Rabu, 05 Februari 2020

KE LUAR NEGERI BERKAT TULISAN



Foto: Fathur.web


Hari ke-20, 4 Februari 2020
Workshop Menulis Bersama Om Jay
Narasumber: Fathur Rachim
Disadur oleh: Rosiana Febriyanti
=======================
Semalam, narasumber diberi kesempatan untuk berbagi pengalaman belajar di luar negeri. Beliau memulai dengan pengalaman berkunjung ke USA seorang diri untuk mengikuti kegiatan Intel Visionaries Ambasador. Semula ia berpikir penyebab terpilihnya beliau oleh Intel adalah karena jago TIK. Ternyata tidak, Saudara-saudara! Itu karena mereka mengenal beliau melalui tulisan-tulisan beliau yang tersebar di internet. Akan tetapi, karena banyak sekali penyedia jasa hosting, baik free maupun berbayar yang gulung tikar sehingga tulisan-tulisan beliau hilang. Kini, beliau menggunakan blogspot dengan mirror domain pribadi untuk mengantisipasi hal tersebut.

Beliau masih mempercayakan blogspot di bawah naungan Google yang masih cukup lama bertahannya, untuk menyimpan tulisan-tulisannya. Hm, nice info, saya pun begitu, Pak Fathur. Hehehe...

Mengenai tulisan apa yang membuat Intel melirik beliau juga beliau kurang paham karena begitu banyak tulisan dan kegiatan melatih yang beliau tuliskan dan dokumentasikan  saat itu. Beliau kemudian mulai menulis lagi pada tahun 2017-an. Mungkin kunci kesuksesan beliau dikarenakan menulis, melatih, dan terus berbagi seperti yang dilakukan Omjay.


Beliau mengaku, sudah dua kali ke USA dengan bahasa Inggris pas-pasan sampai hampir gagal mendapatkan visa. Beliau sempat ditanya irang asing yang mewawancarainya, "Bahasa Inggris Anda tidak bagus, bagaimana bisa berkegiatan di USA?" Kira-kira apa jawaban beliau, ya?
Kita akan terlihat dari seberapa besar "Kemampuan untuk menjual diri", tentu dengan hal yang positif. Beliau memberikan analogi seperti ini. Jika Anda dapat menjawab pertanyaan ini, "Mengapa perusahaan sebesar Go-jek, Traveloka, rokok Jarum atau sejenisnya masih harus terus beriklan?"

Beliau melanjutkan keteranganya, tentu dalam mempromosikan diri ada batasan-batasannya juga. Mungkin kesan pertama seperti riya' memuat tulisan-tulisan apa yang pernah kita lakukan, tetapi percayalah di sisi lain juga akan membuat banyak pembaca yang terinspirasi. Mulailah dengan menuangkan ide-ide Anda tentang sesuatu yang paling Anda kuasai dan dekat dengannya. Hm...nice advice, Pak.

Memang ada saja yang menganggap riya' kepada kita, padahal kita sedang membangun personal atau mem-branding diri kita dengan tulisan.
Bagaimana orang seperti beliau yang berada di tengah belantara Pulau Kalimantan bisa ikut mewarnai dunia pendidikan? Ya, hal yang bisa dilakukan adalah dari tulisan-tulisan kita salah satunya.

Beliau pernah bertatap muka dengan salah seorang manajer perusahaan besar di Indonesia, dia mengatakan, ketika Anda berhenti "menjual" atau mengiklankan perusahaan Anda maka di titik itulah keruntuhan perusahaan Anda.

Berikan inspirasi kepada orang lain dengan tulisan-tulisan Anda, sampai satu titik Anda akan merasakan manfaatnya berbalik kepada Anda sendiri. "Daya Jual" yang tinggi misalnya untuk menarik minat orang untuk membaca maka Anda bisa memanfaatkan statistik di blog Anda. Berdasarkan pengalaman beliau, tulisan-tulisan berbau politik dan kebijakan, tulisan yang mengkritisi pengambil kebijakan, tulisan yang berhubungan dengan kebijakan terbaru akan cenderung meningkatkan "nilai" Anda, baik viewernya (dolarnya) maupun impact (dampak) dari tulisan tersebut.

Dengan pengalaman beliau berkunjung dan belajar ke beberapa negara seperti USA, Korea dan India, beliau bisa menulis dan menginspirasi orang banyak. Untuk memenuhi tuntutan siswa abad 21 kegiatan menulis harus dibiasakan dan diintegrasikan di dalam kelas melalui "tools" yang bernama mata pelajaran.
Beliau juga tidak tahu tulisan yang mana dan di mana, karena tulisan beliau terserak di multiply, geocities, pendidikan-kaltim.org, wordpress, friendster (waktu belum gulung tikar), Facebook, dll. Waktu itu beliau tidak sadar dengan mengupload berbagai kegiatan beliau dan ide-ide dalam bentuk tulisan, beliau telah "menjual" diri ke "publik".

Mungkin keterlibatan beliau dalam pelatihan guru di berbagai tempat yang dituangkan dalam bentuk tulisan mengenai Indonesia Digital Learning sejak tahun 2012 juga menginspirasi pembaca. Saya pikir, tulisan Pak Fathur sangat menarik sehingga banyak yang berkunjung ke blognya. Maka otomatis akan memengaruhi statistik dan akan sering muncul di mesin pencarian Google. Beliau menambahkan, berkunjung ke luar negeri ini merupakan pengalaman paling berharga baginya, di sinilah titik beliau mulai berpikir untuk mengubah cara mengajar karena tuntutannya sudah berbeda.

Lanjutnya, ketika kegiatan "menulis" sudah menjadi karakter, dengan sendirinya hal itu akan membudaya. PR-nya sekarang, bagaimana siswa-siswa juga ikut tertular virus "menulis" ini.

Menurut beliau, menulis itu ada dua macam, menulis dengan menggunakan media dan menulis langsung di pikiran pendengar seperti kegiatan menulis yang kita lakukan sekarang, tetapi medianya adalah pikiran orang. Tentu tidak harus berbentuk tulisan, tetapi dapat berbentuk audio, yang mungkin bisa kita sebut "Public Speaking".

Saat guru berada di depan kelas, bercerita dan memberikan inspirasi secara lisan, itupun bagi beliau pribadi adalah sebuah bentuk tulisan yang jika disampaikan dengan cara-cara tepat akan "menghunjam" di benak dan pikiran siswa-siswi kita.

Kembali ke masalah standar ini, jika siswa dituntut seperti ini, bagaimana dengan gurunya? Dalam standar ini siswa dituntut menjadi seorang "Global Collaborator". Nah, bagaimana mungkin seorang siswa bisa menjadi seorang Global Collaborator jika gurunya tidak pernah melakukan kolaborasi?


Pengalaman berharga selanjutnya adalah mengenai budaya disiplin yang tinggi yang mereka miliki ternyata ditempa dari kecil dan juga ditempa oleh kondisi geografis (alam). Negara-negara seperti USA, Korea, Jepang dan sebagian India adalah negara dengan 4 musim. Kondisi alam yang mereka hadapi membuat mereka semakin tangguh. Karena untuk bisa menumbuhkan padi saja suatu hal yang sulit, tidak semudah Indonesia yang tongkat dan kayu jika dilempar bisa jadi tanaman.
Ketika beliau berkesempatan berkunjung ke Singapura di Markas Google APAC, beliau sempat bertanya kepada salah seorang manajernya, "Bagaimana Anda bisa bergabung di Google? Apakah Anda alumni Harvard dengan IPK Suma Cumloude?"

Lalu apa jawabannya? Ternyata sudah sejak 2013, Google menerapkan kebijakan dalam rekrutmen karyawan dan hal ini juga diikuti banyak perusahaan besar di dunia. Apa kebijakan itu? Mereka mencari orang yang memiliki kompetensi, public speaking-nya bagus, CT-nya bagus dan mampu bekerja baik dalam tim, maupun bekerja secara individual.


Ternyata ijazah sudah tidak menjadi persyaratan utama apalagi IPK. Kemampuan bekerja sebagai tim inilah yang dimaksud sebagai kolaborasi. Dan kolaborasi ini harus "dibiasakan" agar menjadi karakter dan budaya pada diri siswa.

Jika mengacu pada ISTE student standard maka kolaborasi yang dimaksud adalah kolaborasi global antarnegara karena hampir sudah tidak ada sekat antarnegara. Salah satu modalnya adalah literasi dan public speaking yang bagus.

Lalu, penanaman kolaborsi dalam skala kecil, misal di kelas, aplikasinya yang paling sederhana adalah diskusi kelompok dengan meberikan peran terhadap masing-masing siswa, serta model-model pembelajaran lainnya.

Dari beberapa negara yang pernah dikunjunginya yang lebih berkesan adalah Negeri Paman SAM (USA) karena berkunjung "sendiri", sesangkan ke beberapa negara lainnya ada teman bareng untuk diskusi, bertanya, dsb. Di Amerika beliau mengaku harus "PEDE", "BERANI", "NEKAT" karena jika tidak seperti itu maka tidak bisa makan dan mudah tersesat di jalan.

Pesan terakhir beliau adalah, "Juallah" diri Anda sepantasnya melalui tulisan-tulisan Anda (tercetak/lisan), melalui kegiatan-kegiatan berbagi Anda karena "Anda belum/dan tidak akan pernah menjadi orang 'besar' sebelum Anda menjadi guru. Cara terbaik belajar adalah dengan mengajarkannya, baik lewat tulisan, perbuatan, maupun lisan Anda.
Semoga menginspirasi.

=============
Karena begitu inspiratif, saya penasaran dengan beliau, saya pun mencari tulisan beliau menggunakan mesin pencarian di Google. Lalu saya menemukan cerita beliau versi lengkapnya, bisa diintip di http://www.fathur.web.id/2015/10/intel-visionaries-educator-2015-in-usa.html?m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar