak, Buku Motivasi dan Agama, Fiksi, hingga Buku Masak yang masih nangkring di 10 besar data buku terlaris di setiap toko buku di Indonesia.
Permasalahan penerbitan adalah permasalah pendanaan, sehingga hal ini yang menjadi ganjalan semua penerbit di bawah IKAPI. Terbitan indi, terkadang bisa dibiayai oleh penerbitnya apabila sesuai dengan spesialisasi mereka. Penerbit Andi melakukan review terlebih dahulu untuk menggunakan skema penerbitan dengan pembiayaan penerbit. Apabila penulis mempunyai skema pembiayaan sendiri, tidak dipungkiri bisa diterbitkan dengan syarat bukunya dipasarkan oleh penulis sendiri.
Kisaran harga buku tidak dapat ditentukan dengan fix, karena variabel di sana cukup banyak seperti, ketebalan halaman, jenis kertas, pewarnaan, jumlah oplah buku yang dicetak.
Calon penulis dapat mengajukan usulan Proposal Penerbitan ke Penerbit Andi yang isinya adalah:
1. Judul Buku
2. Sinopsis Buku
3. Outline Buku Usulan
4. Sampel Bab
5. Tentang Penulis ke alamat pos-el andipenerbitan@gmail.com dengan subjek Usulan Buku.
Penerbit Andi akan mereviu kelayakan terbit buku calon penulis dan akan diberikan usulan beberapa skema penerbitannya, tentu sesuai dengan keinginan calon penulisnya.
Ada departemen pemasaran yang menanganinya. Konsep dasar pembiayaan dalam penerbitan buku adalah penerbitnya yang membiayai. Nah karena banyak tulisan yang tidak sesuai dengan misi dan visi penerbit, akhirnya tidak dapat terbit. Karena banyaknya buku yang ditolak penerbit, akhirnya penerbit memberikan skema lain dalam penerbitannya. Misalnya dibiayai oleh penerbitnya sendiri, baik melalui skema dana pribadi, CSR Perusahaan, Dana Penelitian Daerah, Dana Sekolah dll.
Penerbit Andi sering menangani penerbitan buku yang dibiayai oleh dana Hibah dari Pemerintah ( Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) dulu Ristek DIKTI.
Skema pembiayaan ini diajukan oleh penulis, kemudian penulis mengajukan hibah penelitian ke DIKTI, yang besar dana hibah kisarannya adalah 15 juta hingga 25 juta. Dana Penelitian Kampus lebih besar dan salah satu outcome (produksi luaran) adalah buku ajar, buku referensi, dan atau buku ilmiah populer.
Mengenai adanya istilah penerbit mayor dan minor, itu hanya sebutan saja, dahulu skala mayor dan minor sejarahnya adalah dari kementrian Pendidikan Tinggi atau DIKTI. Urusan di DIKTI adalah standar kampus yang disebut AKREDITASI yang sekarang hangat dibincangkan oleh Mas Mentri.
Kampus mempunyai standar akreditasi A, salah satunya adalah outcome kampus tersebut apakah mewarnai ilmu di Indonesia atau di dunia, dalam bentuk tulisan ilmiah baik buku Referensi yang stratanya tertinggi, atau Buku Ajar untuk proses belajar mengajar.
Banyaknya terbitan buku yang diusulkan untuk kenaikan pangkat dosen, sehingga DIKTI memberikan standar penerbitan dengan skala Nasional dan Lokal. Hal ini awalnya adalah masalah Akreditasi. Penerbit Nasional adalah penerbit yang minimal mempunyai 3 cabang pemasaran di 3 propinsi.
Terminologi mayor dan minor akhirnya muncul di sematkan di penerbit-penerbit baik anggota IKAPI mapunun Penerbit Kampus di bawah APTI (Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi).
Penerbit Mayor, oplahnya mengikuti outlet Gramedia sebagai oulet utama penerbit-penerbit di Indonesia. Gramedia mempunyai 100 toko buku, setiap toko minimal 20 eksemplar, sehingga bisa dibayangkan oplah cetaknya.
Beliau mohon maaf jika salah, Gramedia hanya menangani Penerbit dan Suplier dengan syarat tertentu, sehingga tidak semua penerbit dan suplier yang bisa masuk, karena keterbatasan rak buku di setiap toko bukunya. Sedangkan, penerbit indi jelas tidak mempunyai dana untuk menerbitkan buku dengan oplah yang sedemikian besar sehingga sangat berisiko karena penerbit hanya menitipkan buku ke toko buku (sistem konsinyasi).
Ada beberapa penerbit Indie yang menawarkan paket-paket hemat, seperti paket 1 juta hingga 5 juta dalam memroduksi bukunya. Jumlah eksemplarnya cukup kecil, kisaran di bawah 50 eks. Penerbit Andi sedang membuat program supaya tidak saling mematikan sesama penerbit IKAPI.
Sebagai simpulan, beliau menambahkan bahwa penerbit adalah lembaga yang mencari profit, dan mempunyai idealisme dalam menerbitkan bukunya sesuai dengan visi misinya. Penulis dapat mengikuti idealisme penerbit dalam menghasilkan buku yang akan dinikmati oleh pembacanya. Kirimkan usulan penerbitan buku, supaya ide Anda dapat ditangkap penerbit dan disebarluaskan ke pembaca.
Sungguh, tidak terbayang oleh saya, betapa kerasnya usaha penerbitan di era revolusi 4.0 kelak. Mungkin buku akan tergantikan dengan buku digital.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
betul, saya banyak belajar dari mas edi dalam menerbitakn buku di penerbit mayor, alhamdulillah buku informatika yang kami susun dapat diterbitkan oleh penerbit andi, terima kasih mas.
BalasHapus