Minggu, 29 Maret 2020

KUMPULAN PENTIGRAF PESERTA WORKSHOP




Beberapa pentigraf kiriman peserta workshop semalam saya tulis di sini ya untuk kenang-kenangan saya. Kalau nanti saya tidak ada umur, semoga ini menjadi sodakoh jariah saya. Terima kasih ya, Bapak/Ibu. Tetap semangat menulis.


Dia bukan orang gila

Tidak ada yang istimewa dari orang gila yang setiap pagi mengais makanan di pojok pasar. Seperti orang gila pada umumnya, baju compang-camping, tanpa alas kaki, bicara sendiri dan sulit diajak komunikasi.

"Minggir sana, jangan didepan toko saya", kata seorang pemilik kios di pasar pada orang gila itu. Tapi, dibalik kegilaannya ada satu yang membuat orang yang melihatnya bertanya-tanya. Setiap waktu mulutnya komat-kamit seperti merapalkan mantra, tapi tidak jelas.

Hari itu tampak ramai diujung pasar tidak seperti biasanya. Ternyata orang gila yang biasa mondar mandir dipasar dikabarkan meninggal ditempat itu. Penjaga pasar segera mengevakuasi jenazahnya. Anehnya, keluar aroma wangi yang sangat menyengat menyeruak seantero pasar. 

Imam Mubarok, M Pd. I ( SMKN 1 Bawen kab Semarang Jawa tengah)



Tumbuh Jeruk di Kepalaku
        
        Kevin terlihat murung pagi ini. Beban berat seakan menyelimuti raut wajahnya. Teman-temannya yang sedang bercanda ria  seolah tidak menarik baginya. Dengan langkah sedikit tertahan dia masuk kelas sambil sesekali menghindar dari teman-temannya yang berlarian di halaman sekolah.
        Perlahan aku dekati Kevin. “Kamu kenapa Kevin?” Kepalanya semakin menunduk. Terdengar lirih isakan tangisnya. Dadaku berdebar kencang. Apakah sesuatu yang berat, berbahaya, menyedihkan, atau bahkan menyakitkan telah terjadi pada anak ini? 
        Akhirnya dengan terbata-bata dia pun menjawab pertanyaanku. “Aku takut kepalaku tumbuh jeruk Bu. Tadi aku makan jeruk dan bijinya tertelan.”

Nining Sulistyani P
SDN 3 Sumberporong 
Kecamatan Lawang Kabupaten Malang



Jatah si Milky

"Meong..meong," ini sudah yang ketiga kalinya aku memberinya kepala ayam goreng dalam 1 jam. Si milky sebutannya, masih saja minta jatah.

Sudah menjadi rutinitasku membeli ayam bumbu siap goreng dari seorang pedagang keliling tiap pagi. Siap goreng manakala si kecil tiba-tiba minta menu kesukaannya ini. Si Milky, kucing yang tiba-tiba datang ke rumah ini, tidak pernah absen tiap kali pedagang ayam ini singgah. Kami tidak merawat Milky, hanya bisa memberinya kepala ayam goreng 5 potong sehari.

"Baiklah Milky, ini potongan keempat untukmu." Aku penasaran dan mengikuti kemana arahnya pergi. Tiba di belakang warung tetangga, ada 3 anak kucing yang bewarna kuning sama seperti Milky dan 1 kucing bewarna kecoklatan sedang menyantap potongan-potongan kecil kepala ayam goreng yang aku beri tadi. Ternyata Milky berbagi dengan anak-anaknya dan kucing lain.

YUNI RIYANTI
SDN Porisgaga 5
Kota Tangerang


*INdownESIA*

Corona sudah tiba. Kedatangan yang sama sekali tidak aku harapkan. Mendadak semua orang mulai beropini. Menjadi ahli kesehatan dan statistik dari sumber yang bahkan cuma mereka dapat dari copas tak bertanggungjawab.

Aku tidak takut dengan Corona. Tapi aku takut dengan Indonesia. Aku takut dengan warganya yang memandang sebelah mata akan sebuah peristiwa. Ingin aku berteriak disetiap telinga mereka. "Aturan dibuat untuk taat jangan nekad." Isengmu, sok hebatmu, egoismu itu sudah seperti menodongkan pistol disetiap jidat orang sekelilingmu. 

Ketakutanku mulai terbukti saat mobil ambulan lantang bernyanyi. Bendera putih dan garis polisi menghalangi langkah kakiini. Jerit tangis sudah tidak terbendung lagi melihat peti mati tertutup plastik nampak rapi. Sanak saudara tidak ada yang dapat mendekati. Selamat jalan, itu kelalaian ataukah takdir Tuhan.

Nama : Budi Artopo
Instansi : SDN MeLikan Rongkop GunungkiduL Yogyakarta



*Virus Corona penghambat*

Virus corona penghambat pulang ke kampung, rasa sedih membuat tak berdaya. Sang anak tiba - tiba menelponku.

 "Kenapa kamu menangis?". Sambil sesegukan menelponku.

Anak kecil itu bersedih karena tidak lagi seperti biasa, sekolah diliburkan, main tidak pernah, jajan pun tidak berani. Dan teramat menyedihkan kangen kampung halaman bakalan tak akan terobati.

Anika kurniawati, S.Pd.SD

SDN Slametan
Slametan, Kelor, Karangmojo GK

*Balas Dendam*

Usai sholat duhur siang itu. Kusandarkan tubuhku ke dinding dekat jendela. Sepoi angin mengundang kantukku. Pikiranku masih mengawang setelah membunuh ular di depan musola tadi. Jangan-jangan ular siluman penunggu tempat ini.

Benar saja ... Sorot mata merah dan juluran lidah tepat di atas kepalaku. Suara desis bersahutan. Di kanan kiri dan depan ular-ular berdatangan. Kaki, tangan dan badanku terlilit. Semburan bisa dari taring-taring runcing memercik wajah dan mengguyur sekujur tubuhku. Mereka balas dendam atas kematian saudaranya. Aku tak berdaya. ... Kupejam mata dan pasrah. Mungkin ini akhir hidupku. Aku tak ingat apa-apa lagi.

Sayup suara salam menghampiri telingaku. Suara siapa itu? Malaikatkah? Di alam mana aku berada? "Permisi, Pak. Jendelanya ditutup saja. Hujan." Samar kulihat wajah penjaga sekolah. Kakiku kaku tak bisa kugerakkan. Kram.

Yoyon Supriyono
SMPN 4 Terisi, Indramayu



TENTANG LUKA

Sudah terlalu lama aku menunggu. Menantinya muncul setelah lama menghilang. Bukan hanya hitungan hari,minggu,atau bulan,tapi bahkan tahun. Ya....tahun demi tahun aku tak bisa menatapnya lagi. Dan ini adalah tahun ketiga sejak perpisahan kami. Rasanya berat jika tiba-tiba aku harus berhadapan dengannya lagi dengan luka dan kesedihan yang setiap hari menemani hari-hariku tanpanya.


"Maafkan aku." Itu adalah kalimat pertama yang dia ucapkan.Kami memang bertemu tanpa sengaja disini, di rumah sahabat kami,pada acara pernikahannya. Dulu kami pernah bermimpi menggelar acara besar seperti ini. Tapi semua berakhir tatkala ia putuskan untuk pergi jauh meninggalkannku setelah diterima bekerja di sebuah perusahaan besar.

Aku hanya terpaku tanpa sepatah katapun. Kata maaf yang ia ucapkan sama sekali tak menyembuhkan pedihnya hatiku. Apalagi setelah beberapa saat muncul wanita cantik dengan kerudung jingga menggendong bayi lucu menyusulnya mendekati kami. Aku tau siapa wanita dan anak ini tanpa dijelaskan sekalipun.

Mariana Sri Rahayu
SDN PLANJAN 2,SAPTOSARI,GK

Rumah Tua

Dalam sebuah desa di pinggir sungai ada rumah yang tidak mempunyai teangga.Rumah itu sangat sederhana terbuat dari kayu maoni bercampur anyaman bambu.Sepi...sunyi sekali.

"Astaghfirullahal adzim , kata aku." Siapa yang berani tinggal di rumah itu ? Hantu mungkin.

Termyata rumah itu sudah lama tidak dihuni, karena yang punya rumah sudah meninggal lebih dari  20 tahun yang lalu dan tidak punya keturunan sehingga kondisi rumah tidak ada yang merawat dan terkesan sangat "angker".

M.Taufiq
SMAN  1 Semanu,Gk

Anak Tetangga

Langkahku terhenti didepan pintu sebuah rumah,  setelah mendengar seorang anak yang sedang menangis meraung dengan seorang ibu yang memeluknya untuk berusaha menenangkan sianak dengan sangat sabar. Aku diam sejenak sebelum menggucapkan salam,  karena jika mengucapkan salam sudah pasti tidak akan didengar oleh tuan rumah karena suara tangisan anaknya sudah memenuhi rumah mereka. 

Waalaikum salam terdengar suara ibu yang menjawab salamku,  kemudian si obi mempersilakan diriku untuk memasuki rumahnya  dan menyediakan kursi pas didepan anaknya yang sedang menangis.  Kemudian terjadilah percakapan dengan ibunya. Aku bertanya apakah yang telah terjadi pada anaknya sehingga menangis  sedemikian rupa yang menyebabkan aku sebagai tetangga bertanya tanya dan berinisiatif untuk datang kerumah ibu. 

Anaknya seketika terdiam dan menangis sesegukan sambil mengucapkan  kata, "Maafkan dedek mamah." Kata kata itu diulangi berkali kali sambil menangis sekeras kerasnya.  Ibunya dengan sabar mengatakan kepada anaknya, Huss malu didengar oleh tetangga suara tangisanmu nak,  cobalah dengan tenang ceritakan pada ibu apa yang telah terjadi padamu sehingga tangismu tak bisa berhenti. 

Desi Yarni 
SMPN I Kundur Utara 
Karimun 
Kepri


BUKAN JODOH

Apakah kamu sudah makan ?". Pertanyaan rutin yang selalu kuterima darinya setiap pagi melalui WA. Dia seseorang yang telah menawarkan masa depan untukku lima bulan lalu.

Layar smartphoneku menunjukkan waktu pukul 10.15 WIB. Pesan WA darinya menghentikan kunyahan sepotong roti pada mulutku. Dia mengajakku akad bulan depan. Entah apa yang ada dalam benaknya. Namun, perpisahan menjadi kata terakhir dalam percakapan kala itu.

Aku berusaha menemuinya untuk mencari jawaban atas semua prasangka. Kutawarkan kesempatan kedua namun dia menolak dengan tetesan air mata. Dia  pergi dengan memberikan undangan pernikahan. Iya, perempuan itu adalah pilihan orang tuanya.
(Uswatun Khasanah Al-Fauzi @ SMKN2 Gedangsari DIY)



Bersemi Seindah Taman Bunga

"Berpikirlah sebelum menerimanya." Kalimat yang selalu bibi sampaikan padaku, tidak mudah untukku menentukan pilihan disaat hati tertaut pada yang lain.

Dia memang tampan, mapan dan bertanggung jawab, perang batin terus menyerangku namun tetap kupasrahkan kepada Allah sang pemilik rencana terbaik.Hingga pilihanku jatuh padanya demi hubungan keluarga yang tak terkoyak

Awal yang penuh airmata dan doa, badaipun berlalu, tetap kujalani lika- liku hidup dengannya hingga cinta bersemi seindah taman bunga.

Evaman


2 komentar:

  1. Terima kasih ibu rosi yang telah sudi mengambil tulisanku sebagai kenang - kenangan. Sungguh jauh dari perkiraan saya mengenai pentigraf dengan judul ANAK TETANGGA.
    Mohon tunjuk ajar karena saya mencoba menjadi Penulis

    BalasHapus