Sabtu, 25 Januari 2020

JANGAN REMEHKAN GURU GOJEK INI, BUKUNYA LAKU 75 JUTA DI NIGERIA



Workshop hari ke-9 Menulis Bersama Om Jay
24 Januari 2020
Narasumber: Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, S.H.

================

Saat saya menulis ini tadinya saya bingung harus mulai dari mana karena semua pengalaman bahkan foto yang dibaginya di facebook sudah mewakili cerita pengalamannya. Melihat akun facebook bernama Lilis Suktikno,  saya cuma bisa takjub pada pejuang Agupena NTT ini. Sayang, pertemanan di akun tersebut sudah penuh. Aku tak bisa menambahkan pertemanan dengan beliau.

Faktanya, infrastruktur di sana jelas tidak lebih baik daripada Bogor, tempatku mengajar. Beliau mengaku bisa muntah sembilan kali selama perjalanan ke sana karena buruknya sarana jalan. Bahkan, bagi yang indigo bisa melihat makhluk halus. Seketika saya turut merinding membayangkannya perjalanan beliau. Akan tetapi, semangatnya luar biasa. Dari cerita pengalaman yang dibagikan di akun tersebut, beliau susun menjadi sebuah buku yang kemudian menjadi best seller. Tak tanggung-tanggung diborong oleh Kadis Pemda NTT sebanyak 20 eksemplar dengan harga 75 ribu per buku. Begitu pula pengalamannya berjuang di Atambua juga dituliskan menjadi 7 buku siap cetak. Buku best sellernya juga sudah mau dijual putus (istilahnya) di Nigeria.



Kesulitan yang menerjang tak menjadikannya pasrah, meskipun dana dari pemerintah tidak ada. Pencetakan buku ditanggung sendiri. Namun, kerja keras diiringin doa itu membuahkan hasil. Buku-buku yang tidak laku ditariknya dari toko buku, kemudian dipasarkan sendiri. Bahkan, murid-murid dengan senang hati turut membantu pemasarannya.

Tak sadar air mata saya menggenang. Sungguh-sungguh inspiratif. Beliau menulis facebook (calon bukunya) setelah tahajud sambil menunggu subuh. Mungkin juga karena sinyal baru ada pada tengah malam.

Kemudian beliau pun menceritakan bahwa dalam penutupan Workshop PTK/PTS Agupena, Bapak Minhajul Ngabidin, Kepala LPMP Jogyakarta berkata kepada beliau, "Dokumentasikan sekecil apa pun momen dalam hidupmu, kelak kenangan itu akan banyak manfaat bagimu."
Dan beliau menjadi pemenang INOBEL Juara 1 Nyanyian Kimia.

Satu kejutan lagi buat saya, saat beliau mengaku bahwa beliau satu-satunya mitra Gojek tercantik di NTT. Beliau melakukannya karena di sana belum ada Gojek dan berguna juga untuk memudahkan mobilitas beliau dalam menjalani aktivitas yang padat, harus tepat waktu, sementara sarana transportasi kurang mendukung.

Pesan beliau di akhir diskusi demikian bijak.


"Langkah seribu diawali dari langkah pertama, apapun yang sahabat mau melangkahkan kaki, segera awali dengan hati yang ikhlas, sabar, tawaqal, dan senantiasa bersyukur dan tersenyumlah.

Uang bukan segala-galanya. Bekerjalah dengan hati yang tulus ikhlas. Allah sudah siapkan kita selalu cukup menurut Allah. Ukuran Allah itu indah, meskipun tak seindah ukuran kita. Ridho Allah adalah tujuan hidup kita."

Maka jari-jemari saya pun diam menunggu perintah otak hendak menulis apa lagi. Sayangnya, tulisan ini saya cukupkan sampai di sini. Benar-benar saya tak bisa membayangkan, apa saya sanggup setangguh beliau berada di lingkungan yang penuh keterbatasan. Kehidupan menjadi seorang guru di perbatasan justru memberikan inspirasi tanpa batas. Selamat berjuang para guru!

4 komentar: