Minggu, 20 Januari 2019

SAYUR ASEM



Hujan-hujan begini enak ya kalau makan sayur asem. Mengapa sayur asem digemari emak-emak? Bukan karena manis atau gurihnya, melainkan karena ada rasa asem pada masakan itu.

Dulu, bapak bilang sayur asem itu sayur sampah. Segala-gala dimasukkan ke panci, ya melinjonya, daunnya, jagung, dan bumbu lainnya, sampai asem juga dimasukkan. Padahal, di situlah letak kelezatannya. Bapak lebih suka sayur berkuah santan. Ah, itu bergantung pada selera masing-masing. Toh, lidahku dan lidah mama kompak, sama-sama suka sayur asem.

Ada yang lagi bete nulis, ada yang lagi bete skripsinya gak kelar-kelar, ada yang lagi mutung gegara diputusin pacar, ada yang sedih karena anak sakit, cuma bisa nangis di pojokan kamar. Tapi di situlah asemnya, sama seperti rasa asem yang bikin segar pikiran emak-emak sewaktu menyantapnya. Pikiran kita mengubah rasa dari gak enak menjadi enak, dari asem ke nikmat, dari hambar ke lezat. Nah, kenapa juga aku pasang tulisan sayur asem tapi latarnya berwarna pink. Biar unyu kayak yang nulis. Ini tulisan buat besok sebenarnya, tapi khawatir ideku keburu menguap kayak rasa rinduku ke sayur asem, jadi kutulis sekarang.

Boleh kan ya? Dari semua ceritaku, mana cerita favoritmu?


@30haribercerita
#30hbc1921

2 komentar: