Selasa, 18 Februari 2020

TAMU DARI CIANJUR



Mari kita berkenalan dengan Ibu Nuraeni, pengawas SMP di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur. Beliau alumni FPOK IKIP Bandung Jurusan Pendidikan Olahraga. Wanita yang lahir di Bandung, 8 Oktober 1961, ibu dari 4 anak dan 3 cucu ini memliki motto hidup "Energi Keikhlasan akan Memunculkan Strategi Kreatif".


Diskusi malam ini masih membahas seputar menulis buku, tetapi karena yang datang adalah pengawas dari Cianjur maka perbincangan semakin hangat mengenai menulis dan kaitannya dengan angka kredit.


"Saat ini kalau ingin mengikuti Guru Berprestasi, OGN, Semnas, atau Inobel, kita harus punya modal tulisan,"tulis Bu Nuraeni dalam workshop online bersama Om Jay semalam.


Dalam beberapa kesempatan Bu Nur berbagi ilmu dengan para Guru Garis Depan (SM3T) di Jakarta, Palembang, dan Yogyakarta karena yang diundang oleh Subdit PKK GTK Kemdikbud. Mereka bisa ikut kegiatan itu karena mengirim tulisan melalui link yang disediakan oleh Kemdikbud. Kesharlindung Dikdas dan Dikmen juga mengundang guru untuk hadir dalam kegiatan Bimtek/Workshop/Semiloka/Lokakarya/Seminar Nasional dengan syarat utamanya adalah mengirim tulisan.


Untuk itu, tidak henti-hentinya beliau mengajak kepada para guru, kepala sekolah, rekan pengawas untuk mau menulis. Beliau naik pangkat juga dengan bermodalkan Buku hasil PTS ber-ISBN dan dua Buku Cerpen. Unsur Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif terpenuhi. Beliau kemudian berbagi file  Buku 4, tentang PD, PI, dan KI versi terbaru. Jika ingin Menyusun Laporan PTK, Membuat Modul, Makalah, dan lainnya bisa melihat Buku Panduan ini.
Buku 4 ini menjadi andalan beliau untuk menulis cerpen atau antologi puisi.


Agar cerpen ataupun antologi puisi tidak sia-sia dan suatu saat bisa dijadikan untuk kenaikan pangkat, maka para guru bisa melihat di halaman 42 Katagori Karya Inovatif, Nomor 2 Menemukan/Menciptakan Karya Seni, huruf b. Jenis Karya Sastra,1) Seni sastra, meliputi: kumpulan cerpen, kumpulan puisi, naskah drama/ teater/ film.


Kumpulan karya pribadi nilainya 100%
sedangkan karya bersama, jika dibuat oleh dua orang, maka penulis pertama mendapat angka kredit 60%, dan penulis ke-2 mendapat angka kredit 40%. Jika dibuat oleh 3 orang, penulis kesatu 40%. penulis kedua 30%, dan penulis ketiga 30%. Jika dibuat oleh 4 orang, penulis kesatu 40%, kedua 20%, ketiga 20%, penulis keempat 20%, jadi karya buku bersama maksimal dibuat oleh empat orang. Jika dibuat oleh 20 orang atau lebih, yang dapat angka kredit hanya penulis ke-1, 2, 3, dan 4 saja.


Kasihan guru yang menulis berada di urutan paling belakang. Biasanya yang di urutan belakang adalah pengirim yang belakangan, sudah capek-capek menulis tetapi tidak dapat nilai. Akan tetapi ada yang menanggapi, urutan belakang bukan berarti submitnya belakang. Bisa jadi namanya tersusun alfabetis, dan nama Zaini selalu di belakang.


Bu Nur menjawab bahwa itu sudah aturan di penilaian angka kredit. Tadinya, buku 4 versi 2012 yang boleh membuat karya sastra hanya Guru Bahasa saja. Kemudian ada perubahan di Buku 4 versi 2016 Katagori Karya sastra berlaku untuk semua guru mata pelajaran sehingga beliau bisa mendorong teman-teman yang bukan mengampu mata pelajaran Bahasa untuk menulis supaya mendapatkan angka kredit.


Beliau menambahkan, Buku Antologi bisa diajukan kenaikan pangkat, dengan syarat ber-ISBN. Setiap kita mencetak buku, minta disertakan juga Surat Keterangan dari Penerbit yang menyebutkan bahwa buku kita dipublikasikan secara nasional.


Kemudian Bapak Muh Khoiri berpendapat bahwa seharusnya setiap penulis mendapatkan nilai jika tulisan diidentikkan dengan book chapter. Book chapter tetap dinilai meski di urutan 7 atau 10. Jika yang dinilai hanya empat orang, itu akan membunuh semarak penulisan antologi di seluruh penjuru negeri. Jika itu sebagai aturan, beliau meminta sebaiknya aturan ditinjau ulang.


Bu Nur menjawab bahwa ia menulis Memoar yang ber-ISBN dan dilampiri surat keterangan maka tulisannya lolos.
Kemungkinan juga karena ketidaktahuan tim penilai Pengembangan Keprofesian tentang ketentuan di halaman 42 Katagori Karya Inovatif, Nomor 2 Menemukan/Menciptakan Karya Seni, huruf b. Jenis Karya Sastra,1) Seni sastra, meliputi: kumpulan cerpen, kumpulan puisi, naskah drama/ teater/ film. Bu Nur juga pernah sebagai tim penilaian angka kredit (AK). Jadi, menurut beliau, perlu adanya kesepamahaman tentang hal ini.
Insyaa Allah kalau Tim penilai AK-nya senang menulis pasti mengerti akan hal ini karena sudah aturan penilaian angka kredit. Semoga pada era menteri pendidikan yang sekarang akan terjadi perubahan lagi.


Lantas Pak Muh Khoiri menyambung pembicaraan, "Nah, itu yang juga perlu Bu Nuraeni suarakan. Aturan itu bisa diubah jika banyak yang sepakat. Semakin banyak suara pengusul, ya semain banyak peluang. Saya yakin, dalam tahun-tahun ini, buku antologi akan menggenjot budaya literasi di kalangan guru, sebelum kemudian beliau-beliau menulis buku solo (mandiri). Kemudian Bu Nur berjanji akan menyampaikan jika ada kesempatan di lain hari.


Bu Nur kini seperti kecanduan menulis karena ada pembiasaan  di setiap harinya. Beliau niatkan kegiatan menulisnya untuk berbagi kebaikan supaya menjadi inspirasi bagi orang yang membacanya. Beliau membuat target Satu Hari Satu Artikel.


Terakhir, Bu Nur menulis simpulan dari  wokshop yang berlangsung dari pukul 19.00-21.00 itu. Awalnya menulis setiap hari karena dipaksa untuk mencapai target. Namun, lama-kelamaan, beliau merasakan hal itu menjadi suatu kebutuhan. Tidak menulis satu hari, seperti ada yang hutang yang belum terbayar. Maka beliau menyarankan agar para guru mencobanya karena menulis itu ibarat candu yang membuat ketagihan. Semua tulisan beliau posting di medsos. Baginya menulis bisa menjadi obat pada usia menjelang 60 tahun ini.

Saya hanya bisa menyimak bahwa kegiatan menulis yang saat ini gencar dilakukan oleh guru ASN dapat bermanfaat untuk mendapatkan angka kredit, mungkin untuk kenaikan pangkat atau gaji. Sementara itu, saya menulis untuk belajar konsisten menulis setiap hari. Terlepas dari itu semua, innamal a'malu binniyat, kekaguman saya pada guru-guru senior ini tidaklah berkurang karena mereka masih memiliki semangat menulis. Tak ada kata terlambat atau terlalu tua untuk memasuki dunia kepenulisan. Teruslah menulis, karena menulis bisa kapan saja dan di mana saja. 


Inilah tulisan saya yang sangat sederhana. Guru masa kini dituntut melek teknologi, dikit-dikit cekrek, dikit-dikit tulis, lalu posting di medsos, tetapi yang perlu saya camkan adalah, "Rosi, tulislah yang baik-baik karena nanti kamu akan dikenang dari jejak digitalmu." Dengan catatan, itu pun kalau Google masih panjang umur. 😊(Rosianafe)


5 komentar:

  1. Ikatlah ilmu dengan cara menuliskannya. Semoga guru guru Indonssia semakin semangat intuk menulos dengan niat berbagi ilmu dan pengalaman. Salut buat ibu nuraeni pengawas berprestasi dari cianjur

    BalasHapus
  2. Saya tidak tahu umur saya sampai kapan, yang jelas saat ini saya masih ingin menulis. Kalau dibilang candu, saya kecanduan menulis sejak SMP, sejak guru bahasa Indonesia menyuruh, "Isi mading sekolah dengan tulisanmu!". Maka menulislah saya meskipun yang bacanya diam-diam. Eaaaa...😂
    Terima kasih, Om Jay dan Bu Nur. 🙏

    BalasHapus
  3. teruslah menulis dari hatimu agar kau temui pembaca setiamu.

    BalasHapus
  4. mantap...para guru hebat yang sangat menginfirasi

    BalasHapus