Amazing Stories
Jumat, 07 April 2023
BERDAMAI DENGAN EKSIM
PENGALAMAN JATUH DARI MOTOR
Rabu, 27 Oktober 2021
BELAJAR MERDEKA DARI KI HAJAR DEWANTARA DENGAN TIDAK MELUPAKAN JATI DIRI BANGSA
Foto: http://erlianaprastika.blogs.uny.ac.id |
Dahulu, begitu saya mendengar nama Ki Hajar Dewantara, yang terbayang adalah patrap guru atau tingkah laku pendidik yang menjadi anutan murid-murid dan masyarakat. Perilaku pendidik dalam mendidik murid atau anak bangsa menjadi pegangan dan modal utama yang dikenal dengan istilah ing ngarsa sung tulada (di depan memberi contoh), ing madya mangun karsa (di tengah membangun cita-cita), dan tut wuri handayani (mengikuti dan mendukungnya). Hal tersebut dapat saya maklumi bahwa penerapan patrap guru di semua jenjang pendidikan merupakan wujud ketahanan budaya terhadap sikap pendidik dalam era pendidikan kolonial. Ki Hajar Dewantara memang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan dalam kesehariannya. Terbukti, dalam pertemuan Selasa Kliwon yang rutin dilaksanakannya telah menghasilkan ide cemerlang untuk mendirikan Taman Siswa.
Sekarang, saya mengetahui bahwa tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Artinya, meskipun setiap anak sudah membawa sifatnya masing-masing, tetapi pendidik tetap dapat menuntun peserta didik.
Selain itu, ada prinsip Trikon yang menurut KHD dapat dikembangkan, yaitu kontinuitas, konvergen, dan konsentris. Tanpa kontinuitas, tujuan pembelajaran hanya berlangsung salam jangka pendek, dan itu tidak menjamin keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang semestinya. Kegiatan yang dapat saya lakukan agar proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran KHD dapat terwujud adalah menerapkan merdeka belajar yang berorientasi pada siswa atau peserta didik melalui pendekatan pendidikan yang holistik. Kegiatan pembelajaran bermula dari membuat perencanaan pembelajaran yang menarik, tidak monoton, dan memberikan variasi model pembelajaran. Saat menghadapi kendala, saya tidak boleh patah semangat, perencanaan yang saya buat di awal pembelajaran harus terlaksana dengan terus-menerus. Dengan perencanaan tersebut maka suatu tahap pembelajaran dilanjutkan oleh tahap berikutnya dengan melalui evaluasi dan perbaikan yang tepat. Selanjutnya, dalam proses pembelajaran peserta didik tetap dapat mengalami kegembiraan dan kebahagiaan dalam proses pembelajaran yang merdeka belajar. Oleh karena itu, saya perlu menerapkan prinsip kontinuitas.
Hal lain yang perlu saya perhatikan, pengembangan materi yang saya akan sampaikan nanti kepada peserta didik dapat diambil dari berbagai sumber di luar, bahkan dari praktik pendidikan di luar negeri. Seperti yang dilakukan oleh Ki Hadjar ketika mempelajari berbagai praktik pendidikan dunia, misalnya Maria Montessori, Froebel dan Rabindranath Tagore. Praktik-praktik tesebut dapat saya pelajari untuk nantinya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik di kelas. Saat ini teknologi informasi telah sedemikian canggih sehingga guru atau kepala sekolah dapat mempelajari berbagai kemajuan pendidikan dari mana saja dan kapan saja. Bisa dari artikel di mesin pencarian Google, Youtube, dan sebagainya. Dengan demikian, saya mengambil prinsip kedua dari Ki Hajar Dewantara, yaitu konvergen.
Sementara itu, pengembangan pendidikan yang saya lakukan harus tetap berdasarkan kepribadian budaya bangsa sendiri. Tujuan utama pendidikan adalah menuntun tumbuh kembang anak secara maksimal sesuai dengan karakter kebudayaannya sendiri. Oleh karena itu, meskipun Ki Hadjar menganjurkan kita untuk mempelajari kemajuan bangsa lain, tetapi tetap semua itu ditempatkan secara konsentris dengan karakter budaya kita sebagai pusatnya. Penyesuaian dengan budaya bangsa sendiri ini sesuai dengan prinsip ketiga, yaitu konsentris. Kombinasi pendidikan barat yang modern dan ilmiah dengan pendidikan keindonesiaan (kearifan lokal) menjadi kunci lahirnya generasi baru yang cerdas, mandiri dan berkepribadian di bidang budaya. Sistem pendidikan yang didasarkan pada jati diri bangsa melahirkan bangsa yang mandiri dan terlepas dari sistem pendidikan yang berorientasi pada kepentingan pasar.
Misalnya, ketika saya melakukan pembelajaran drama, saya bisa mengambil teori drama dari barat, lalu mengembangkannya untuk mendramatisasi cerita rakyat Indonesia. Peserta didik yang sedang belajar drama dapat sekaligus belajar mengambil pelajaran dari cerita rakyat Indonesia yang diperagakan dalam bentuk drama. Peserta didik tidak kehilangan jati dirinya dengan mempelajari teknik bermain drama dan mengambil nilai-nilai dalam cerita rakyat, misalnya membandingkan nilai dalam cerita rakyat Sangkuriang dari Jawa Barat dan nilai dalam cerita rakyat Malin Kundang dari Sumatra Barat. Bahkan, bisa saja peserta didik diminta membaca kemudian membandingkan nilai cerita rakyat Tukang Kayu dan Bidadari dari Korea Selatan dan nilai dalam cerita rakyat Joko Tingkir dari Jawa Timur, Sigantang dan Malin Kundang, Nashiruddin Hoja dan Kabayan, yang memiliki kemiripan tokoh dan alurnya. Saya dapat membebaskan peserta didik baik dalam menampilkan dramanya maupun dalam memilih cerita rakyat yang akan mereka bandingkan nilai-nilainya. Selain itu, mereka (yang pembelajaran daring) diizinkan untuk bebas memilih cara pengumpulan tugasnya, bisa dengan video atau link Youtube, sedangkan untuk yang pertemuan luring boleh memilih tempat pementasan dramanya, boleh di halaman atau di kelas.
Rosiana Febrianti, S.Pd.
Calon Guru Penggerak Angkatan 4 dari SMAS Al Kahfi, Kabupaten Bogor
Sabtu, 20 Maret 2021
KUPU-KUPU DI ATAS KACA
kupu-kupu |
Setelah mencoba beberapa kali, ternyata hanya
sepersekian detik saya bisa melihat kupu-kupu dengan sayap sedikit terangkat,
seperti di atas kaca layar ponsel.
Hikmahnya adalah apabila belum menemukan kupu-kupu
(baca: kesenangan di dunia) jangan frustrasi, fokus saja pada apa yang bisa
kita lakukan.
Sudah berkali-kali mencoba kok belum melihat
kupu-kupunya juga? Mungkin ada masalah pada penglihatannya atau memang belum
fokus saja. "Setiap orang memiliki kesulitannya sendiri."(Catat!)
Begitu melihat "kupu-kupu", sadari bahwa
kesenangan, itu sifatnya sementara dan hanya sebentar. Jangan terpukau ataupun
serakah.
Teknik melihat gambar ini adalah dekatkan gambar
ini ke hidung Anda. Fokus melihat ke tengah gambar hingga gambarnya buram. Lalu
jauhkan gambar dari mata Anda perlahan-lahan. Kalau gagal, coba lagi. Kalau
sekarang menyerah, tak apa, bisa coba lain waktu.
Ah, seperti kurang kerjaan! Ya, fokuslah pada
prioritas Anda saat ini. Jangan melupakan tugas dan kewajiban Anda demi
permainan dunia.
Setiap mendapati masalah, dekati dan kenali masalah
itu. Cari tahu, sumber masalah itu ada pada diri sendiri atau banyak hal yang
membuat Anda kurang fokus. Fokuslah pada apa yang Anda lakukan. Selamat
mencoba!
Jumat, 05 Maret 2021
PENGALAMAN TRIAL AND ERROR CANVA
Awalnya sama sekali tidak terpikir oleh saya untuk memanfaatkan Canva untuk kegiatan pembelajaran. Umumnya, saya sering melihat orang memanfaatkannya untuk membuat poster, undangan, atau pengumuman. Seperti biasanya, saya tidak tertarik mengikuti kelas khusus apa pun karena waktu saya tersita untuk mengajar (sok sibuk sekali), tetapi itulah sifat buruk saya, moody. Jangan ditiru, ya. Saya lebih nyaman belajar sendiri, trial and error, karena kalau gagal tidak malu. Begitu randomnya pikiran ini. 😄
Menulis di blog ini juga saya paksakan, seadanya, tidak neko-neko, dan biarlah mengalir walau salurannya mampet di sana-sini. Saya pun memberanikan diri mengunduh aplikasi Canva yang gratis di Play Store. Kemudian mulai ngoprek hingga ketemu sendiri caranya. Huh, sok tau aku! Berawal dari ingin tahu, sok tahu, dan akhirnya eureka! Produk Canva pun jadi dan adakadabra, inilah hasilnya.
Selasa, 02 Maret 2021
CAGER (MEMBACA DAN GERAK) BERSAMA BU ROSI
Variasi membaca dan gerakan |
Ide menambahkan unsur gerakan pada pembelajaran membaca ini bermula dari keinginan saya agar peserta didik tidak mengantuk sewaktu membaca, terutama saat membaca soal bahasa Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bahwa satu soal mengandung sebuah teks bacaan, tentu saja hal ini mudah sekali membuat peserta didik mengantuk dan tertidur saat ulangan atau ujian.
Kemudian saya menyiapkan 20 kartu soal untuk dikerjakan oleh peserta didik. Satu kelas saya bagi menjadi 2 kelompok yang berdiri berhadapan. Misalnya, satu kelompok terdiri dari 10 pasang anak yang berdiri berhadapan. Satu kelompok mendapatkan 10 kartu soal yang nanti mereka rebut untuk dikerjakan. Kartu-kartu soal disebar dan diletakkan di tengah-tengah peserta didik yang sedang berdiri berhadapan.
Sebelum merebut kartu soal, peserta didik harus melakukan gerakan-gerakan sesuai instruksi pendidik. Misal, depan (peserta didik akan melompat satu kali ke depan), belakang (melompat sekali ke belakang), kanan (peserta didik melompat sekali ke kanan mereka), dan kiri (peserta didik melompat sekali ke kiri mereka). Gerakan bisa divariasikan sesuai kebutuhan dan kondisi peserta didik. Apabila ada yang sakit, peserta didik hanya melangkah sekali, tidak melompat.
Setelah melakukan gerakan-gerakan sesuai instruksi pendidik, peserta didik akan mendengar instruksi "soal" maka peserta didik akan berebut soal. Kalau sudah selesai satu soal, peserta didik bersorak dan boleh bertukar soal dengan teman di sebelahnya. Satu kelompok harus bisa menyelesaikan 10 soal. Kemudian kartu soal diserahkan kepada pendidik. Pendidiklah yang menukarkan 10 soal kelompok A ke kelompok B. Kartu soal diletakkan di tengah kelompok yang berdiri berhadapan.
Gerakan ke kanan |
Setelah itu, peserta didik kembali melakukan gerakan-gerakan sesuai instruksi pendidik. Siklus berulang, peserta didik diizinkan merebut kartu setelah mendengar kata "soal". Lalu, mereka mulai mengerjakan 10 soal baru secara bergantian. Posisi peserta didik duduk sambil mengerjakan, tidak berpindah, dan hanya mengoper kartu soal.
Apabila 20 soal sudah dikerjakan oleh setiap peserta didik maka pengoreksian dilakukan oleh pasangan duduknya, tidak dikoreksi sendiri. Pendidik melakukan evaluasi (mengambil nilai) dari jawaban para peserta didik. Lalu meminta peserta didik mengungkapkan kesan-kesannya setelah pembelajaran. Jika ada sisa waktu, pendidik bisa mengingatkan poin-poin penting materi pelajaran yang dilupakan peserta didik.
Itu video gerakan peserta didik di kelas X MIPA 1 dan di kelas X MIPA 2 yang dapat disaksikan juga di channel Youtube saya di sini.
Tidak hanya di kelas putra, saya pun menerapkannya di kelas putri dengan instruksi yang sama, tetapi mengubah gerakannya agar lebih lembut seperti sebuah tarian.
Kegiatan ini dilakukan di kelas X MIPA 4 dan X MIPA 5. Videonya dapat Anda saksikan di channel Youtube saya di sini. Semoga bermanfaat dan menginspirasi.
Kamis, 25 Februari 2021
Mempertahankan Usaha di Situasi Sulit
Ketulusan kunci sukses |
Sejak dulu, saya kagum dengan orang yang tekun dalam usahanya. Bakat saja tidak cukup, harus diiringi dengan ketekunan, ketulusan menjaga silaturahmi, kemauan untuk saling menjaga kepercayaan, kekonsistenan dalam menjaga kualitas produk, keinginan terus maju, dan hal-hal baik lainnya.
Seorang pebisnis atau pemilik perusahaan tidak harus menangani langsung perusahaannya. Setelah konsepnya jelas, ia bisa membagikan ide-idenya ke bawahan saat rapat. Rapat pun tak perlu resmi, bisa sambil makan di warung mi ayam atau di kedai kopi. Kemudian ia bisa menunjuk orang kepercayaannya sebagai kepala toko, yaitu orang yang setia dan punya kemauan keras. Atasan menunjukkan kepada bawahan mengenai cara menjalankan toko, memberi buku-buku yang wajib dibaca, menularkan cara bekerja, memberi pelatihan menyapa pelanggan, memberi seragam karyawan yang bersih dan layak, melatih cara berbicara dan bersikap yang sopan, serta bagaimana mengatasi masalah jika ada keluhan dari pelanggan.
Pemilik perusahan gemar melakukan survei ke toko lain untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangan tokonya sendiri. Meskipun tokonya ramai, tentu akan lebih ramai jika ia menyediakan lahan parkir yang nyaman bagi pelanggannya.
Saat membuka toko, ia mengadakan acara diskon yang ternyata probabilitas/kemungkinan penghasilan yang didapat ternyata tidak membuat toko rugi. Bahkan, harganya juga masih cukup wajar, sehingga tidak merusak harga pasar. Saat ada pelanggan yang mencoba menipu membuat kupon voucher, ia memiliki trik agar kuponnya tidak dapat dipalsukan. Selain itu, ia juga memiliki tenaga akunting yang cermat untuk menghitung pendapatan dan pengeluaran yang tertib dengan menggunakan ilmu akuntansi dan tabel neraca yang baik.
Untuk menjaga kualitas produk yang dijualnya, ia harus rajin berinovasi dan disukai pembeli. Misalnya, pemilik pabrik sekaligus pemilik toko kain sutra harus terus berinovasi menciptakan warna baru yang indah agar disukai pembeli. Survei harga bahan, survei biaya distribusi, dan survei hobi/kemauan pelanggan.
Terhadap saingan bisnis, ia tidak hanya berpikir untuk mengalahkan, tetapi juga berbagi ilmu akuntansi, ilmu berhitung, bahkan sampai memberikan buku untuk membesarkan perusahaannya. Mengajak saingannya untuk maju bersama. Hal ini menunjukkan pentingnya membangun relasi bisnis yang baik hingga tercipta jaringan kerja yang luas.
Selain itu, jika pengusaha terbiasa membangun hubungan yang baik dengan setiap orang, walaupun sekadar bermain catur atau menjalankan hobi lainnya ternyata berguna untuk masa depan. Ketulusan inilah yang kelak menolong saat ia berada dalam kesulitan.
Luwes bergaul dengan pejabat, usaha bisa maju karena pejabat itu bisa membantu tanpa diminta. Luwes bergaul dengan preman, usaha bisa lancar karena preman lebih mementingkan solidaritas pertemanan, suatu saat bisa menolong jika pengusaha itu sedang diancam musuh bisnisnya
Kebaikan yang tidak pandang bulu inilah yang menyelamatkan diri, keluarga, dan perusahaannya kelak. Tentunya, ada negosiasi-negosiasi dengan pertimbangan yang tepat sewaktu rapat dilakukan sehingga menghasilkan win-win solution (solusi bersama yang saling menguntungkan kedua belah pihak).
Saat usaha andalan keluarga sedang lesu maka bukan aib untuk beralih ke bidang usaha lainnya yang lebih stabil. Misalnya, saat usaha kain sutera sedang lesu karena situasi negara kacau (perang) maka ia beralih ke usaha telur pindang yang risiko kerugiannya tidak terlalu besar. Usaha telur pindangnya dijalankan seperti restoran yang harganya juga terjangkau untuk semua kalangan.
Ketika situasi negara sedang kacau dan pemerintah menutup usaha telur pindang, ia tidak kehabisan akal dengan mengerahkan pasukan gerobaknya berjualan telur dari gang sempit satu ke gang sempit lainnya. Pasukannya beraksi sambil terus promosi menunjukkan kain sutera unggulannya yang diletakkan di rak bagian bawah gerobak telur pindangnya. Dari mulut ke mulut, berita akan kualitas kainnya akan tersebar luas. Dengan demikian, ada 2 produk yang ditawarkan dan terus menjaga isu (kualitas kainnya tetap terjaga). Usaha pun langgeng dalam berbagai situasi. Teruslah berusaha, pantang menyerah, dan gemar berinovasi.
(Terinspirasi dari drama My Heroic Husband)