Selasa, 15 Januari 2019

PANIC ATTACK




Siluet indah yang mencari jejak sisa rinai yang malu-malu. Langkahku terhenti sejenak untuk menguntai tasbih senarai rindu. Ingatanku memutar kembali kenangan beberapa tahun lalu.


Darah berdesir deras, keringat dingin mengucur, sedangkan lututku bergetar, masih untung tertutup rok. Aku begitu minderan kalau bertemu orang banyak. Padahal, dulu pernah belajar public speaking, masih juga minderan gak hilang-hilang. Kalau boleh memilih, aku lebih nyaman jadi penonton daripada orang yang tampil di atas panggung. Yah, biarlah anak didikku yang tampil, aku di belakang panggung saja.


Hari itu, aku ditunjuk sebagai MC wisuda. Kepanikan luar biasa menyerangku, pandangan brrkunang-kunang, isi perut terasa teraduk-aduk, ratusan mata seakan tertuju padaku. Untunglah mataku rabun jauh, sehingga sedikit mengurangi kecemasan. Aku sadar di hadapanku hadir kepala yayasan, pimpinan, pejabat, rekan guru, dan orang tua murid. Untuk menenangkan diri, kucoba tetap tersenyum sambil menyapa mereka. Akan tetapi, tangan kananku bergetar memegang mikrofon, sehingga tangan kiriku yang juga memegang susunan acara langsung kusatukan supaya stop gemetarannya. Suara jantungku lebih keras terdengar daripada riuh suara hadirin.


Lima sampai sepuluh menit pertama memang masih grogi, setelah itu groginya ternyata belum hilang juga. Setiap pergantian pemberi sambutan, aku pergi ke kamar kecil.


Dejavu, ingatanku berputar jauh ke belakang, bayangan saat anak-anak putra yang berada dalam perwalianku, kelas XI IPA 1 tampil bernyanyi untuk kakak kelasnya, aku ikut gugup. Yah, lumayanlah walau suara mereka fals, karena memang bukan penyanyi. Selesai tampil, tiba-tiba seorang anak putra langsung ingin memelukku.


"Ibuuu!"


"Eh, bukan mahrom!" sergahku mengelak.


Kedua tangannya yang semula hendak memelukku segera diturunkan, kemudian tangan kanannya mengepal seraya berkata lantang dengan wajah sumringah lega,
"Akhirnya, Bu. Ibu juga bisa, semangat, Bu!"


Aku memang tak seberani yang lain, tapi kenyataan di depan mata harus dihadapi, tak ada tempat untuk bersembunyi. The show must be go on!



@30haribercerita
#30hcb1915 #harike15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar