Edi Arham adalah penerima satya lencana dari Presiden Jokowi tahun 2019 di HUT PGRI. Beliau bertugas di daerah terpencil. Jaraknya 68 km dari ibukota kabupaten. Saat ini tinggal 28 km yang berstatus jalan tanah, yang ketika musim hujan berlumpur dan saat musim kemarau berdebu.
Beliau menceritakan, saat itu yang lolos lomba guru ada 11 orang untuk 8 sekolah yang ada di kecamatan terpencil itu. Saat ini yang bertahan tinggal tiga orang guru saja karena 8 orang guru sudah meminta mutasi ke kota termasuk guru-guru yang diangkat PNS setelah beliau.
Edi Arham sebenarnya bukan asli dari daerah tempatnya bertugas, tetapi saat ada seleksi untuk menjadi guru terpencil 2008 beliau tertarik untuk mengikutinya. Beliau tertarik karena memang diperuntukkan untuk sekolah-sekolah daerah terpencil di kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Di tempat itu semula tidak ada jaringan listrik dan baru beberapa minggu lalu mendapat bantuan internet pedesaan atau orang menyebutnya internet satelit bagi daerah terpencil yang berasal dari kementerian Kominfo. Sebagai penerang pada saat malam tiba biasanya digunakan pelita atau lampu minyak, atau kadang bisa menggunakan lampu yang energinya berasal dari accu motor. Baru-baru ini juga daerah itu mendapat bantuan lampu tenaga surya dari panel kecil.
Untuk mencapai sekolah beliau harus menempuh jarak sekitar 143 km dari rumah. Rumah beliau terletak di kabupaten lain. Beliau ke sekolah pada hari Senin subuh dan biasanya pulang pada hari Jumat setiap minggunya. Bayangkan, beliau harus meninggalkan keluarga selama 4 sampai 5 hari setiap minggunya.
Sekarang beliau ingin sedikit berbagi pengalaman tentang keberuntungan (bejo) yang didapatnya selama tiga tahun terakhir. Keberuntungan yang bisa mengantarnya ke ibukota negara dan beberapa kota lain di Indonesia, bahkan bisa sampai pula ke negeri Belanda.
Saat ini beliau masih menjabat PNS masih IIIa, padahal sudah hampir 12 tahun mengabdi. Itu karena beliau masuk PNS menggunakan ijazah diploma II. Status sarjananya saat mendaftar PNS tahun 2008 tidak berpengaruh karena tidak sesuai jurusan guru yaitu sarjana perikanan.
Bejo pertama itu terjadi di awal tahun 2017 beliau beruntung mengenal Facebook dan mendapat konfirmasi pertemanan dari guru-guru di berbagai daerah di Indonesia. Dari mereka, beliau mendapat solusi atas permasalahan tunjangan daerah terpencil yang dihadapi oleh guru-guru terpencil di daerah, bahkan seluruh guru-guru terpencil di daerah lain di Indonesia. Teman-teman mengarahkan beliau untuk menulis permasalahan tersebut kemudian mengirimnya ke web Kesharlindung Dikdas. Saat itu pula beliau mengetahui bahwa Kemdikbud memiliki program-program unggulan di kesharlindung dikdas, program yang melibatkan guru secara terbuka.
Sebenarnya sejak terangkat 2008 sebagai guru hingga awal 2017, beliau termasuk juga guru yang tidak banyak ambil pusing dengan urusan pengembangan kompetensi diri, selain mengajar secara monoton. Artinya, beliau termasuk guru yang senang pada zona nyaman. Hingga akhirnya tibalah keberuntungan pertama.
Pertama, setiap niat baik kita tentu akan dibalas dengan kebaikan pula oleh Allah. Berbekal semangat dan keprihatinan terhadap diri dan teman-teman sesama guru terpencil beliau mencoba menulis sebuah artikel yang berisi nasib guru-guru terpencil akibat adanya regulasi baru. Beruntung, tulisannya yang berjudul “ Selamatkan Nasib Guru Terpencil, Ironi kebijakan Tiga Kementerian” lolos dalam kegiatan tersebut dan ikut terpanggil sebagai peserta seminar nasional guru berprestasi tahun 2017 di Jakarta.
Kedua, saat kita dekat dengan orang-orang baik maka mereka akan selalu menunukkan jalan kebaikan kepada kita. Ketiga, kita tidak akan pernah berhasil tanpa mau mencoba, ini untuk proses belajar menulis. tulislah apa yang kita benar-benar rasakan tanpa ada rekayasa sehingga tulisan kita akan membawa berkah juga bagi kita. Keempat, saat mulai mencoba menulis, jangan pernah malu untuk bertanya kepada orang yang kita nilai lebih berpengalaman dalam menulis. jangan pernah merasa harga diri kita akan jatuh bila belajar dari orang lain.
Adapun bejo kedua terjadi pada saat beliau mengikuti kegiatan seminar guru berprestasi Kesharlindung. Pada ajang itu beliau beruntung bisa mengenal guru-guru hebat dari seluruh Indonesia. Beliau beruntung bisa mendapat informasi tentang ajang-ajang peningkatan kompetensi guru termasuk berbagai lomba tingkat nasional
Beberapa saat setelah kegiatan seminar, ajang di P4TK itu dibuka dan beliau mencoba mengirim artikel rencana pengembangan salah satu media pembelajaran. Rencana pengembangan media pembelajaran yang beliau beri nama Ma Kokar (halma koordinat kartesius) lolos dalam seleksi itu. Beliau terpanggil untuk mengikuti kegiatan yang dibagi dalam tiga tahapan yaitu in1 on dan in2.
Beberapa poin penting yang beliau ambil dari bejo kedua ini di antaranya: pertama, sebagai seorang guru idealnya senang berbagi ilmu dan pengalaman dengan guru lainnya. Hal itu terlihat dari guru-guru yang beliau temui di kegiatan tersebut. Mereka dengan senang hati memberikan pemahaman kepadanya atas setiap pertanyaan yang beliau sampaikan.
Kesempatan pelatihan tersebut beliau gunakan dengan baik. Tak lupa juga menyedot informasi, ilmu dan pengalaman dari guru-guru peserta lain. Dari ajang itu beliau diperkenalkan oleh guru-guru lain tentang kegiatan PKB 2in1 yang digelar P4TK Matematika. Beliau beruntung mendapat petunjuk dan dukungan teman untuk mencoba seleksi ajang tersebut. Syaratnya harus mengirim rencana produk pengembangan media pembelajaran.
Poin penting kedua, tidak ada satupun guru peserta yang merasa bahwa dirinya memiliki ilmu dan pengalaman lebih dari yang lainnya. Padahal, dengan nyata beliau melihat mereka memiliki banyak kelebihan. Mereka selalu bersikap merendah dan tidak menggurui. Ketiga, lahirnya perasaan bahwa ilmu dan pengalaman yang kita miliki saat ini tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan ilmu dan pengalaman yang belum kita miliki. Perasaan ini mendorong kita untuk selalu banyak belajar, tidak cepat puas atas pencapaian kita.
Bejo ketiga, beliau beruntung bisa ikut kegiatan PKB 2in1 di Jogja karena dari kegiatan itu beliau mendapat banyak pengetahuan dari para widyaiswara P4TK Matematika Yogyakarta. Dalam kegiatan itu pula beberapa widyaiswara mengajak guru-guru peserta untuk mengikuti ajang Olimpiade nasional inovasi pembelajaran matematika ONIP Matematika. Bejo keempat, ternyata kota Yogyakarta itu indah dengan segala keindahannya dan warga-warganya itu sangat baik.
Berbebekal pengetahuan dan pengalaman dari teman-teman guru dan widyaiswara beliau mencoba mengikuti seleksi ajang ONIP Matematika pada akhir tahun 2017 dengan karya inovasinya yang bernama Algamusi balistik (alat peraga multi fungsi bahan limbah plastik" dan lolos sebagai finalis dalam ajang tersebut.
Bejo kelima, saat mengikuti seleksi ajang guru berprestasi dan berdedikasi di daerah khusus tingkat nasional, beliau beruntung menjadi juara kedua. Dalam ajang guru berdedikasi dan berprestasi itu beliau menyampaikan kondisi nyata daerah tempat tugas saya serta apa saja yang telah beliau lakukan untuk memberi motivasi kepada teman-teman guru yang menjadi peserta di ajang itu.
Beliau menyampaikan bahwa keterbatasan fasilitas jangan mengkerdilkan usaha kita tetapi justru harus menjadi cambuk untuk lolos dari keterbatasan itu. Pertama, keterbatasan dan kekurangan kita di daerah terpencil tidak boleh membatasi kreatifitas kita. Bagi teman-teman yang ingin mengikuti ajang ini, tunjukkan inovasi-inovasi kita yang merupakan solusi dari keterbatasan yang kita hadapi. Jangan hanya menonjolkan kesulitan-kesulitan akses dan fasilitas karena pada dasarnya peserta-peserta yang mengikuti ajang ini adalah guru-guru yang memang berasal dari daerah-daerah terpencil yang kondisinya sama-sama sulit.
Sejumlah media dan strategi pembelajaran yang telah beliau lakukan tersampaikan pada ajang tersebut dan ternyata cukup menginspirasi teman-teman guru terpencil lainnya. Prinsip yang beliau tanamkan kepada mereka adalah menjadi guru daerah tertinggal jangan mau ketinggalan, menjadi guru daerah terbelakang tapi jangan mau di belakang, dan guru daerah terpencil tapi jangan mau dikucilkan. Dalam memilih produk media, model, strategi atau produk pembelajaran lainnya, hendaknya menyesuaikan tema dan perkembangan isu pendidikan yang trend saat itu.
Bejo keenam terjadi saat menjadi juara 1 lomba inovasi pembelajaran (inobel) Kemdikbud tahun 2019. Selain mengikuti kegiatan lomba, berbagai kegiatan seminar dan pelatihan sempat beliau ikuti dan pernah menjadi pemakalah terbaik dalam seminar guru berprestasi kesharlindung. Saat itu beliau beruntung karena memilih media pembelajaran berbasis kearifan lokal yang sangat mudah dibuat dan digunakan. Namanya media pembelajaran Robam (Rotan bambu).
Poin penting yang ingin beliau sampaikan bahwa benda-benda yang ada di sekitar kita pada prinsipnya bisa dijadikan sebagai media dan alat pembelajaran. Kedua, lagi-lagi jangan malu bertanya pada orang-orang yang telah pernah mengikuti ajang inobel ini, terlebih bagi teman-teman guru yang baru pertamakali mengikuti seperti beliau saat itu.
Ketiga, berusaha mendapatkan info termasuk naskah-naskah karya tulis yang lolos tahun sebelumnya, utamanya yang lolos hingga tahap finalis. Ini memang berat karena tidak semua juga teman-teman guru mau berbagi. Alasannya tepat karena mereka ingin mempublikasikan dulu dalam bentuk buku atau jurnal.
Keempat, dalam pengembangan ide, kita jangan cepat puas dengan ide pertama kita, tetapi cobalah untuk selalu berpikir bagaiman ide kita itu dikembangkan untuk menjadi ide yang akan kita ikutkan lomba.
Bila karya-karya tersebut dikembangkan lagi maka beliau yakin, Mega Sigra (Media Peraga Simulasi gerhana) ini tidak akan beruntung menjadi pemenang karena belajar dari pengalaman inobel pertama beliau itu, karya-karya teman yang lain juga luar biasa, hanya saja sebenarnya masih bisa dikembangkan lagi sehingga menjadi karya yang lebih luar biasa.
Misal, saat anak sulit mengenal konsep skala beliau berusaha menciptakan pembelajaran yang membantu anak memahami konsep skala dengan cara menggunakan hp android beliau.
Akan tetapi dalam tatap mode offline, dengan cara memotret benda-benda dari atas kemudian meminta siswa mengukurnya, baik itu area yang difoto (kamera) maupun yang ada di foto android.
Menurut pengalaman beliau, ide itu biasa hadir saat beliau melihat benda-benda baru yang menarik. Ini khusus untuk media pembelajaran. Ada beberapa memang yang sederhana lahir dari permasalahan saat pembelajaran. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat media pembelajaran yang dibuat bervariasi, dari yang gratis hingga yang paling mahal sekitar 300 ribu, khusus untuk lomba. Karena jarak yang jauh serta bahan-bahan penunjang yang sulit diperoleh maka beliau biasanya membawanya dari rumah, seperti kertas dan bahan-bahan yang harus dibeli di kota.
Motivasinya yaitu bagaimana anak bisa lebih mudah memahami materi yang kita sampaikan. Sebelum mengikuti aneka kegiatan, ada beberapa media juga sudah saya kembangkan, walaupun masih sederhana. Yang paling berkesan yaitu saat menjadi pemulung botol air minum mineral, media algamusi balistik.
Tantangan paling berat selama bertugas yaitu dari menghadapi kondisi sosial ekonomi masyarakat. Hampir semua warga berpenghasilan rendah sehingga terkadang melibatkan anak-anak mereka mencari nafkah. Para siswa terkadang meninggalkan sekolah karena mengikuti orang tuanya masuk hutan mencari rotan, kayu, dan madu.
Teman-teman guru di sekolah biasanya beliau libatkan dalam proses pembuatan media pembelajaran dan penilaian dan evaluasi karya beliau. Mereka sering beliau jadikan sebagai mitra yang menggunakan produknya sambil memberikan pemahaman kepada teman-teman guru yang masih berstatus honorer yang memang warga setempat. Dampaknya memang kurang maksimal karena pola pikir masyarakat yang masih sering mementingkan kepentingan ekonomi mereka yang terbatas.
Sangat ironis, tetapi hal-hal seperti itu tidak membuat mereka patah semangat melakukan pendekatan melalui teman-teman guru yang mempunyai hubungan secara garis keluarga dengan orang tua siswa. Sebagai contoh, dalam program PIP, tidak semua siswa mendapat bantuan sehingga yang tidak mendapat bantuan melakukan protes dengan cara menyuruh anaknya tidak usah bersekolah. Orang tua siswa diberikan pemahaman oleh beliau dan teman-teman guru yang masih ada hubungan keluarga.
Beliau mendapat apresiasi yang baik dati sekolah sejak 2017, saat ikut kegiatan nasional dan kepala sekolahnya sudah berganti tiga kali.
Pada dasarnya sekolah mendukung, terutama dalam pemberian izin.
Terakhir, beliau berpesan jangan pernah merasa cukup dengan ilmu, pengetahuan dan pengalaman yang kita capai saat ini, karena ilmu, pengetahuan dan pengalaman yang belum kita ketahui jumlahnya masih jauh lebih banyak. Sering-seringlah bersedekah ilmu dan pengalaman karena hal itu justru akan menambah ilmu dan pengalaman kita.
Sungguh luar biasa pengabdiannya dan membuat kita belajar dari guru terpencil
BalasHapusBetul, Om Jay.
BalasHapusLuar biasa terinspirasi
BalasHapus