Rabu, 18 Maret 2020

MENGHADAPI MASA KARANTINA WILAYAH SELINGKUNG AL KAHFI



Siapa yang tidak panik mendengar isu corona sudah sampai di sekitar kita? Terlebih saya yang dalam menghadapi laptop rusak saja paniknya seperti ayam mau bertelur (dikejar dateline). Melihat kepanikan di sekitar saya pun ikut cemas. Aslinya ya panik juga, tetapi berusaha untuk tetap tenang. 

Saya bersangka baik dan menerima keputusan bahwa Al Kahfi menjalankan karantina wilayah dengan tidak meliburkan santri-santrinya. Semoga itu keputusan terbaik, sebab kalau mereka pulang sendiri bisa kena corona di bus, terminal, stasiun, kereta, angkot, dan sebagainya. Sedih juga ketika ada orang tua santri yang bilang, siapa yang menjamin hidup di pesantren akan bebas corona? Sekarang saya balik pertanyaannya (sebagai orang tua dari 2 anak yang saat ini mesti menjalani pembelajaran jarak jauh) saya juga berpikir siapa yang menjamin ketika santri dalam perjalanan pulang bisa bebas corona? Tidak ada yang bisa menjamin, bukan? Kekhawatiran itu sesuatu yang wajar, tetapi pesantren tentu sudah memikirkan segala konsekuensinya.

Saya berusaha menghadapi protes orang tua santri dengan setenang mungkin dan semoga terus seperti. "Ambil hikmahnya aja!" Entah kalimat itu populer pada tahun berapa, yang jelas dalam belantara misteri ini saya mesti bangkit, memikirkan apa yang bisa saya perbuat untuk mengatasi akibatnya, semoga ada hikmah bagi saya dan orang-orang di sekitar saya.

Masa karantina baru saja dimulai, dua hari lalu santri kerja bakti 2 jam membersihkan kamarnya sendiri, sedangkan guru-guru disebar berbagi tugas untuk membersihkan kantor, laboratorium, ruang komputer, dan lain-lain. Santri pun sibuk di asrama menjemur kasur selagi sinar matahari bersinar cerah. Untuk berolah raga, santri bebas melakukannya setiap sore.

Selain pemenuhan gizi seimbang, vitamin, dan lain-lain, setidaknya langkah kecil ini cukup berarti untuk para penghuni pesantren Al Kahfi, satu-satunya pesantren milik Pedesaan Nusantara peninggalan almarhum Haji Armansyah di Srogol, SPN Lido Bogor. 

Kemarin kerja bakti berjalan lancar pada jam pelajaran pertama sampai jam ketiga. Kemudian, kegiatan belajar-mengajar berjalan seperti biasa. Saya pun mengajar sampai setengah empat sore. 



Kerja bakti membersihkan sekitar pun dilakukan, bahkan hingga penyemprotan desinfektan juga diupayakan.



Saya agak lega, meskipun ada yang protes mengenai keputusan ini, tetapi tidak sedikit orang tua santri yang berada dalam perwalian saya mendukung keputusan ini hingga ada yang bersedia mengirimkan paket hand sanitizer, masker, dan alat pengukur suhu LED.

Saya pikir ada yang lebih berbahaya dari isu corona ini, yaitu penyebaran hoaks, kepanikan berlebihan hingga orang hilang akal memborong dan menimbun masker, dan sikap abai terhadap kesehatan diri sendiri. "Jangan lebay, tetapi jangan pula abai," pesan K.H. Yana Lukmanul Hakim, pimpinan pesantren Al Kahfi. Peduli pada sekitar, kalau ada yang sakit di rumah, segera periksa ke fasilitas pelayanan kesehatan setempat.

Hari ini, sudah ada pengecekan suhu terhadap pegawai yang tinggal di luar Al Kahfi. Mereka harus mencuci tangan sebelum masuk. Informasi lainnya bisa dilihat di infografis berikut.




(Catatan Rosiana, Wali Kelas 12 IPA 4)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar