Sabtu, 08 Februari 2020

KARAKTERISASI DALAM PENULISAN



Hari ke-22, 6 Januari 2020
Workshop Menulis Bersama Om Jay
Narasumber: Budiman Hakim
Disusun oleh: Rosiana Febriyanti
==================



Sebelumnya, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Om Jay yang telah menyampaikan bonus materi dari Om Bud kepada para peserta workshop. Materi ini sangat menarik dan dibutuhkan bagi penulis pemula seperti saya.

Baiklah, sekarang mari kita simak materi KARAKTERISASI yang bersumber dari Om Bud dan disampaikan ulang oleh Om Jay.


Ada video yang menampilkan pengemis tua yang tunanetra. Semula sedikit orang yang memberinya uang. Akan tetapi, setelah ada wanita yang mengubah tulisan yang di kardus di samping pengemis itu, banyak yang memberinya uang.

Apa kalimat yang ditulis wanita itu? Tulisannya berbunyi, "Ini hari yang cerah, saya tidak bisa melihatnya". Bagi orang yang hidup di empat musim, hari yang cerah sangat langka. Jadi mereka tersentuh dengan kalimat tersebut. Kalimat yang ditulis wanita itu sanggup menggerakkan orang-orang mengulurkan tangannya untuk membantu pengemis tunanetra

Karakterisasi sangat penting karena kita tak mau membuat tokoh-tokoh generik seperti yang suka dihadirkan dalam sinetron. Penokohan itu haruslah diberi karakterisasi yang spesifik supaya pembaca mampu menempatkan diri di benak pembaca. Tulisan yang bagus adalah yang menggugah emosi (dalam konteks positif tentunya). Dan itu berlaku pada semua karya, apakah itu novel, film, teater, musik dll.


Dalam hidup ini berapa kali kita ketawa? Berapa kali kita menangis? Berapa kali kita terharu saat hati kita tergugah oleh sesuatu. Tentunya sering, mengapa semua perubahan emosi tersebut tidak kita tulis? Logikanya, jika tergugah oleh suatu peristiwa, orang pasti tergugah juga mendengar cerita kita.


Berikut rumus 3P yang ampuh bagi penulis pemula.
1. PENGALAMAN:
P yang pertama adalah 'pengalaman', yaitu segala peristiwa yang menggugah hati dan kita alami sendiri.


Om Bud memliki folder khusus di laptop yang diberi judul "gudang ide“. Isinya adalah pengalaman beliau yang menggugah hati. Semuanya beliau kumpulkan dalam folder itu.


Pengalaman itu tidak perlu berupa kejadian besar. Kejadian sehari-hari pun bisa jadi menarik kalau kita sedikit lebih peka. Misalnya: Kepala Anda kejatuhan cicak padahal Anda jijik bukan main sama binatang itu. Anda terkejut dan panik karena Anda bukan cuma jijik, melainkan juga phobia pada binatang itu. Banyak juga kan yang phobia pada cicak? Sementara isteri Anda menjerit, terkejut karena menyangka Anda menjerit karena sedang dilanda kesakitan hebat.


Tuliskan peristiwa itu. Anda sudah memperoleh bahan untuk diceritakan. Di taraf ini kita telah mendapatkan suatu level yang sering disebut dengan BUILDING SITUATION.


2. PENGAMATAN:
P yang kedua adalah pengamatan. Yaitu segala hal yang menggugah hati tapi tidak Anda alami sendiri. Bisa saja Anda menemukan hal itu di film, buku, internet atau dari cerita orang lain.


Mungkin kita sering menerima email atau WA dari temen yang isinya seru. Ada yang berupa cerita haru, humor, plesetan, dan lain-lain. Nah, saat membaca cerita yang menggugah hati biasanya beliau menyalin tempel lalu mengumpulkan cerita itu di folder tadi.


Misalnya, ketika Anda kejatuhan cicak, pembantu Anda mulai menghubungkannya dengan takhayul.
Pembantu Anda mengatakan bahwa kejatuhan cicak adalah pertanda akan ada musibah menimpa keluarga Anda. Setiap jam Anda menelepon isteri ke rumah, "Kamu baik-baik saja, kan? Anak-anak di mana? Mereka juga baik-baik saja, kan?"


Gara-gara cerita takhyul itu hidup Anda menjadi tidak tenang. Sebetulnya kita tidak percaya pada takhayul, tetapi ketika itu berhubungan dengan orang yang kita cintai sering kali kita menjadi benar-benar khawatir. Khawatir kalau isteri atau anak kita akan mendapatkan musibah.


Kalau kebetulan Anda mempunyai kisah lain seputar cicak maka itu bisa digunakan untuk memperkaya tulisan kita. Misalnya, ada anak tetangga yang sering makan cicak untuk menyembuhkan penyakit kulit yang dideritanya.


Karena kesulitan mendapatkan cicak, ayah anak itu mengumumkan bahwa dia bersedia membeli cicak pada siapa pun yang hendak menjualnya.
Akibatnya anak-anak di seputar kampung tersebut ramai-ramai berburu cicak untuk dijual pada si sakit.
Situasinya menjadi tambah menarik, kan? Tulis dan gabungkan dengan hasil tulisan dari PENGALAMAN di atas.


3. PENGEMASAN:
P yang ketiga adalah pengemasan. Yaitu bagaimana kita membungkus tulisan kita agar jadi lebih menarik. Di bagian pengemasan ini, kita tidak terpaku pada fakta karena ini cuma bumbu penyedap. Berilah bumbu agar cerita Anda lebih dramatis.


Misalnya, ketika Anda kejatuhan cicak Anda mengalami kesulitan untuk mengusirnya dari kepala karena Anda memakai jel rambut yang daya rekatnya kuat sekali. Coba lihat? Makin seru, kan? Isteri Anda berusaha membantu dengan menepuk-nepuk kepala Anda.
Karena dia juga jijik pada cicak, usahanya tidak berhasil. Binatang itu ga copot-copot juga dari rambut Anda. Saking panik, isteri Anda mengambil sapu dan menyabet kepala Anda dengan keras. PLAK!

Nguing... Nguing....Nguing...Nguing....
Terdengar suara ambulans menuju rumah sakit. Rupanya Anda mengalami gegar otak karena dihantam sapu oleh isteri sendiri.


Ini yang dinamakan pengemasan. Bisa juga Anda menyelipkan lelucon di sana-sini seputar cicak atau apapun yang relevan. Untuk memaksa orang agar terus membaca tulisan kita hingga tamat, tambahkan cerpenting, kutipan, jokes atau menggunakan keywords yang relevan supaya penyajiannya lebih segar.


“Sejuta topan badai, cacing kerriiiing!! Kebo Jigongan!!!!”
Ini adalah contoh keywords yang Kapten Haddock sering gunakan dalam komik Tin Tin. Proses berlatih menulis seperti inilah biasanya yang saya lakukan di dalam Blog. Apapun yang menggugah hati, beliau tuliskan dan kemas supaya ceritanya jadi lebih dramatis.


Komentar teman-teman di blog merupakan masukan berharga. Karena saya jadi punya kesempatan untuk memperkaya sekaligus memperbaiki tulisan saya berdasarkan komentar tersebut. Misalnya ada temen ngasih komen, “Gue juga pernah punya pengalaman kocak seputar cicak…”


Kalau ada cerita temen yang menarik, beliau biasanya minta izin kepada temannya menggunakan cerita tersebut untuk melengkapi tulisan beliau. Intinya semua peluang yang berpotensi untuk membuat tulisan kita lebih sempurna jangan disia-siakan.


Beliau menambahkan, kalau kita sudah mempunyai cerita untuk dituliskan,
Sebelum mulai menulis, cobalah membentuk karakter masing-masing tokoh. KARAKTER adalah faktor yang SANGAT PENTING dalam penulisan.


Sebetulnya apakah karakter itu? Ada yang berkata karakter itu tokoh, sifat, tokoh kartun, dan masih banyak lagi. Karakter itu sebetulnya adalah ciri pembeda antara sesuatu dengan yang lainnya. Jadi, karakter bisa aja tokoh, bisa aja berupa tempat, misalnya ada yang bilang, "Saya suka Bali karena Bali karakter budayanya kuat.


KARAKTERISASI
Beliau memiliki teman yang bernama Fauzi. Nama panggilannya Bontot karena dia memang anak bungsu. Dia penggemar berat Elvis Presley. Sehari-hari Bontot sering mengenakan pakaian seperti Elvis. Beliau suka ketemu dia di Teebox Kafe di Jalan Wijaya, Kebayoran Baru. Di sana dia sering minta izin pada home band di sana untuk menyumbang lagu. Tentu saja dia selalu menyanyikan lagu-lagunya Elvis. Kalau sudah di atas panggung dia bisa bernyanyi dan menari bak Elvis sampai kafe tutup.


Begitu kagumnya dia pada karakter Elvis sehingga dia cenderung meninggalkan karakter pribadi dan meminjam karakter idolanya. Tanpa disadari dia merasa lebih nyaman menjadi Elvis imitasi daripada menjadi dirinya sendiri. Parah, ya, kenapa itu bisa terjadi? Karena menjadi Elvis membuat dia merasa jadi bintang? Karena merasa diperhatikan dan merasa jadi center of the universe. Itu yang menyebabkan dia lebih nyaman memakai karakter Elvis dibandingkan menggunakan karakternya sendiri.


Betapa pentingnya karakterisasi yang mungkin tidak semua orang menyadarinya. Banyak orang yang sengaja mengenakan pakaian hitam terus menerus. Ada juga yang mengenakan seragam tentara setiap hari, ada pula yang 24 jam memakai baret tanpa henti tanpa mempedulikan risiko rambut rontok. Mengapa mereka melakukan semua itu? Ternyata tujuannya satu. Mereka ingin membangun karakter. Mereka ingin terlihat unik di mata dunia.


Mengapa Dedy Corbuzier dulu sering berdandan serba hitam, alis besar dan berkepala botak? Ya! Dia juga ingin menciptakan karakter yang unik. Konon setiap hari dia harus mengerik kepalanya agar identitasnya tetap terjaga. Dengan atribut seperti itu dia mempunyai keyakinan bahwa penampilannya akan menjadi outstanding dibandingkan tokoh lainnya.


Limbad, pesulap alumni The New Master malah sampai rela tidak berbicara di depan publik. Gila ya? Orang rela menyiksa diri seperti itu hanya untuk menemukan DIFERENSIASI dan memiliki identitas unik. Apapun siap dilakukan untuk pembentukan sebuah karakter yang mengundang perhatian khalayak. Itu sebabnya orang suka menyebut seniman itu aneh, padahal tidak aneh. Kebanyakan, anehnya memang sengaja dibuat demi mencuri perhatian.


Coba liat Sudjiwo Tedjo. Pakaiannya aneh, jas dipadukan dengan sarung dan kepalanya memakai topi koboy. Kadang ke mana-mana bawa saxophone. Point-nya adalah kalau di dunia nyata saja seperti itu, berarti begitu jugalah yang terjadi dalam penulisan.


Karakterisasi adalah faktor yang sangat sangat penting dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Pembentukan karakter pada sebuah tokoh akan membuat cerita kita menjadi menarik.


Cobalah perhatikan komik Tin Tin. Kita dengan mudah bisa menjabarkan masing-masing karakter di dalam komik tersebut. Semuanya mempunyai karakter sendiri-sendiri dan karakternya semua kuat.


Tintin, seorang wartawan berjambul yang baik hati, pintar, pemberani dan suka petualangan. Kapten Haddock, seorang mantan pelaut yang selalu meledak-ledak, pemarah, sembrono dan   peminum wiski. Profesor Calculus yang jenius, linglung dan kurang pendengaran. Si kembar detektif Thompson dan Thomson yang bodohnya minta ampun. Bahkan, untuk Snowy pun karakternya dipikirkan sungguh-sungguh, seekor anjing terrier putih, lucu dan cerdas. Semua tokoh tersebut karakternya kuat sekali dan sulit untuk dilupakan. Jadi, bisa dibayangkan bagaimana pentingnya membangun sebuah karakter dalam sebuah penulisan.


Kita perlu memikirkan bagaimana membangun tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Jangan lupa, semua tokoh bawahan/pendukung juga perlu diberi karakterisasi. Karakter yang kuat akan membuat tokohnya melekat kuat di otak para pembaca.


Begitu pentingnya karakterisasi sampai-sampai di Hollywood ada jabatan yang namanya Character Director. Tugasnya adalah MENGEMBANGKAN sebuah karakter tokoh tapi sekaligus menjaga agar KARAKTER DASARNYA TIDAK HILANG.


Satu orang tokoh disupervisi oleh seorang character director. Kebutuhan character director ini biasanya ini diperlukan untuk film-film seri yang episodenya banyak. Misalnya kayak sitcom Friends, Golden Girls, Cheers dll.


Kalau karakternya tidak berkembang maka film tersebut akan membosankan jadinya. Coba perhatikan sitkom-sitkom tersebut di Youtube. Dengan mudah kita akan mengenal masing-masing tokoh dengan kekhasan karakternya.


Pada episode yang ke sekian KARAKTER mereka akan BERKEMBANG tapi hebatnya dia TIDAK BERUBAH DARI KARAKTER DASARNYA. Secara karakter mereka berkembang,  tetapi tidak berubah menjadi orang lain. Dia tetap menjadi karakter yang sama.


Salah satu orang Indonesia yang jago soal menciptakan karakter adalah Pak Teguh pendiri Srimulat. Nama aslinya Kho Tjien Tiong yang lalu berganti nama dengan Teguh Slamet Rahardjo. Beliau menggerakkan tokoh-tokohnya untuk menghidupkan cerita. Ada Tokoh Gepeng, Tessy, Johny Gudel, Jujuk, Tarzan, Paul, Gogon, Asmuni, Bambang Gentolet, Triman, Basuki dan masih banyak lagi. Mereka semua mempunyai karakternya sendiri-sendiri yang unik. Believe it or not, semua karakter tersebut diciptakan oleh Pak Teguh.


Itu sebabnya ketika Pak Teguh meninggal, srimulat langsung kocar-kacir seperti sekumpulan bebek tak bertuan. Jadi jika kita ingin menulis sebuah cerita, pastikan kita memberi karakter yang menonjol pada masing-masing tokoh. Perkuatlah karakter tokoh-tokoh utama dalam cerita kita.

Misalnya Si A orangnya serius, Si B kekanak-kanakkan, Si C orangnya bolot. Si D orangnya doyan makan. Terserah!

Karakterisasi akan membuat si tokoh menjadi sangat menarik. Karakter yang kuat akan membuat orang dengan mudah mengingat semua tokoh-tokoh penting dalam cerita kita. Kita bisa menciptakan 2 karakter yang tali perhubungannya lebih menyentuh hati.

Misalnya, dengan menghadirkan tokoh kakek dan anak kecil. Biasanya persahabatan antara kakek dan cucu selalu mengharukan. Beliau sering terharu melihat hubungan Jokowi dan Jan Ethes.


Karakter dapat diperkuat dengan cara menambahkan atribut seperti pakaian yang unik, dialek, gagap, suara cegukan atau kebiasaan unik. Terserah, sepanjang membuat karakter si tokoh menjadi lebih bagus. Seorang teman beliau mendapat tugas untuk membuat iklan radio. Nah, ini pasti merepotkan karena iklan radio, sedangkan dia hanya punya modal audio saja. Bagaimana temennya menyiasati supaya karakternya kuat? Dengan cerdas dia menulis script berupa percakapan antara kakek dan cucu.


Ketiadaan sarana video, rupanya tidak membuat para copywriter kehilangan akal dalam menghadirkan karakter. Salah seorang copywriter menghadir kan tokoh banci. Tentu saja cara bicara banci sangat kuat karakternya, sehingga walaupun hanya audio, pendengar bisa langsung mengerti siapa tokoh yang ada di dalam script. Sebenarnya, banyak juga orang yang menghadirkan tokoh banci karena cara berbicaranya selalu unik dan heboh.


Misalnya tokoh banci di film Catatan Si Boy. Semua orang yang pernah menonton film itu pastinya masih ingat dengan EMON, tokoh banci tersebut yang diperankan dengan sangat baik oleh Didi Petet.

Akan tetapi, menghadirkan tokoh hanya mengandalkan audio tentu saja membutuhkan usaha yang lebih besar. Ketika kita hanya memiliki modal audio, jangan pernah menyerah. Ada banyak cara yang bisa dipakai kalau kita jeli. Sekali lagi, kalau kita mau berpikir sedikit, selalu ada solusi pada setiap problem. Tuhan selalu menghadirkan problem dan solusi datang berpasangan. Begitu juga berkah dan bencana. Fa inna ma'al 'usri yusro.


Walau hanya bermodalkan audio, kita bisa juga menghadirkan tokoh dengan karakter kuat. Misalnya, dengan menghadirkan tokoh yang selalu cegukan. Atau Anda memiliki ide lain? Banyak yang bisa digali. Meskipun itu iklan radio, tentu scriptnya harus ditulis dulu. Artinya, pekerjaan apapun yang kita lakukan ujung-ujungnya ternyata itu juga diawali oleh teknik-teknik penulisan dulu. Hal yang sama juga terjadi pada film. Semua berawal dari skenario yang nota bene adalah sebuah penulisan.

Jadi, bisa dipahami betapa pentingnya ilmu tentang penulisan. Ketika kita masuk ke bidang penulisan, kita juga akan memahami betapa pentingnya membangun karakter pada setiap tokoh.

2 komentar: