Selasa, 21 Juli 2020

Sapardi dalam Kenangan, Sebuah Obituari


Semalam Bu Suzi mengundangku mengikuti Obituari Sapardi Djoko Damono melalui zoom yang dipimpin Pak Arcana dalam rangka mengenang sosok Sapardi Djoko Damono, penyair kondang. Penyair yang terkenal dengan larik "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana" itu pun menutup mata karena banyaknya lendir dalam paru-parunya. Batuk yang parah sudah dirasakan sejak beberapa hari sebelumnya dan selama itulah beliau dirawat di rumah sakit. Dalam kondisi yang payah, beliau masih sempat melontarkan humor, "Aku tidak mau dikuburkan di Depok karena pemakaman di sana sudah padat. Aku tidak mau kuburanku diinjak-injak orang." Akhirnya, beliau dimakamkan di daerah yang disebutkannya sebelum wafat, masih pemakaman keluarga. Meskipun gejalanya mirip, beliau wafat bukan karena virus korona karena jenazahnya tidak diperlakukan seperti pasien covid-19.

Beliau selalu berpikir dalam bahasa Jawa kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Itulah sebabnya, kata-kata yang dituangkannya menjadi larik-larik puisi terasa sederhana. Dan yang paling nyambung (paham) dengannya adalah Putu Wijaya.

Alih-alih dikatakan sebagai penyair tanpa kaidah, beliau mengajarkan kepada kita agar menulis puisi dengan gaya sendiri. Dari testimoni orang yang pernah menjadi mahasiswanya, beliau dikatakan bukanlah sosok yang ingin dilihat, "Ini saya, seorang penyair, Sapardi." Akan tetapi, beliau begitu bersahaja, memotivasi mahasiswanya agar menjadi diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar