Sabtu, 01 Februari 2020

MEMBANGUN KELUARGA MASA DEPAN



Resume seminar Parenting pada 1 Februari 2020, disusun oleh Rosiana Febriyanti
Pukul: 08.00-12.00
Tempat: Aula Darul Arqam, Pesantren Al Kahfi
Narasumber : Ustadz Yana Lukmanul Hakim Lc.
=============

Apa itu generasi Qurani?
Generasi terbaik yang istimewa sepanjang sejarah manusia. Generasi yang menjadikan Alquran sebagai tuntunan dalam setiap gerak langkah kehidupannya. Generasi yang mencari perintah Allah untuk diri, keluarga, komunitas, lalu segera melaksanakannya.

Ibnu Masud berkata Sesungguhnya kami sulit menghafal al-quran tapi dimudahkan dalam mengamalkannya dan orang yang datang setelah kami mereka itu mudah menghafal al-quran tetapi sulit dalam menghafalkannya. Faktanya orang yang fasih berbahasa Arab saja tetapi orang Mesir tidak mengerti bahasanya.

Tujuan pendidikan adalah mengeluarkan manusia dari menghamba kepada selain Allah dan dari kesesatan. Tujuan pendidikan adalah: pertama, membaca atau menghafal yaitu tilawah dengan makna yang luas belajar Tahsin, Tafsir, tadabbur, dan memahami perintah larangan, serta hukumnya. Kedua proses berikutnya adalah Tazkiatun Nafs atau mensucikan jiwa. Ini adalah proses pengokohan hati. Alquran merasuk ke dalam jiwa dan menjadi suatu kenikmatan, dan inilah yang hilang pada hari ini.

Tahapan berikutnya, dengan jiwa yang bersih memahami dan langsung mengamalkan Alquran dan hadis dengan mencari hikmahnya. Alquran mewarnai kehidupan, sampai setiap keputusan-keputusan pribadi, keluarga urusan sehari-hari sampai urusan negara, semua diukur dengan Alquran. Perintah membaca sudah termasuk di dalamnya menghafal al-quran ada proses tadabbur atau memahami isinya. Dengan hati yang bersih kita mampu dan siap melaksanakan Alquran contohnya pada zaman Rasulullah ketika turun ayat Alquran tentang haramnya khamr maka para sahabat dengan taat dan ikhlas membuang semua persediaan khamrnya.

Contoh lainnya ada pada kisah yang terdapat dalam surat al-mujadilah saat itu nabi tidak memiliki jawaban yang kemudian dijawab oleh Allah. Nabi Muhammad menyerahkan urusannya dan bersabar menanti turunnya ayat mengenai permasalahan yang menimpanya.

Apabila setiap orang yang di dalam hatinya terdapat Alquran maka setiap urusannya akan diukur dengan Alquran. Contohnya, Ibnu al-jazari. Dia seorang ahli robotik dalam bukunya ditulis kaidah pembuatan robot yang mengingatkan kapan khalifah harus berwudhu dan sholat. Al-khawarizmi juga orang yang merumuskan aljabar menemukan angka nol yang kemudian memudahkan orang untuk berhitung. Bayangkan, apabila di dunia ini tidak ada angka nol, tetapi malah yang terkenal adalah orang Romawi  dengan angka romawinya yang sulit dibaca.

Oleh karena itu, Alquran harus ada di dalam jiwa setiap Mukmin dengan jiwa yang bersih manusia akan dapat memahami dan siap sedia mengamalkan Alquran dan hadis yang mewarnai kehidupannya sehingga Setiap keputusan keputusan pribadi keluarga sampai pada urusan negara berlandaskan Alquran.

======

Narasumber: Ust. Drs. H. Bahrain Suryantara, MR.

Surga hanya dapat dimasuki oleh orang-orang yang mendapatkan rahmat dari Allah serta orang dalam. Orang dalam yang dimaksud dalam hal ini adalah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Syafa'at itu adalah ID card masuk surga. Kita bisa masuk surga apabila berdiri di belakang Rasulullah dan di belakang kita Insya Allah Adalah anak-anak kita.

Tugas kita dalam mendidik anak-anak adalah dalam rangka meneruskan risalah Rasulullah, yaitu berdakwah. Sesuai kaidah fiqih kalau kita tidak bisa meneruskan risalah Rasulullah jangan ditinggalkan semuanya kalau kita tidak bisa berdakwah kepada orang-orang di sekitar kita maka yang patut kita dakwah adalah anggota keluarga kita.

Kita tidak bisa memberi kalau kita tidak punya, sedangkan kalau kita tidak punya maka tugas kita adalah mencari apa yang tidak kita punya, karena syarat memberi cuma satu, yaitu punya.

Menjadi guru harus banyak membaca dan banyak berkarya jangan banyak gaya dan banyak lagak. Orang yang pura-pura sholeh akan beranggapan bahwa kalau saya menyampaikan hal yang benar dikhawatirkan riya', tetapi kalau saya menyampaikan yang salah, takut dosa.

Mengajar anak-anak adalah mengatakan apa yang kita lakukan dan lakukan apa yang kita katakan. Dalam Quran Surat Ar Radu ayat 21-24 disebutkan adalah bahwa kita akan masuk surga Adn sekeluarga.

Siapakah anak itu? Yang dimaksud anak itu bisa anak kandung, anak angkat, anak didik, dan anak mantu. Sementara yang disebut orang tua bisa orang tua kandung, guru mertua, dan orang tua angkat.

Apakah kita percaya bahwa sekecil apapun kebaikan di dunia yang kita lakukan untuk anak-anak akan dikembalikan kepada kita berikut bonusnya? Mengapa kita bisa mempercayainya? Karena Allah Maha baik maka Allah tidak membutuhkan kebaikan kita. Kebaikan anak-anak kita 100% dari kebaikan yang telah kita berikan kepada anak-anak.

Pahala terbesar seorang guru bukan karena mengajarnya, tetapi karena melanjutkan tugas Nabi yang belum selesai, yaitu mengajak ke jalan Allah. Begitu pula dengan orang tua, karena pendidikan itu merupakan kewajiban orang tua di rumah, dikembangkan di sekolah dan dipraktikkan di masyarakat. Motivasi mendidik anak adalah karena kita yakin bahwa masa depan adalah pengembalian dari masa lalu.

Tetapi ingatlah anakmu bukanlah milikmu. Didiklah anak sesuai zamannya. Investasi terbesar kita adalah melanjutkan tugas kenabian.

Mengapa sampai Setua ini kalau nilai ulangan dapat nilai 10 perasaan yang muncul adalah bahagia? Karena indikasi yang kita kerjakan itu benar bukan karena mendapat nilai yang tertinggi kalau unbk saja mendapat nilai 6 itu juga bisa menjadi nilai yang tertinggi.

Yang membuat kita bahagia adalah karena benar. Bermain tebak-tebakan saja yang tidak ada pahalanya kalau berhasil kita menjawab teka-teki itu dengan benar, perasaan yang muncul adalah bahagia. Kalau kita tidak bahagia Berarti ada sesuatu yang salah.

Ustad Abah mengacungkan ke dua jarinya ke arah peserta sambil menanyakan berapa jumlah jari saya? Kemudian ada yang menjawab 5 dan ada pula yang menjawab 2. Orang yang menjawab 2 berarti dia hanya menyimpulkan dari apa yang dia lihat. Begitu pula dengan anak atau murid-murid yang menjawab dua karena dia tahu dari apa yang dia lihat muka dari apa yang dipikirkannya sebelum menjawab.

Orang tua harus bisa masuk ke dunia anak-anak dan dunia anak-anak adalah bermain-main, karena kebahagiaan anak kecil adalah permainan. Akan tetapi mengajar anak kecil bukanlah pekerjaan main-main materinya harus serius, ajarkanlah hal yang benar. Contohnya, guru mengajarkan doa setelah membaca Alquran menggunakan lagu yang dinyanyikan, bukan nyanyian yang berisi doa. Maka, sekalipun harus bernyanyi doa harus benar dibaca sesuai tajwidnya dan fasih makhrajnya.

Ketika orang tua memarahi anaknya sambil membaca istighfar itu artinya mengomel dengan versi sholeh. Padahal anak itu titipan suci dan tidak punya dosa Kalau kita berhasil mendidik anak menjadi sholeh, hafiz, pintar kita bisa mendapatkan pahala berikut bonus-bonusnya. Hal tersebut dikarenakan Allah tidak mau berhutang budi kepada hamba-hambanya.

Ada kisah mengenai pengikut Firaun yang selamat dari hempasan laut ketika ditanya, mengapa kamu selamat dan dikeluarkan dari laut ia berkata saya juga tidak tahu. Ternyata dikarenakan ia suka kepada topi yang dipakai Nabi Musa walaupun orang itu benci sekali kepada Nabi Musa.

Dalam kisah lain disebutkan mengenai pelacur yang memberi minum seekor anjing yang sedang kehausan kemudian pelacur itu bisa masuk surga. Warna anjing tersebut tidak bisa mengungkapkan rasa Terima kasih maka Allah lah yang berterima kasih kepada pelacur itu dengan memasukkannya ke surga.

Nah kalau mau menjadi guru yang baik maka nikah lah dengan orang yang baik agar mendapat keberkahan, doa yang diminta sewaktu muda sama, risaunya sama seiring doanya maka akan mempermudah keberkahan doanya.

Orang tua yang mengajar seperti mengajar di masa lalu, menggunakan cara-cara 20 tahun yang lalu, berarti menghancurkan masa depannya anak itu akan kehilangan 40 tahun usianya. Maka siapkan lah anakmu untuk 20 tahun yang akan datang.

Siapakah orang tua yang biasa-biasa saja orang tua yang biasa-biasa saja adalah orangtua yang biasa-biasa saja Allah tidak pernah salah menitipkan anak kepada orang tuanya karena Allah sudah percaya. Demikian pula Allah juga tidak pernah salah memberikan orang tua kepada anaknya. Tidak ada anak yang bodoh dan tidak ada orang tua yang bodoh.

Misalnya, ketika anak tidak bisa menghafal Alquran Berarti orang tua atau gurunya berhasil membuktikan kepada seluruh orang di dunia ini bahwa cara mengajarnya lah yang menjadikan anak itu tidak bisa menghafal Alquran. Anak yang luar biasa tidak pernah terlahir dari orang tua yang biasa-biasa saja, melainkan dari orang tua yang usahanya luar biasa. Maka Jadilah orang tua yang bukan biasa-biasa saja.

Jika ada yang salah pada anak biasanya orang tua hanya bisa saling menyalahkan padahal yang salah adalah kedua-duanya. Anak menjadi manja luar biasa dan kurang disiplin.

Standar kesuksesan orang bergantung pada lingkungannya. Pada abad ke 18 orang dikatakan sukses apabila bekerja sebagai petani, pada abad ke-19 orang sukses adalah orang yang bekerja di pabrik. Pada abad ke-20 orang yang sukses adalah orang yang ahli komputer dan informasi, sedangkan orang yang paling sukses pada abad ke-21 adalah orang yang kreatif dan berakhlak mulia.




Cara menanamkan akhlak mulia.
 1.  Kalau orang tua langsung menyahut dan menghampiri ketika anak memanggil sesibuk apapun maka anak akan belajar dari orang tua dan gurunya, anak langsung datang memenuhi panggilan orang tua dan gurunya.
 2. Orang tua yang tidak bosan mengusap-usap punggung anak sampai anaknya tertidur mengusap-usap kepala sampai anaknya tenang maka anak akan memijat membantu orang tua atau guru saat orang tua atau guru nya membutuhkan bantuan anak.
 3. Orang tua yang berusaha membahagiakan anak anaknya maka anak di masa depan akan selalu menahan emosi saat ia disakiti orang di sekitarnya.
 4. Orang tua yang bisa menahan emosi saat anak melakukan kesalahan yang besar sekalipun maka anak akan tumbuh menjadi orang yang mempunyai perhatian, menyenangkan dan bertanggung jawab. Anak akan belajar cara mengomel yang benar, dia langsung teringat wajah orang tuanya yang tetap tersenyum sabar walaupun disakiti orang lain.
 5. Orang tua menjadikan anaknya seperti raja atau ratu, memberikan pujian kepada anaknya dengan pujian yang tepat.

Fitrah manusia hidup dalam agama. Abdurrahman bin Auf adalah seseorang yang pandai kaya dan Saleh tetapi terkenal sebagai orang yang suka mengeluh Ya Rasulullah, mengapa saya diberi kekayaan terus padahal saya banyak memberi. Mengapa Allah memberi saya kekayaan.
Berbahagialah apabila anak datang menghampiri sambil mengeluh, kenapa kalau tidak mengaji bawaannya tidak enak kenapa kalau tidak salat saya merasa berdosa. Hal ini menandakan bahwa fitrahnya manusia adalah hidup dalam agama.

Siapa yang menunjukkan kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala. Orang tua dan guru adalah jalan kebaikan bagi anak-anaknya. Tugas orang tua dan guru adalah meneruskan risalah Rasulullah, mengajak ke jalan Allah, dan di sanalah letak pahala yang besar, yaitu surga Adn yang dijanjikan-Nya.

Wallahu A'lam Bishawab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar