Senin, 20 Januari 2020

RESUME WORKSHOP MENULIS BERSAMA OM JAY


Disusun oleh Rosiana Febriyanti, S.Pd.

Hari Pertama, 16 Januari 2020
Diskusi seru hari materi pertama disampaikan oleh Agus Sampurno. Beliau akan membahas:
- asyiknya ngeblog
- blog dan semangat kekinian di dunia pendidikan, dan
- menjaga konsistensi dalam menulis blog.

Beliau mengutarakan, "Blogging menjadi hal yang sangat penting untuk saya, sebagai pendidik, pemilik bisnis dan untuk kehidupan sehari-hari saya, dimana blog bisa membantu saya secara perlahan memberi waktu untuk merefleksikan diri saya sendiri dari apa yang saya pelajari dan saya lakukan. Latihan ini tidak hanya mengkonsolidasi pemikiran saya sendiri, namun juga merekam secara permanen pada pertumbuhan saya sendiri dari waktu ke waktu."

Menulis blog berarti kita bersedia untuk keluar dari zona nyaman. Hal ini dikarenakan kita
secara tidak sadar akan menekuni hal baru yang diperlukan kesabaran dan kesadaran dalam berbuat. Selain itu, kita akan tersenyum saat ingat pertama kali memulai, dan akan menginspirasi orang lain.

Beberapa jenis blog yang disebutkan beliau, di antaranya:
1. Review produk
2. Memberikan tips dan trik
3. Bercerita pengalaman (personal branding)

Beliau menceritakan saat memulai menulis, motivasinya lebih pada karena beliau dilanda 'burn out' atau kelelahan menjalankan profesi sebagai pendidik. Waktu itu Facebook masih sangat baru di dunia maya. Karena Facebook belum terkenal maka belum ada istilah 'curhat di dunia maya. Kemudian mulailah beliau curhat melalui platform blog yaitu wordpress.
Namun beliau berpikir, akan sangat sayang jika isinya curhat saja, namun tidak berbagi solusi. Maka hal yang beliau lakukan waktu itu adalah:
1. Mulai dengan berpikir kesulitan apa yang dihadapinya sebagai guru.
2. Mencari atau riset  di internet mengenai solusi keluhannya itu
3. Mengujicobakan di kelas, dan
4. Menulis hasilnya di blog.

Selanjutnya, beliau mengungkapkan beberapa manfaat yang dirasakan dalam menulis di blog, seperti makin mencintai dunia pendidikan, promosi dalam bidang pekerjaan, dan bisa menjadi pembicara.

Waktu memulai menulis blog beliau adalah guru, kemudian menjadi kepala sekolah dan saat ini menjadi konsultan, pembicara, serta pemimpin program peningkatan kualitas pendidikan di beberapa provinsi di Indonesia.

Berikutnya, beliau memberikan tips-tips berikut kepada calon penulis blog, para peserta workshop.

“BAGAIMANA MENULIS BLOG DENGAN BAIK”

CONTENT (ISI BLOG)
Pada bagian ini menjadi alasan utama WHY (Kenapa) Anda melakukan kegiatan blogging dan apa yang akan Anda unggah di laman blog Anda. Bagian ini menuntut Anda untuk berpikir, merefleksikan sesuatu, berkomunikasi, dan menjelaskan ide Anda.

CHECKLIST
Bagian ini adalah keterampilan yang harus Anda lakukan sebelum menekan “publish/ terbitkan". Bagian ini mengharuskan Anda untuk teliti, self-check, disiplin, dan mengikuti langkah-langkah dalam proses pembuatan blog.

Berikut langkah-langkah membuat blog:
1. Judul yang tertulis harus menggunakan HURUF KAPITAL pada setiap tulisan
2. Unggahan memiliki satu atau lebih KATEGORI
3. Tidak lupa untuk mengecek ulang untuk COPS : Capitalization (Kapitalisasi), Organization (Penyusunan), Punctuation (Tanda Baca) , dan Spelling (Ejaan).

Seorang pembicara tidak akan menjadi seorang yang andal tanpa ia menjadi penulis.
Dikarenakan saat menulis ia akan melakukan riset untuk materi yang dibawakan sebagai pembicara menjadi bernas dan bermakna.

Ada hal yang tidak akan Anda duga saat menjadi penulis. Keterampilan Anda akan berbuah dengan tambahan profesi sebagai pemateri/pembicara dan fasilitator. Dan untuk itu kita perlu belajar mengenai andragogi (pendidikan orang dewasa).

Menanggapi pertanyaan mengapa banyak guru yang tidak suka menulis di Blog, beliau menjawab karena guru

1. Lebih senang dengan Facebook atau Instagram dikarenakan tanggapan  pembacanya langsung dan instan.

2. Kurang suka belajar sedikit lagi mengenai platform blog.

3. Merasa dirinya bukan ahli dan merasa diri tidak pantas untuk berbagi pengalaman. Padahal niatkan saja dulu untuk menulis bagi pribadi kita sendiri. Jika ada orang lain yang suka pada tulisan Anda, anggap itu bonus.

Kalau seseorang ingin lakukan branding dirinya maka disebut personal branding.
Jika sebuah sekolah ingin melakukan branding maka sebutannya menjadi school branding.

Branding erat artinya dengan pembeda dari yang sejenis. Sebuah sekolah yang sadar branding dia akan duduk bersama menentukan arah positioning-nya di masyarakat. Sementara jika guru melakukan personal branding maka ia akan fokus pada apa yang dimiliki dibanding kelemahan.
Ditambah dengan peran medsos maka personal branding guru akan semakin cepat.

Selanjutnya beliau menceritakan saat fokus dengan personal branding, beliau mulai dengan brand guru kreatif. Lalu beliau menulis hal-hal yang orang ingin ketahui lewat tips-tips atau resep-resep pengajaran terkini.

Dalam branding ada istilah reputasi dan pencitraan. Cara mendapatkan reputasi adalah dengan kerja keras dan konsistensi, sedangkan pencitraan itu mudah, tetapi cenderung tidak bertahan lama.

Branding erat kaitannya dengan pencitraan. Disarankan untuk membangun branding yang awet dengan kerja keras. Maka hal yang kita bangun bisa menjadi reputasi.

Adapun personal  branding bisa membuat guru menjelma menjadi ahli. Dunia medsos sangat terbuka dengan sosok guru yang memberikan kontribusi kepada masyarakat luas tanpa memandang umur dan masa kerja.

Karena itu, mulailah
1. Menulis hal yang dekat dengan keseharian
2. Menulis utk diri sendiri
3. Lakukan microblogging
atau menulis singkat singkat di-update status Facebook atau Twitter lalu disatukan menjadi satu tulisan di blog.

Tips lainnya ialah share (agih) tulisan kita di medsos milik pribadi, lalu arahkan ke blog kita dan tulis topik kekinian yang sedang hangat dibicarakan, misalnya
- merdeka belajar
- guru penggerak
- dll.

 "5 PELUANG UNTUK MEMPERKUAT TULISAN ANDA"

1. KEYWORD (KATA KUNCI)
2. VISUAL (VISUALISASI)
3. SOCIAL (SOSIAL)
4. HEADLINE (BERITA UTAMA)
5. HYPERLINKED (KONEKSI)

Ide ada banyak, tetapi yang sulit adalah menuangkannya. Untuk awal, hendaknya kita mencari tulisan yang kita sukai, lalu menuliskan hal yang sama. Tema dan topik yang sama, hanya saja kali ini dari sudut pandang kita pribadi.

"BEBERAPA “ATURAN” NGEBLOG YANG TIDAK HARUS ANDA IKUTI
1. Blog harus selalu sebanyak 500 kata
2. Blog mengharuskan keahlian mendongeng/menjelaskan
3. Blog diisi dengan pertanyaan
4. Blog harus sempurna sebelum akan dibagikan
5. Blog harus sepenuhnya original
6. Blog selalu untuk pembaca yang luas

Berlatih menulis membutuhkan waktu dalam setiap prosesnya. Ada istilah 10.000 jam. Istilah itu mengacu pada jika seseorang sudah melakukan suatu kegiatan selama 10.000 jam, baru ia akan
1. Fasih
2. Ahli
3. Menemukan gayanya sendiri, dan
4. Menginsipirasi orang lain.

Ketika sudah mencoba, tetapi ketika tulisan dibaca sendiri terasa ada yang kurang, sebaiknya jangan dihapus. Tunda sampai kita sudah menulis 100 tulisan. Beliau juga pernah menghapus tulisan. Namun itu dilakukan ketika sudah agak berjarak waktunya.

Beliau menyarankan kepada para peserta workshop untuk mulai menulis singkat. Ini terinspirasi dari Seth Godin yang tiap hari menulis di blognya dengan singkat namun padat pengetahuan dan intisari pengalaman. Jika sudah terbiasa menulis maka akan merasa kurang jika belum menutup hari dengan menulis. Menulislah di mana saja dan dengan alat apa saja.

Saat menulis materi ini beliau menggunakan fasilitas notes di smartphone sambil menikmati perjalanan berangkat kerja dengan komuter pada pagi hari. Jadi, tidak mesti menunggu berhadapan dengan laptop atau komputer baru menulis.

Jika demikian, mengapa bagi sebagian pendidik menulis di blog itu menjadi hal yang memberatkan, padahal dengan terampil dan menarik mereka menulis status di update media sosial mereka dengan tulisan menyentuh dan menggugah semangat? hal-hal berikut ini adalah bisa menjadi kemungkinan jawabannya

Memang, menulis di blog memerlukan waktu lama untuk bisa dikenal publik atau bahkan bisa ‘tercium’ oleh mesin pencari google. Tidak ada instant gratification seperti kita menulis di facebook yang dalam waktu sekejap bisa dapatkan ‘jempol’ atau likes.

Ada anggapan bahwa penulis blog perlu memiliki latar belakang teori, padahal tidak selalu. Blog lebih bernuansa ‘diary’ atau refleksi pengalaman. Menulis blog dianggap seperti menulis makalah ilmiah yang membuat pendidik merasa mesti tampil ‘sempurna’. Jika pendidik itu kemudian berhasil menulis biasanya kemudian blognya menjadi lama diisi kembali dikarenakan energinya habis dan menjadi kehilangan selera untuk mengisinya kembali. Lebih baik menulis singkat, padat dan jelas daripada sekali menulis sempurna lalu setelah itu hilang.

Bayangkan, jika semua pendidik berkenan berbagi pengalamannya lewat tulisan, singkat dan bersemangat, dijamin pendidikan Indonesia menjadi maju dan berkembang dalam waktu yang cepat. Hal ini dikarenakan cerita dari ‘lapangan’ bisa dibagi dan dibaca dan dijadikan inspirasi oleh si pembaca untuk diterapkan di sekolahnya masing-masing.


Hari Kedua, 17 Januari 2020
Narasumber: Dedi Dwitagama, Pemilik 12 Akun Blog

Bagi seorang Dedi Dwitagama, blog pribadi itu seperti rumah pribadi yang harus dibersihkan, diisi dan dihias dengan aksesori sesuai minatnya, semntara blog kroyokan itu seperti berada di public space yang memungkinkan bisa bertemu dengan banyak penulis dan mencari inspirasi

Menulis di blog pribadi itu seperti membuat catatan pribadi yang bisa dibaca orang sedunia. Beliau sangat menikmati blognya karena seperti melihat album foto perjalanan hidupnya, mengingatkan momen perjumpaan dengan orang-orang dimana-mana, jejak-jejak perjalanan yang memberi manfaat buat sesama, sehingga beliau membuat 12 blog, seperti
https://trainerkita.wordpress.com/ yang mendokumentasikan sesi seminar beliau
serta http://fotodedi.wordpress.com yang mendokumentasikan hobi fotografinya.

Untuk mengelola keduabelas blognya beliau menulis jika ada waktu, ada ide, kemudian ditempatkan di blog yang sesuai dengan isi tulisannya. Begitu ada ide, dituliskannya walau hanya sebaris, lalu diberikan gambar sebagai pendukung artikel. Terkadang idenya berawal dari foto yang ingin saya diunggah barulah dilengkapi dengan keterangan foto. Langkah ini sering menolong kebuntuan menulis dan membuat kata demi kata mengalir tak terasa, tanpa diedit langsung bisa beliau unggah.

Saat ide tak ada, beliau berkunjung ke blog-blog orang lain. Biasanya setelah itu muncul ide untuk menulis sesuatu. Ketika kita sudah membuat tulisan. Untuk mendatangkan pengunjung dan membuat pengunjung tidak sungkan untuk berkomentar, beliau menganjurkan untuk membuat  link di twitter, facebook, lalu mengunjungi blog orang lain, kemudian meninggalkan komentar di blog orang lain. Etikanya, jika blog kita dikomentari maka kita harus membalas komentar itu di blog kita dan mengunjungi blog orang yang memberi komentar di blog kita dengan meninggalkan komentar. Dengan demikian, pengunjung blog kita akan banyak.

Namun, kalau pengunjung blog masih sepi
tulislah artikel yang menurut kita banyak dibutuhkan dan dicari orang lain. Gunakan judul dengan kata-kata yang biasanya orang cari maka saat orang searching, akan nyangkut ke blog kita. Dahsyatnya pemilihan kata di judul posting blog atau youtube menarik pengunjung untuk mampir ke blog kita.

Berbeda dengan blog, facebook itu seperti mall besar yang isinya ramai, sementara blog itu seperti majalah yang isinya khusus berisi karya pemiliknya, yang bisa dihubungkan dengan mall seperti facebook, youtube atau lainnya dengam memasang link atau kode embed-nya. Memberi judul dengan kata kunci yang banyak di-googling orang maka tulisan itu akan berada di puncak pencarian google.

Menulis saja, tidak mesti menggunakan bahasa yang sesuai dengan PUEBI, bebas sesuai gaya kita. Seorang Raditya Dika terkenal karena gaya bahasa yang unik dan konsisten.

Selanjutnya beliau memberikan tiips menulis di kompasiana. Label di kompasiana berfungsi seperti tag di wordpress, batasnya 10 label. Setelah menuliskan label, efeknya label di tulisan yang kita unggah berwarna biru dan bisa menjadi link yang terhubung dengan tulisan kompasianer lain yang berisi label yang sama.

Hari Ketiga, 18 Januari 2020
Narasumber: Kang Dudung, Ketua PGRI yang diundang Presiden

Kang Dudung, biasa beliau disapa, mengungkapkan bahwa setiap hari ada puluhan kejadian yang bisa dicatat, minimal satu yang menarik sebagai rekaman momen atau puluhan ide yang ada di kepala yang mesti diamankan dalam tulisan agar tidak keburu hilang.

Apa yang dilihat,
Apa yang didengar,
Apa yang dibaca,
Apa yang dirasakan,
Apa yang digosipkan,
Apa yang dimimpikan,
Apa yg hadir saat di toilet,
Saat shalat,
bahkan saat bangun malam,
ide itu akan melekat dan menyukai kita bila ia melihat kita menuliskannya. Ide akan selalu hadir bila ia dihargai dengan menuliskannya. Bila Ide tidak dituliskan, Ia marah dan akan pergi menjauh. Peluk dan ikat ide dengan menuliskannya.

Beliau mengaku, sudah hampir dua bulan lebih, hanya menulis kata-kata singkat yang melintas di kepala, lalu dituliskan pada status wa, kemudian di-copy paste ke Blog.
Namun, semakin ke sini semakin sulit menemukan kata-kata untuk dituliskan, terkecuali ada masalah pada teman dan beliau terinspirasi untuk memberikan motivasi dan muncul kembali idenya tetapi tulisan tidak pernah banyak.

Cara meningkatkan kemampuan menulis dan mengeluarkan ide adalah menjaga dengan berlangganan koran dan jalan-jalan. Tulis singkat seribu kali, kumpulkan, maka jadi buku yang genuine.

Lalu beliau memberikan saran untuk mencegah kemungkinan orang salah tafsir terhadap tulisan, sebaiknya kita menghindari SARA, hoaks, dan mem-bully orang lain.

Beberapa manfaat menulis yang beliau sebutkan di antaranya adalah dapat menjauhi stres,  memenuhi kebutuhan berpikir, menjauhi stres, mendapat uang, nama (dikenal orang), beramal, memeroleh buku, dan panggilan narsum menulis, plus diundang Presiden.

Berikut tips Kang Dudung membagi waktu untuk menulis. Dalam 1 hari ada 24 jam, bila bagi 3 menjadi 8 jam-an, bilang kurang efisien bisa dibagi 4 atau 6 menjadi 6 jam-an atau 4 jam-an. Dengan begitu waktu yang sudah dibagi, paling tidak bisa digunakan untuk sedikit memaksa diri secara konsisten menulis atas dasar komitmen karena sudah secara sadar membagi waktu untuk punya waktu menulis.

Hebatnya, beliau pernah menulis Jokowi akan jadi Presiden sebelum 2014. Tulisan itu di berikannya kepada Jokowi, kemudian diundang makan bersama. Itulah tulisan ajaib.

Beliau cenderung tidak pernah malas menulis, yang agak sulit adalah membagi waktu. "Jujur menulis itu bagaikan kencing setiap hari...ia harus keluar dan dituliskan," ungkapnya.


Hari Keempat, 19 Januari 2020
Narasumber: Taufik Hidayat, Travelling dan Tulisan Bernas


Beliau memiliki beberapa blog. Namun yang pertama adalah di kompasiana. Selain itu ada detiktravel  UC News, wordpress, dll.
Contoh tulisannya mengenai perjalanan ke Rwanda yang tidak terlupakan. Melihat langsung kejamnya perang saudara genosida suku Hutu dan Tutsi. Beberapa tulisannya juga sering direferensi oleh kompas Travel dan diambil oleh media lain. Catatan perjalanannya ditulis dan dikumpulkan menjadi sebuah buku. Buku beliau yang diterbitkan Mizan berjudul 1001 masjid di 5 benua dari Amsterdam sampai Zanzibar.

Beliau juga menulis kuburan antik dan orang ternama. Banyak tulisannya ke mausoleum Lenin Ho chi Mihn Napoleon bahkan ada makam khusu pemusik seperti Beethoven dll di Vienna. Menurutnya, kita juga bisa belajar kesetiaan dari kuburan seperti makam Hachiko di Tokyo.

Alasannya menulis masjid karena sebagai muslim yang pertama dicari adalah masjid ketika berkunjung ke suatu kota atau negara. Di sana akan mudah menemukan makanan halal berkenalan dengan penduduk lokal
Misalnya di Xiamen beliau bisa mampir dan minum teh di masjid walau tidak saling kenal. Begitu juga saat berada di Panama, diantar pulang ke stasiun metro.

Menulis sudah menjadi hobinya sejak lama, bahkan sejak jadi mahasiswa dulu tahun 1980. Beliau sering menjadi kontributor majalah kampus. Tulisan perdananya di kompasiana tentang Panmunjom perbatasan Korsel dan Korut.

Berikutnya, beliau memberi tips kepada penulis pemula, yaitu coba tentukan passion mau menulis tentang apa. Kemudian fokus di sana dengan sesekali boleh rehat dan ganti supaya tidak bosan. Bisa menulis tentang pengalaman, pengamatan, atau pun observasi.  Namun, opini dan keberpihakan kepada nilai-nilai kemanusiaan yang universal akan membuat tulisan kita menjadi kaya. Mengenai bahasa tulisan kita lebih baik menjadi diri kita sendiri dan biarkan tulisan dan pikiran mengalir begitu saja. Sesekali menulis juga dalam bentuk listicle alias tulisan memakai angka.

Untuk memperkaya tulisan bisa dilakukan dengan teknik wawancara. Waktu di Quanzhou, misalnya, beliau mewawancara imam masjidnya. Mengajak ngobrol hingga
mencair dan keluarlah kisah-kisah di balik tempat tersebut. Sebagai tips lagi, kita juga bukan yang bercerita tentang perjalanan, tetapi tentang pernak-pernik bepergian. Misalnya, kisah tentang perangko saja bisa jadi artikel utama.

Coba saja menulis dalam beberapa tema sampai menemukan mana yang cocok.
Kalau dipadukan dengan hobi kita akan makin pas. Misalnya saja ketika jalan-jalan ke Chiangmai dan itu disponsori Silk air. Maka saya menulis tentang pengalaman naik Silk air ke negri di atas awan, Nepal. Dan tentu saja sebagai penulis kita mesti rajin membaca dahulu. Saya kebetulan hobi membaca, terutama karya sastra, baik dari dalam, maupun dari luar negri. Kisah dari zaman Pujangga Baru seperti Siti Nurbaya sampai karya-karya Pramoedya dan Motinggo Busye.
Membaca Tolstoy Anton Checkov sampai karya Cervantes.

Beliau membangun personal branding tentang perjalanan ke masjid karena ratusan artikel saya tentang perjalanan dari masjid-masjid baik di Indonesia, maupun di pelosok dunia
Maka lahirlah buku mengembara ke masjid masjid di pelosok dunia. Tentu saja tidak ada jalan pintas. Semua harus dibangun dengan pelan-pelan. Buku itu saja merupakan kisah perjalanan hampir 8 tahun.

Intinya memulai sesuatu yang baru memang terasa sulit. Namun, kita tetap harus berani memulai dan mencoba. Mencoba dan terus berusaha sampai bisa. Karena bagi yang punya kemauan selalu ada jalan. Dan ada sebuah pepatah bahasa Spanyol yang bagus untuk diingat “La verdad aun que severa es amiga verdadera“.

3 komentar: