Sebutlah nama gadis itu Cantik secantik wajahnya. Ia seorang
psikolog lulusan S2 yang memiliki 4 orang kakak yang cukup jauh rentang
usianya. Ia berasal dari keluarga yang berpendidikan, memilik ibu yang lebut,
cantik, baik, dan sangat ideal dalam konsep parenting. Anehnya, cantik tidak
bisa dekat dengan ibunya, ada rasa sayang, tetapi tidak tulus.
Keempat kakaknya tingga jauh dari rumah ibunya sejak mereka
mempunyai keluarga masing masing. Yang tersisa hanya Cantik dan ibu yang sakit
sakitan di rumah, ayahnya sudah tiada. Sekarang Cantik menjadi andalan ibunya,
termasuk dalam hal mengantar ke rumah sakit tiap kali berobat. Karena sang ibu
pakai BPJS maka ibu meminta Cantik mengantarnya pukul lima pagi agar kebagian
antre yang tidak panjang. Anehnya, mendadak tubuh Cantik demam, suhu tubuhnya
meningkat. Sang ibu pun maklum akan keadaan putrinya.
Namun pada jadwal berobat selanjutnya, Cantik demam lagi. Ada
apa? Sebagai psikolog ia merasa ada sesuatu yang salah dengannya. Ia berpikir
mungkin ini penyakit psikosomatis karena terjadi terulang setiap kali ibunya
minta diantar ke rumah sakit. Akhirnya, ia pergi menjalani terapi ke psikolog.
Dalam terapinya, seperti mengalami time lapse, perjalanan
adegan dalam suatu rentang periode yang melintas dengan cepat. Cantik lalu
marah marah sambil meracau, tidak jelas mengucapkan kata apa, lalu menangis
dengan berganti ganti intonasi suara. Bayangan yang melintas adalah bayangan
waktu dibuly teman temannya. Kemudian ia berusaha menyelesaikan masalahnya
dengan memaafkan mereka. Lalu mundur terus ke adengan ketika usia 4 tahun ada yang
mengganggunya dan ia marah marah, mengoceh dengan bahasa anak usia 4 tahun.
Kemudian ia megeluarkan emosi negatifnya.
Memorinya kemudian mundur lagi ke masa usia bayi 8 bulan, 7
bulan, 3 bulan, 2 bulan, hingga masuk ke sebuah ruang bundar. Ruang bundar yang
gelap, hening, hitam pekat itu ternyata alam janin. Lalu sayup sayup terdengar
suara yang sangat dikenalinya, yaitu suara ibunya. Suara itu berkata, “Gara
gara gagal KB, jadi ada kamu!”
Pada saat itulah Cantik mengetahui penyebab ia tidak bisa
dekat dan tulus mencintai ibunya. Ternyata janin dapat mendengar suara orang
orang di sekitarnya. Teman, jangan sampai terucap, “Pengen anak laki laki, eh malah
lahir kamu (perempuan)!” Karena bisa jadi sekarang banyak yang lelaki ingin
menjadi perempuan atau perempuan ingin menjadi lelaki disebabkan ibunya salah
bicara. Janin bisa mendengar, dan janin tidak pernah lupa.
Kalau ada anak pertama kita ngoceh,”Jadi anak pertama gak
enak, dimarahin terus, ade nangis sedikit kakak yang dimarahin.” Anak tidak pernah salah menerima. Kalau anak merasa
diperlakukan tidak adil, itulah yang orang tua lakukan terhadap anaknya. Luka
pengasuhan masa kecil tidak pernah bisa dihapus, hanya bisa menipis dengan cara
memaafkan dan berdamai dengan masa kecil.
Luka pengasuhan adalah luka yang kita terima sejak masih
menjadi janin atau bisa juga luka yang kita berikan kepada orang lain. Siapa
yang bisa memberikan luka? Bisa rekan kerja, pimpinan, guru, orang tua, suami,
mertua, bahkan tetangga. STOP MULAI SEKARANG. Anak butuh perlindungan orang
tua.
Diceritakan kembali oleh Rosianafe
Adakah yang masih mau membaca kisah keempat?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar