Minggu, 14 Februari 2021

LARI DARI TAKDIR



Yang dikarantina saja bisa kena korona. Sekalian saja jalan-jalan karena risikonya sama-sama kena korona. Kalau takdirnya akan kena korona mengapa harus menghindar? Mengapa logikanya tidak dibalik, yang dikarantina saja bisa kena, apalagi yang tidak dikarantina. Setidaknya, kita sudah berusaha untuk menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan. Kalau tetap kena korona, itu baru takdir. Yang namanya tawakal bukan berarti tanpa usaha sama sekali. 


Sekelas seorang khalifah saja pernah didebat Abu Ubaidah, mempertanyakan apakah Umar akan lari dari takdir. Simak logika berpikirnya seorang Khalifah Umar r.a. Jika seseorang membawa sekumpulan unta ke sebuah lembah yang memiliki dua sisi, yang satu subur dan yang satu tandus. Jika ia memutuskan untuk membawa unta-unta itu ke sisi yang subur, maka itu merupakan takdir Allah dan begitu pula jika ia membawanya ke tempat yang tandus, itu juga merupakan takdir Allah.


Akhirnya, Umar memutuskan kembali ke Madinah dan tidak melanjutkan perjalanannya ke Syam. Saat itu daerah Saragh yang hendak dilaluinya sedang terkena wabah Tho'un. 


Di tengah perdebatan itu tiba-tiba muncul sahabat Nabi bernama Abdurrahman bin ‘Auf. Ia terlambat datang karena suatu urusan. Setelah mencermati perdebatan kedua sahabat Nabi itu, ia menengahi.


Abdurrahman berkata, "Aku mengerti masalah ini. Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, "Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, maka janganlah keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri'.” Umar pun bersyukur karena ijtihadnya untuk kembali ke Madinah sudah tepat.


Saat kembali ke Madinah, Umar sempat menyurati Abu Ubaidah yang merupakan gubernur di Suriah dan memintanya untuk datang ke Madinah (karena ia tak mau Abu Ubaidah wafat terkena wabah), padahal wabah sudah tersebar di Syam.


Abu Ubaidah menolak baik-baik permintaan Khalifah. Ia tak ingin meninggalkan pasukan Muslim di bawahnya. Umar kemudian kembali menyurati Abu Ubaidah dan memintanya agar memindahkan kaum Muslimin ke kawasan yang lebih tinggi dan berudara segar di kawasan itu. Namun, sebelum Abu Ubaidah sempat mengambil langkah tersebut, wabah sudah mulai mengenai keluarga sebagian sahabat yang berada di sana, termasuk Abu Ubaidah sendiri.


Penyebaran wabah telah menyebabkan syahidnya beberapa sahabat Nabi, seperti Abu Ubaidah bin al-Jarrah , Mu'adz bin Jabal , Yazid bin Abi Sufyan, al-Harits bin Hisyam, Suhail bin Amr, Utaibah bin Suhail, dan Syurahbil bin Hasanah.


Wabah ini baru reda setelah gubernur yang ditunjuk selepas wafatnya Abu Ubaidah dan Mu'adz bin Jabal, yaitu Amr bin Ash, memutuskan untuk memindahkan kaum Muslimin ke gunung-gunung hingga keadaan membaik.


Benar jika ada yang berpendapat, mau lari sejauh apa pun kalau sudah takdir kita tidak bisa menghindar. Namun, sebagai upaya pencegahan masuknya korona ke rumah kita, sudahkah kita berusaha menang dari nafsu belanja, nafsu jalan-jalan, dan nafsu melepas masker, misalnya. Apalagi, sebentar lagi kita akan kedatangan tamu agung, Ramadan. Sekarang, bulan Rajab, adalah momen yang tepat untuk melatih kesabaran, melatih mengendalikan hawa nafsu.


(Renungan Subuh di Bulan Rajab)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar