"Saat ada orang yang bersikap buruk dan saya punya kesempatan untuk membalas, bahkan bisa saja mendoakannya yang buruk, saya memilih untuk bersabar, "ujar seorang sahabat. Inilah yang disebut sebagai kesadaran diri.
Kesadaran diri adalah kemampuan untuk berpikir tentang proses berpikir diri Anda sendiri. Kesadaran diri memungkinkan kita untuk memisahkan diri sendiri dan memeriksa cara pandang terhadap diri sendiri.
Di dalam kesadaran diri, kita bebas memilih, mau menjadi seorang yang pemaaf dan penyabar atau menjadi pendendam dan pemarah. Apakah kita sadar sepenuhnya bahwa hidup ini terlalu singkat jika diisi dengan rencana pembalasan dendam? Saya memilih untuk mendamaikan hati ini. Bagaimana dengan Anda?
Ya, sadar bahwa hidup ini tidak baik-baik saja. Ada hal-hal yang menuntut kedewasaan kita. Kita bisa bertindak sesuai suara hati dan kesadaran diri. Mana yang memenangkan hati kita?
Masa depan kita dipenuhi senarai asa dan cita. Namun, susunlah dengan baik agar tercapai. Di sini dibutuhkan langkah-langkah yang serba terukur agar anak panah impian kita tepat mengenai sasaran.
Ungkapan, "Saya tidak bisa, tidak mampu, sudah dari lahir begitu, seandainya saya bisa, saya terpaksa,... " adalah bahasa orang reaktif yang selalu mencari alibi dari setiap kegagalannya. Orang reaktif ini yang biasanya melemparkan tanggung jawabnya kepada orang lain dan mencari pembenaran.
Jadilah proaktif, kawan. Lebih dari memiliki inisiatif, tapi berjuang untuk melangkah maju bersama dalam tim. Tambahkan empatimu untuk listening not hearing, menyimak dan berusaha memahami persoalan yang diungkapkan orang lain. Dalam hal ini dapat dikatakan sejalan dengan bukunya Steven Covey, 7 Habbits, saya meminjam istilah "mengasah gergaji". Asahlah ketajaman empati kita, lebih dari sekadar simpati.
"Saya coba alternatif lain, saya berusaha untuk, saya bisa, saya mampu, sepertinya ada cara lain,... " adalah bahasa yang digunakan orang proaktif. Tarik napas sejenak sebagai jeda kita memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa kita coba untuk menyelesaikan sebuah permasalahan.
Dengan menulis hal ini saya pun sedang memotivasi diri saya sendiri untuk menjadi orang yang proaktif, melawan penjara pikiran " saya tidak bisa", penjara budaya "nrimo", dan penjara pola asuh "jangan nanti jatuh", agar langkah saya semakin mantap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar